webnovel

Akhir Pekan Pertama di Tokyo (5)

Taman Yoyogi merupakan salah satu taman terbesar di Tokyo yang terletak di Shibuya, berdekatan dengan Stasiun Harajuku dan Meiji Jingu. Taman ini dipisahkan oleh jalan menjadi dua bagian. Bagian A untuk taman dan Bagian B untuk stadion, panggung terbuka, dan fasilitas lainnya. Gedung yang ditunjuk Hiroaki tadi yaitu Bagian B dari Taman Yoyogi, berada di seberang jalan.

Sekarang kami telah berada di Bagian B dari Taman Yoyogi yaitu berada di tamannya. Ya, taman. Tempat yang berisi tanaman-tanaman hijau, bunga, dan kolam. Kami melewati gerbang masuk dan berjalan lurus. Melihat ke kiri ke kanan, semuanya hijau, banyak sekali pohon. Suasana kota yang ribut langsung hilang saat memasuki taman ini. Di depanku terlihat kebun bunga mawar dengan beraneka ragam warna daunnya. Ada warna merah, kuning, merah muda, dan putih. Di depan, jalan terbagi menjadi dua. Hiroaki kemudian bertanya kepadaku.

"Hey, Amamiya, mau ke air mancur taman?"

"Di mana?"

"Di sebelah sana." Hiroaki menunjukkan ke arah jalan sebelah kanan.

"Eh, tunggu sebentar. Aku harus ke toilet."

"Aku juga. Hahaha. Di depan sana ada toilet. Yuk ke sana dulu."

"Mm, oke."

Setelah dari toilet, kami bergerak ke arah air mancur. Di arah menuju air mancur, terdapat kolam. Kolam itu dikelilingi bangku yang panjang, juga ditempatkan di pinggir jalan. Kami berjalan lurus terus. Jomlah kolamnya ternyata ada tiga, dengan ukuran yang berbeda. Banyak orang yang duduk di samping kolam itu. Suasana taman yang ramai di akhir pekan pastilah seperti ini.

Akhirnya kami sampai di Air Mancur Taman Yoyogi. Air mancur itu berada di tengah danau buatan. Ada tiga air mancur yang terletak di sisi kiri, tengah, dan kanan danau ini. Di depanku terdapat bangku dengan ukuran kecil yang telah penuh diduduki oleh pengunjung taman. Jumlahnya 10 bangku dengan dua bangku di sebelah kiriku, enam bangku di tengah yang menghadap langsung air mancur, dan dua bangku di sebelah kananku.

Kulihat ke arah kiri dan kanan. Ke manapun mata memandang, semuanya hijau. Sedikit sedih karena tidak bisa melakukan hanami di taman ini karena bunga sakura telah gugur. Semoga tahun depan kesempatan itu datang.

Setelah puas melilhat-lihat, Hiroaki mengajakku melanjutkan perjalanan mengelilingi Taman Yoyogi. Kami lanjut berjalan ke arah kiri dari air mancur ini. Terlihat bebek yang sedang berenang dari samping sungai. Di pinggir jalan taman, terdapat banyak bangku yang berjejeran. Orang-orang duduk di bangku itu sambil membaca buku, berbicara, dan sebagainya.

Menyusuri jalan ke arah utara, ada area luas tanpa pepohonan di tengahnya yang digunakan para pengunjung untuk piknik. Sangat ramai. Mereka membawa alas untuk duduk, makanan dan minuman, menyaksikan keindahan dan ketenangan alam di taman ini bersama keluarga, teman, bahkan kekasihnya.

Keluarga, ya?

Kuingat-ingat kembali masa laluku. Dalam ingatanku, aku tidak pernah melakukan piknik. Sekalipun. Pasti seru ya melakukan piknik, walaupun bukan bersama keluarga.

"Oi Amamiya!" Hiroaki yang berjalan di depanku memanggilku.

"Kenapa, Hiroaki?" Aku menuju ke arahnya.

"Ayo piknik."

"Ha?" Aku sedikit terkejut dengan ajakannya.

"Ha, ja nee yo. Ayo piknik."

"Sebentar… piknik? Kita tidak bawa apa-apa ke sini. Alas saja tidak ada."

"Iya juga, ya? Mm…"

"Lain kali saja. Lagian Hiroaki, kamu tidak memikirkan sesuatu dengan matang."

"Maaf, maaf. Kalau begitu, lain kali saja. Gimana kalau kita ajak orang lain?"

"Ide bagus. Ajak saja temanmu lagi, Hiroaki. Bukannya semakin banyak orang semakin seru?"

"Bener tuh. Sekalian kukenalkan kamu ke temanku."

"Ah, itu tidak perlu."

"Enggak, enggak, enggak. Itu perlu, Amamiya."

"Tidak, tidak, tidak. Itu agak…"

"Tenang saja, Amamiya. Kamu gak perlu seperti itu. Semakin banyak teman, semakin bagus."

"Haaa… Mm, terserah kamu saja."

"Gitu dong. Hahaha." Hiroaki menepuk pundakku.

"Iya, iya. Arigatou."

"Ayo kita jalan lagi. Ke arah utara taman ini ada tempat untuk hewan peliharaan."

Setelah merencanakan piknik yang tidak tahu kapan akan dilaksanakan, aku mengikuti Hiroaki menuju arah utara taman yang katanya ada tempat untuk hewan peliharaan. Sekali lagi kulihat ke arah sekitarku memang banyak sekali orang yang piknik di sini.

Kami tiba di tempat yang dikatakan Hiroaki tadi. Ada tempat yang dibatasi dengan pagar besi yang di dalamnya ada berbagai jenis anjing dengan pemiliknya. Tempat ini dinamankan "Yoyogi Park Dog Run" yang letaknya di bagian utara taman. Aku tidak suka dengan anjing, jadi hanya melihatnya dari jauh. Tidak sepertiku, Hiroaki mendekati pagar itu seakan ingin masuk ke dalam dan bermain bersama anjing-anjing itu. Kubiarkan dia menikmati waktunya. Tak lama kemudian, Hiroaki menuju ke arahku.

"Amamiya, apa kamu pernah punya peliharaan?"

"Tidak pernah. Kalau kamu, Hiroaki?"

"Aku memelihara anjing, shiba inu di rumah."

"Begitu ya."

"Kamu tidak suka anjing?"

"Bisa dibilang begitu. Aku lebih suka kucing."

"Oh… Ayo ke arah sana. Di sana ada tempat sewa sepeda."

"Apa?" Aku terkejut mengetahui hal itu. Taman ini sangat keren.

"Kita bisa sewa sepeda untuk mengelilingi taman ini. Jadi, ngga terlalu capek."

"Kalau kamu mau sewa sepeda, sewa saja. Aku lebih suka jalan kaki."

"Gak lelah?"

"Tidak juga. Mungkin karena sudah biasa."

"Kalau begitu, jalan kaki saja."

Kami meniggalkan tempat bermain dengan anjing ini dan mulai mengelilingi taman lagi. Menyusuri jalan panjang yang mengelilingi taman ini.

Setelah puas berjalan-jalan di taman ini sambil menikmati suasana taman yang indah, tentram, seperti di hutan, kami kembali ke arah gerbang masuk Taman Yoyogi. Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa kami sadari, sekarang sudah pukul 3 sore. Sekarang ke mana lagi, ya? Kucoba tanya ke Hiroaki.

"Hey Hiroaki, sekarang ke mana lagi?"

"Karena kita masih di sini, tentu saja kita harus ke Meiji Jingu."

"Meiji Jingu? Aku ingin ke sana."

"Yuk. Ikut aku."

"Siap, Hiroaki-senpai."

"Hah? Jangan pakai senpaijuga. Kita kan sebaya."

"Tapi kan, kamu senpai di daerah ini, Hiroaki."

"Terserah kamu saja. Ayo pergi." Kami meninggalkan Taman Yoyogi. Tujuan kami selanjutnya yaitu Meiji Jingu.

Suasana kota kembali saat keluar dari Taman Yoyogi dengan suara ribut dari berbagai kendaraan. Kalau dipikir-pikir, suara seperti ini tidak terdengar saat di taman tadi pasti karena banyaknya pohon yang mengalang laju gelombang suara. Taman Yoyogi, mari bertemu lagi di hari lain.

Sekitar satu menitan berjalan kaki, sekarang kami tiba di jalan masuk ke Meiji Jingu. Di sebelah kiriku, pemandangan hutan dengan pohon-pohon yang hijau dan tinggi tergambar di depanku. Ada kafe yang terletak di depan gerbang masuk ke Meiji Jingu ini. Etto, namanya Mori no Terrace. Ah, Teras Hutan. Kafe Teras Hutan. Terlihat banyak orang yang sedang duduk di kafe itu sambil makan dan minum. Tentu saja ramai karena akhir pekan. Sedangkan di sebelah kananku tergambar pemandangan kota. Di arah sana sepertinya ada stasiun. Um, kalau tidak salah di arah utara dari Stasiun Shibuya ada Stasiun Harajuku.

Kaki Hiroaki sedikit bergetar, begitu juga diriku. Mungkin karena mengelilingi Taman Yoyogi yang memang sangat luas membuatku dan Hiroaki sedikit kelelahan. Padahal saat di taman tadi, kami tidak terlalu merasa kelelahan. Mungkin karena rasa tentram dari taman itu yang membuat kami tidak merasa lelah. Tapi tetap saja rasa lelahnya berarti karena telah melihat-lihat pemandangan di taman itu. Lebih baik kami istirahat di kafe itu.

"Hey Hiroaki, kamu jangan memaksakan diri juga. Terlihat kalau kamu kelelahan. Kita ke kafe itu saja dulu."

"Ide bagus. Maaf."

Kami menuju kafe yang ada di depan jalan masuk menuju Meiji Jingu. Kafe yang bernama Mori no Terrace ini memiliki meja yang diletakkan di luar kafe. Karena meja di luar kafe ada yang kosong, kami menuju ke meja itu, dan duduk di kursi. Tak lama kemudian datang seorang pelayan perempuan memberikan dua gelas air putih dan menu kafe, lalu siap menulis menu pesanan kami.

Sambil minum, kulihat menunya. Menu minuman dan makanannya lumayan bervariasi, menurutku, dan harganya juga tidak mahal. Tadi kami sudah makan ramen, mungkin memesan makanan penutup yang manis-manis ide yang bagus. Sepertinya aku sudah menentukan apa yang akan aku pesan, begitu juga dengan Hiroaki.

"Aku pesan kopi susu panas dan pancake coklat ini."

"Satu gelas kopi susu panas dan satu porsi pancake coklat. Pelanggan di samping bagaimana?" Pelayan itu menulis pesananku dan bertanya ke Hiroaki.

"Kopi panas dan cheese cake ini."

"Satu gelas kopi panas dan satu cheese cake. Silakan ditunggu." Pelayan itu pergi meninggalkan meja kami sambil membawa menunya.

Setelah beberapa menit menunggu, pesanan kami datang. Pelayan itu meletakkan di atas meja ini dan kemudia pergi. Aroma dari kopi susu yang kupesan tercium oleh hidungku. Aromanya kuat walaupun minuman itu masih berada di meja. Kupegang gelasnya dan kudekatkan ke hidungku untuk mencium aromanya lagi. Wah… sangat harum. Aroma kopi dan susunya tercium dengan jelas. Lalu kuminum kopi susu ini. Cairan kopi susu ini membasahi lidahku. Rasa pahit dan manis tertinggal di mulutku dan cairan itu membasahi tenggorokanku. Ah, nikmat.

Kulihat ke arah Hiroaki. Dia dengan santainya meminum kopi hitam yang dipesannya tadi. Kopi hitam dengan rasa pahit. Apa dia serius mememinumnya? Sedikit membuatku penasaran.

"Hiroaki, kamu serius minum kopi hitam itu?"

"Tentu saja. Kopi hitam panas sangat pas di bulan April."

"Tapi pahitnya itu…"

"Haha… memang pahit, tapi kalau sudah biasa jadi tidak terasa. Kamu tidak minum kopi hitam?"

"Oh, begitu. Minum, tapi aku masukkan banyak gula agar tidak pahit."

"Aku juga masukkan gula, tapi hanya satu kotak atau satu sendok teh saja. Rasa pahit kopi kalau hilang sepertinya itu bukan kopi lagi."

"Ah, benar juga."

Kami lanjutkan dengan makan makanan yang kami pesan. Pancake coklat yang kupesan ini sangat lembut. Lelehan coklatnya terasa manis. Rasa manis dari kopi susu dan coklat pancake ini beradu di mulutku. Cheese cake yang Hiroaki pesan kehilatan enak. Aku berdiri dari kursi menuju ke kafe untuk membayar pesanan kami.

"Hiroaki, ayo ke kuil sekarang."

"Oke, aku bayar dulu."

"Tidak perlu, sudah kubayar."

"Jadi kamu ke kafe tadi untuk bayar, ya?"

"Iya. Ayo pergi."

"Sankyu. Ayo"

Setelah menghabiskan minuman dan makanan dan sudah cukup beristirahat, kami lanjutkan jalan-jalan kami ke Meiji Jingu.

Jalan masuk ke Meiji Jingu ini tepat berada di dekat kafe ini. Ada gerbang torii besar yang menandakan sebagai jalan masuk ke lokasi kuil Shinto.