webnovel

Dan Akhirnya, Klub Bantuan Resmi Dibentuk (3)

Keesokan harinya.

Di pagi hari saat aku tiba di sekolah, suasananya lebih ramai tidak seperti biasanya. Murid-murid berkumpul di depan mading. Apa ada yang menarik?

Ternyata informasi tentang Klub Bantuan sudah tertempel di mading. Jadi karena itu suasana hari ini sudah ramai sejak pagi hari.

Di kelasku juga beberapa orang membicarakan tentang klub itu. Memang terdengar aneh karena biasanya klub dibentuk untuk menyalurkan hobi dan juga untuk berkompetisi. Sedangkan klub ini tujuannya hanya membantu murid-murid di lingkungan sekolah. Ya, setidaknya klub ini pasti bisa berguna untuk murid lainnya.

Di waktu istirahat makan siang, aku pergi ke Ruang Staf Pengajar untuk mengumpulkan tugas. Setelah itu, aku makan sendirian di kantin. Dari kemarin Taka tidak kelihatan. Mungkin dia ada keperluan di Klub Fotografi.

Bel berbunyi. Waktu istirahat makan siang telah berakhir dan sekarang lanjut ke jam pelajaran kelima.

Proses belajar di kelas ini memang sudah menjadi lebih menyenangkan. Mereka yang tidak mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh guru menyempatkan bertanya kepadaku saat pelajaran selesai dan juga ada yang meminjam catatanku. Inilah sesuatu yang disebut dengan kehidupan SMA.

Di saat pelajran ketujuh berakhir dan bel tanda sekolah usai berbunyi, Sakamoto-sensei tiba-tiba masuk ke kelas. Sepertinya ada sesuatu yang ingin disampaikan.

"Etto, seperti yang kalian semua ketahui, barang siapa yang mendapatkan nilai di bawah standar nilai harus mengikuti remedial besok."

"Eee..." Semua murid kelas kaget.

Oho… Jadi, bagi yang mendapatkan nilai di bawah standar nilai wajib mengikuti remedial di hari Sabtu saat tidak ada jadwal sekolah. Walaupun murid di sekolah elit, tetap saja pasti ada hal yang mereka sukar untuk dikuasai. Maklum saja, mereka juga manusia.

"Kalian semua seharusnya bisa mencontoh Amamiya-kun. Dia mendapatkan peringkat kedua di ujian tengah semester kemarin. Dia bisa bersaing dengan murid-murid dari kelas A. Padahal baru saja dia dipindahkan ke sini." Sakamoto-sensei mengatakannya sambil melihat ke arahku.

Mm? Memangnya ada apa dengan kelas A ya? Sepertinya masih ada yang belum kuketahui.

"Amamiya-kun, tolong bantu teman-temanmu kalau ada yang kesulitan dalam pelajaran, ya?"

"…Baik, Sensei."

"Jangan lupa, besok jadwal remedialnya. Kalau tidak remedial, kalian paham kalau harus mengikuti jam belajar tambahan di hari sabtu, kan?"

"Ya, Sensei." Semua murid menjawabnya dengan serentak.

"Berjuanglah kalau begitu."

Setelah mengatakan itu, Sakamoto-sensei meninggalkan kelas ini.

Aku masih berpikir tentang kelas A yang dikatakan Sakamoto-sensei tadi. Mm… Lebih baik kutanyakan pada Fuyukawa-san.

"Fuyukawa-san, sebenarnya ada apa dengan kelas A yang dikatakan Sensei tadi?"

"Oh iya, Amamiya-kun belum tahu, ya…"

"Um, iya."

"Dari tahun ke tahun yang menempati peringkat atas setiap ujian semuanya dari kelas A. Dari kelas satu sampai kelas tiga. Jadi, peringkat satu sampai 28 pasti berasal dari kelas A."

"Eee??? Hebat ya kelas A."

"Ya. Dan Shiraishi-san selalu mendapatkan peringkat satu dari kelas satu lho."

"Begitu ya… Ngomong-ngomong Fuyukawa-san, kamu dapat peringkat berapa kemarin?"

"Peringkat 41."

"Sudah kuduga, kamu hebat, Fuyukawa-san."

"Tapi aku ngga sehebatmu, Amamiya-kun."

"Tidak, tidak, tidak. Malahan kamu lebih hebat, Fuyukawa-san. Waktu itu, aku pernah bilang kalau akan melakukan sesuatu saat ujian tengah semester, kan?"

"Um, ya. Apa ada hubungannya?"

"Ada. Aku belajar sungguh-sungguh bahkan saat golden week untuk bisa menunjukkan siapa diriku yang sebenarnya."

"Jadi itu rencanamu ya, Amamiya-kun?"

"Ya, seperti itu. Walaupun akhirnya berakhir dengan menceritakan tentang diriku kepada kalian semua. Setidaknya, ini adalah jalan terbaik. Semuanya berkatmu, Fuyukawa-san."

"Tapi aku ngga berbuat apa-apa."

"Tidak juga. Sekali lagi, terima kasih ya, Fuyukawa-san." Aku tersenyum.

"Um…" Fuyukawa-san membalas dengan senyumannya.

"Kalau ada pelajaran yang tidak bisa kamu pahami, tanyakan saja padaku. Mungkin aku bisa membantumu."

"Um. Makasih."

Sejak hari itu, aku dan Fuyukawa-san sudah sering berbicara. Walaupun kebanyakan tentang kegiatan sebagai perwakilan kelas.

"Ah… Aku ada kegiatan klub. Sampai jumpa, Amamiya-kun."

"Ah, um. Sampai jumpa lagi."

Fuyukawa-san pergi meninggalkan kelas. Saatnya aku juga pergi ke klubku, Klub Bantuan.

Saat aku sedang berjalan munuju ruang klub, beberapa murid sepertinya masih membicarakan tentang Klub Bantuan. Kalau mereka penasaran begitu, lebih baik mereka kunjungi saja. Dengan begitu, mereka bisa bertanya sampai puas.

Sesampai di depan ruang klub, kutarik nafas dulu sebelum membuka pintu ruang klub ini.

Fuuuhhhaaa…

Baiklah, ayo masuk.

Kugeser pintu ini dan pintu terbuka.

Di tengah ruang sudah ada seorang gadis yang duduk dengan buku di tangannya. Gadis itu adalah Shiraishi Miyuki-san. Dia datang sangat cepat ke ruangan ini.

Shiraishi-san menyadari kalau pintu sedang terbuka. Dia mengarahkan pandangannya ke arahku yang sedang berdiri di depan pintu sambil memandangi dirinya.

"Halo."

"Halo, Shiraishi-san."

Secara refleks, aku menjawabnya sapaannya.

Setelah menutup kembali pintunya, aku duduk di tempat dudukku seperti kemarin. Mengambil buku yang kupinjam kemarin dari dalam tas dan mulai membacanya. Saking bosannya kemarin karena tidak ada kegiatan, aku hampir menyelesaikan buku ini. Hari ini pasti akan selesai.

Kami hanya duduk sambil membaca buku, menunggu klien datang untuk meminta bantuan dari kami. Mengingat klub ini yang mungkin masih terdengar aneh bagi murid-murid lain, kemungkinan datangnya klien hari ini pasti tetap dalam persentase rendah. Jadi, hal yang bisa kami lakukan adalah memanfaatkan waktu yang ada sesuka hati kami.

Sesekali kulihat ke arah Shiraishi-san yang membalik-balikkan halaman buku yang dibacanya dengan cepat. Apa dia membacanya dengan cepat atau memang bacaannya yang membosankan, aku tidak tahu itu. Sekarang, aku hanya fokus dengan buku yang kupinjam kemarin. Sedikit lagi habis, jadi bisa kukembalikan terus hari ini.

Waktu berlalu begitu cepat saat aku tenggelam ke dunia sastra, sehingga buku ini telah selesai kubaca. Karena masih di jam kerja perpustakaan sekolah, lebih baik aku mengembalikan buku ini secepatnya. Lagian aku tidak yakin kalau akan ada klien yang datang hari ini.

Di perpustakaan, aku tidak bertemu dengan Namikawa-san. Sepertinya dia tidak ke perpustakaan hari ini.

Setelah mengembalikan buku itu, aku kembali ke ruang klub. Terlihat pemandangan yang tidak terduga. Dari kejauhan, kulihat ada dua orang murid perempuan yang tidak kuketahui sedang berdiri di depan pintu ruang klub. Apakah mereka perlu bantuan dari Klub Bantuan? Sepertinya begitu.

Berjalan mendekati arah mereka, ternyata Mizuno-san dan Seto-san.

"Mizuno-san, Seto-san, sedang apa?"

"Kyaa…" Mereka berdua terkejut.

"Amamiya… Jangan kagetin gitu dong."

"Jantungku hampir copot rasanya."

"Ah, maaf. Jadi, sedang apa?"

"Kami mau minta tolong sama Klub Bantuan."

Seto-san menjawabnya sambil melihat-lihat ke arah lorong. Sepertinya dia tidak ingin ada orang lain yang melihatnya.

"Amamiya sendiri, kamu sedang apa di sini?"

"…Ah, aku? Aku anggota Klub Bantuan."

"Eh, beneran?" Mizuno-san sedikit terkejut.

"Iya, benar. Masuklah kalau begitu. Kalian ingin meminta bantuan, kan?"

Aku menggeser pintu ini dan mempersilakan mereka masuk.

Mereka berdua terkejut saat melihat ada seseorang gadis yang dikenal oleh seluruh sekolah sedang duduk di tengah ruangan ini.

"Shiraishi-san, kita kedatangan klien." Setelah mengatakan itu, aku mengambil dua kursi untuk diduduki oleh Mizuno-san dan Seto-san. Kuletakkan dua kursi itu di depan Shiraishi-san. "Silakan duduk," tambahku. Setelah mereka duduk, barulah aku duduk di kursiku.

"Selamat datang di Klub Bantuan. Apa ada yang bisa dibantu?" Shiraishi-san yang telah berhenti membaca mulai bertanya kepada mereka berdua.

"Jangan sungkan, Mizuno-san, Seto-san, katakan saja."

"Sebenarnya yang perlu bantuan Atsuko, Amamiya."

"Oh Mizuno-san, ya…"

"Cepat katakan, Atsuko." Seto-san terlihat sedang memaksa Mizuno-san untuk berbicara.

"Iya, iya. Begini Shiraishi-san, Amamiya… besok ada remedial, kan?"

"Iya, ada."

"Um, kenapa dengan itu, Mizuno-san?"

"Aku ikut remedial itu. Nilai matematikaku di bawah standar nilai. Kalau gagal lagi, aku tidak bisa ikut turnamen basket bersama dengan Yukina dan lainnya."

"Um…Jadi kamu ingin kami membantumu belajar, seperti itu?" Shiraishi-san memegang dagunya seperti sedang berpikir.

"Um… kenapa tidak minta Fuyukawa-san mengajarimu, Mizuno-san?" Tanpa sadar, aku pun sudah memegang daguku.

"Kami tidak ingin merepotkannya. Saat ujian kemarin, dia udah belajar dengan keras dan juga masih bantu kami latihan. Dia itu sudah seperti ace di dalam tim kami. Jadi kami ingin beri dia waktu untuk istirahat."

"Karena itulah, aku menyarankan Atsuko untuk datang ke sini."

"Mizuno-san, kamu orang yang baik ya…"

"Kenapa tiba-tiba, Amamiya?"

"Ah, tidak. Bukan apa-apa. Jadi, kami hanya perlu membantu Mizuno-san belajar Matematika?"

"Ya, begitu." Mizuno-san menjawabnya dengan nada yang pelan, tidak seperti biasanya.

"Aku sih bersedia membantumu, Mizuno-san. Shiraishi-san bagaimana?"

"Karena ini pertama kalinya ada yang meminta bantuan dari klub ini, maka kita harus membantunya."

"Kalau begitu, kita tulis dulu di Log BookKlub Bantuan."

"Ya, benar."

Shiraishi mengambil log book mulai mengisinya. Dia hanya menyuruh Mizuno-san menulis nama dan kelasnya. Setelah itu, dia melanjutkan mengisi bagian yang lainnya.

Aku beranjak dari tempat dudukku menuju tempat Shiraishi-san untuk melihat isi log book itu dan membacanya dari arah kanannya.

"Permasalahan: tidak bisa ikut turnamen basket jika gagal di remedial Matematika. Jenis bantuan yang diberikan: Mengajarinya belajar Matematika. Mm… sepertinya bagus. Kalau begitu, langsung saja kita mulai."

"Eh, di mana?"

"Di sini saja tidak masalah kan, Shiraishi-san?"

"Iya, tidak masalah."

"Sebentar, aku ngga membawa buku catatan Matematika. Bagaimana dong?"

"Tidak perlu khawatir, aku membawanya. Jadi kamu pakai saja dulu, Mizuno-san. Kamu bisa kembalikan saat remedialnya tuntas."

"Makasih, Amamiya."

"Kalau begitu, aku pergi dulu, Atsuko. Semangat belajarnya."

"Makasih, Misa."

Seto-san yang sudah menyelesaikan tugasnya membawa Mizuno-san ke sini pergi meninggalkan ruangan ini.

Mizuno-san mengambil buku catatan dari tasnya.

"Itu untuk apa, Mizuno-san?"

"Ah, ini untuk menulis kembali apa yang kalian jelaskan nanti. Juga kalau ada soal, bisa kukerjakan di buku catatan ini. Tidak mungkin kan aku menulisnya di bukumu, Amamiya."

"Oh begitu, ya…"

"Ngomong-ngomong, apakah dengan waktu yang sedikit ini bisa membuatnya lulus remedial Matematika? Aku sedikit meragukan itu." Shiraishi-san mengatakan kenyataan yang benar.

"Benar juga."

"Bener juga."

Aku dan Mizuno-san mengatakannya serentak.

"Tapi Shiraishi-san, walaupun waktunya sedikit untuk belajar, pasti ada hal yang bisa kita lakukan untuk membuat Mizuno-san lulus ujian remedial Matematika."

"Aku akan berusaha semampuku." Mizuno-san membulatkan tekadnya dan mulai bersemangat.

"Kalau kita mengajarinya dari kisi-kisi ujian, tetap saja membutuhkan waktu yang banyak. Sedangkan 40 menit lagi sekolah akan tutup."

"Dalam 40 menit itu, kita lakukan sebisa kita dulu."

"Baiklah. Ayo kita mulai."

"Mohon bantuannya, Shiraishi-san dan Amamiya."

Shiraishi-san mulai mengajari Mizuno-san dari bagian yang tidak dia pahami. Di saat itu, aku hanya berpikir apakah ada jalan lain juga sekali-kali aku memberi penjelasan jika ada penjelasan dari Shiraishi-sanyang tidak bisa dipahami oleh Mizuno-san.

Shiraishi-san tadi mengatakan kalau belajar dari kisi-kisi ujian saja, tetap memakan waktu.

Kisi-kisi, ya… Bagian-bagian yang akan muncul menjadi pertanyaan saat ujian sesungguhnya. Pasti itu…

"Shiraishi-san, sebentar."

"Ada apa?"

"Memang kalau kita mengajarinya sekarang tidak akan cukup waktunya. Oleh karena itu, pasti kalau kita mengajarinya bagian-bagian yang akan menjadi pertanyaan nanti, maka pasti berbeda."

"Kisi-kisi itu yang akan menjadi pertanyaan nanti, maka dia harus belajar semua yang ada di kisi-kisi itu."

"Tidak. Pasti ada pola."

"Pola?"

"Pola???"

Shiraishi-san dan Mizuno-san mengatakannya serentak sambil memasang wajah penasaran.

"Tidak mungkin semua yang ada di kisi-kisi itu akan menjadi pertanyaan nantinya. Oleh karena itu, Shiraishi-san, kamu yang sudah sekolah di sekolah ini sejak kelas satu, pasti kamu tahu."

"Ah, aku paham."

"Eh, apa?" Mizuno-san tidak bisa mengikuti pembicaraanku dengan Shiraishi.

"Dengan kata lain, kalau kita bisa tahu pola pertanyaannya bagaimana, maka Mizuno-san bisa lulus remedial 100%. Coba kamu ingat kembali soal-soal yang muncul di ujian, Shiraishi-san."

"…"

"…"

"…"

Kami bertiga terdiam. Lalu Mizuno-san menatapku dengan penuh tanda tanya.

Kumohon, Shiraishi-san. Pasti kamu dapat mengetahi bagaimana polanya.

Sekitar semenit kemudian, Shiraishi-san yang dari tadi memegang dagunya sambil berpikir sepertinya telah menemukan sesuatu.

"Aku mengerti. Coba pinjamkan catatan itu."

"Ah, ini, silakan." Mizuno-san memberikan catatanku kepada Shiraishi-san.

Shiraishi-san membalik-balikkan halaman catatan Matematika, dari materi awal hingga materi terakhir yang diujiankan kemarin. Setelah itu, dia menunjukkan catatan itu ke Mizuno-san.

"Kamu fokuskan belajar di sini, di sini, di sini, dan di sini. Jika kamu mengerti semua bagian ini, pasti kamu bisa lulus remedial."

"Baiklah, Shiraishi-san. Akan kucoba."

Dengan sisa waktu yang sedikit, aku dan Shiraishi-san menjelaskan semua bagian tadi ke Mizuno-san agar dia bisa. Memberikan soal untuk dikerjakannya dan menjelaskan cara menyelesaikannya jika dia tidak bisa.

Kami selesai tepat saat bel tanda sekolah akan ditutup berbunyi.

"Makasih banyak, Shiraishi-san dan Amamiya-kun."

"Um, sama-sama."

"Sama-sama."

Setelah aku dan Shiraishi-san mengatakan itu, Mizuno-san pamit untuk pulang. Dengan ini, seharusnya dia akan lulus remedial besok. Catatanku juga dibawanya, semoga dia bisa belajar sedikit lagi nanti malam.

Setelah membereskan dan memasukkan barang-barang kami ke dalam tas, kami meninggalkan ruang klub ini.

Aku berjalan di lorong gedung khusus ini bersama dengan Shiraishi-san. Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padanya. Kenapa dia tidak menggunakan namaku saat berbicara denganku. Dia hanya menggunakan kata "kamu." Padahal dia tahu namaku. Ingin kutanya padanya, tapi aku tidak berani. Lagi pula kami hanya sebatas teman seklub.

Kalau Mizuno-san, Seto-san, dan beberapa murid kelas 2-D mungkin memanggilku tanpa "kun" atau "san" karena lebih mudah. Terserah mereka saja, sih.

Baiklah, saatnya pulang. Kalau kesempatan itu datang, akan kutanya padanya nanti.

Dengan demikian, hari-hariku selepas pulang sekolah akan diisi dengan menunggu seseorang yang datang ke Klub Bantuan sebagai klien.