webnovel

KESALAHAN NICK

karena merasa diremehkan oleh tatapan seorang julia, akhirnya nikolas membuat kesalahan yang sangat disesalinya. dan karena kesalahan itu hampir seluruh hidup nikolas berubah. apakah kesalahan itu masih bisa dimaafkan?, ataukah niatnya untuk bertanggung jawab akan sia-sia? Kali ini novel kita berjudul KESALAHAN NICK.. semoga kalian suka dengan ceritanya

Linda_Mamuaja · Teen
Not enough ratings
20 Chs

Cerita 11

"nona julia?" seorang laki-laki bule berumur sekitar awal 30an menyapa juwita lia, walaupun laki-laki itu berparas orang barat dan rambutnya pirang, tapi tinggi badannya tidaklah lebih tinggi dari tingginya nikolas, wajahnya terlihat tenang tapi sorot mata orang itu tidaklah ramah, ada sedikit sombong disana.

"ya saya sendiri" jawab juwita lia dengan senyum manisnya, melihat senyum itu cowok itu juga jadi tersenyum.

"Perkenalkan saya Arlan Adam" kata cowok itu dan mengulurkan tangannya untuk berkenalan, walaupun cowok bule itu berbicara dengan bahasa inggis tapi juwita lia bisa mengimbanginya, bahasa inggisnya juga sangat lancar.

"maaf aku mengajakmu ketempat ini bukan ketempat yang menarik lainnya" kata cowok itu santai, secara fisik dia suka dengan tampilan juwita lia, tapi dia ingin menguji untuk sesuatu yang lain.

"oh bukan masalah, karena aku bekerja dia dunia seni seharusnya juga aku menyukai lukisan, sebagai bentuk seni yang lainnya" kata juwita lia santai. Awal yang baik pikir juwita lia, meskipun dia lebih suka dengan tampang nikolas, tapi tampang orang ini juga tidaklah buruk, dia punya ketampanan tersendiri, mungkin lama kelamaan dia bisa menyukai cowok ini pikir juwita lia.

"iya kau benar juga, mari kita melihat-lihat kedalam" kata arlan dan mempersilahkan juwita lia untuk masuk duluan dengan sopan. Juwita tersenyum, satu lagi nilai plus dari cowok ini dia sopan.

Didalam galeri seni itu, mereka berjalan berkeliling dan memperhatikan dan membahas semua lukisan yang menurut arlan bagus. Setelah puas melihat-lihat, mereka duduk di cafe yang ada didekat galeri itu.

"bagaimana kau suka?" tanya juwita lia, sambil menyesap minuman yang mereka pesan.

"iya ada beberapa lukisan yang menarik perhatianku. Aku dan Keluargaku kami suka mengoleksi lukisan, kami punya banyak di rumah dan di galeri kami. kalau kamu bagaimana?" tanya arlan.

"kalau aku boleh jujur, aku sebenarnya suka lukisan tapi tidak terlalu, untuk sesuatu yang digambar itu aku lebih menyukai komik"

"WHAAT!! Kau mambandingkan lukisan dengan komik? Itu jauh sekali kelas mereka, jangan membandingkan mereka" kata arlan, dia sedikit kesal dengan pernyataan juwita lia itu. tanpa juwita lia sadari dia telah menyinggung arlan.

"kenapa? Komik juga digambarkan? Bahkan itu punya cerita, jadi itu seperti gabungan dari seni menggambar dan mengarang" protes juwita lia, dia merasa aneh kenapa arlan bisa kesal.

"Juwita Lia, Apakah Kau Sengaja Membuat Aku Marah?!"

"aku hanya manyampaikan apa yang ada dipikiranku, kenapa kau berpikir aku sengaja membuatmu marah?" juwita lia masih tak mengerti kenapa perkataannya bisa sangat membuat arlan marah.

"Kau Sengaja Membantah Perkataanku Kan? Kita Belum Menikah Dan Kau Sudah Membuatku Kesal Seperti Ini. Julia, Katakan Saja Kalau Kau Sebenarnya Tak Menyukaiku? Kau Melakukan Ini Agar Aku Marah Dan Terlihat Buruk kan?, Supaya Kau Punya Alasan Pada Orang Tua Kita" kata arlan sinis. Sebenarnya juwita lia bukan sengaja menyinggung arlan, hanya saja juwita lia tak tahu kalau arlan begitu menyukai lukisan dan sangat membenci komik, sedangkan juwita lia sangat menyukai komik, dan terjadilah perselisihan pertama mereka.

Mereka masih berdebat beberapa saat, sampai akhirnya arlan meninggalkan juwita lia. Juwita lia yang masih saja bingung dengan sikap arlan berjalan dengan malas menuju parkiran mencari managernya untuk pulang, tapi seseorang mencegatnya.

"lia sayang, boleh kita bicara sebentar" cegat nikolas.

"Hei.. Bagaimana Kau Bisa Berada Disini? Kau Menguntitku ya?" lia kaget dengan kehadiran nikolas yang tiba-tiba telah berdiri didepannya.

"kau tahu aku bisa mencarimu dengan mudah" kata nikolas tenang, berbeda dengan juwita lia, perkataan nikolas itu sangat menyakitinya, bertahun-tahun walau tak dikatakannya, tapi sebenarnya juwita lia diwaktu-waktu tertentu dia berharap nikolas akan mencarinya, bertahun-tahun dia berharap tapi sia-sia, nikolas tak pernah muncul.

Jadi kau bisa mencariku dengan mudah tapi tak berusaha mencariku" air mata juwita lia hampir menetes, tapi berusaha ditahannya. Hari ini terasa begitu berat baginya, orang yang dipilihkan neneknya untuk dijodohkan dengannya tiba-tiba marah padanya tanpa tahu sebabnya, dan sekarang nikolas membuatnya ingat pada masa lalunya.

"aku bisa menemukanmu dengan mudah karena kau memakai kalungku lia, jangan marah ya" kata nikolas menghibur, dia melihat perubahan yang buruk diwajah juwita lia.

"....." juwita lia tak bisa berkata, dia jadi ingat dengan kalung yang diberikan nikolas padanya beberapa hari yang lalu, alasan yang membuatnya mudah ditemukan.

"maafkan aku kalau telah menyakitimu. Bagaimana untuk menghiburmu, aku akan mentraktirmu makan ditempat yang enak dan rendah lemak dan kalorinya, sangat baik untuk orang berdiet" bujuk nikolas, dia menatap mata juwita lia dengan lembut dan menenangkan.

Melihat sikap nikolas yang begitu baik, hati juwita lia sedikit tersentuh, jadinya dia tak punya alasan untuk menolaknya. Dengan menganggukan kepalanya dia menyetujui untuk pergi dengan nikolas. Nikolas langsung tersenyum bahagia dan mempersilahkan juwita lia naik ke mobilnya.

"aku kangen lia..aku kangen padamu" kata nikolas bergaya manja, ketika mereka telah duduk dengan manis direstoran yang dikatakan nikolas itu.

"Huek.. Rasanya Mau Muntah Melihatmu Seperti Itu, Nggak Usah Alay Niko, Aku Ikut Denganmu Kesini Hanya Karena Lapar. Jangan Berpikir Yang Aneh-Aneh, Kita Sudah Nggak Punya Urusan Lagi" kata juwita lia dengan tegas. Mendengar itu nikolas tersenyum

"tapi aku benaran rindu lia, rumah jadi sepi tanpamu" kata nikolas berpura-pura serius.

"sudah ah, aku malas mendengarkan gombalanmu" kata juwita lia, dan dia mulai serius dengan melihat menu makanan yang hendak dipesannya.

"jadi cowok bule itu siapa?" tanya nikolas memulai cerita baru setelah mereka selesai memesan makanan.

"itu bukan urusanmu" kata juwita lia dengan cuek.

"lia kenapa kau sering berkata seperti itu, padahal seperti yang pernah ku bilang, urusanmu itu sekarang adalah urusanku"

"dan bukannya aku juga sudah pernah mengatakan padamu ditelpon, kalau kita sekarang tidak ada urusan lagi, aku sudah kembali ke keluargaku, jadi kau tak perlu lagi bertanggung jawab padaku"

"lia, bukankah seorang laki-laki itu harus bertanggung jawab pada wanita yang telah dia tiduri, bahkan yang telah dia rebut.."

"NIKO!! Kenapa kau suka membuatku marah hah?! Aku tak ingin mengungkit masa lalu. dimana kau waktu itu?! gila pakai mengancam lagi, kau pikir aku akan mencarimu, dasar BRENGSEK!!" kata juwita marah.

"yang lalu itu aku masih muda dan.." 

"Pokoknya Lupakan masa lalu itu, atau Kau ingin membuatku membencimu?!" potong juwita lia, pada perkataan nikolas.

"tapi lia, aku sungguh ingin minta maaf untuk semua kesalahanku di masa lalu. kecuali yang itu aku tak pernah menyesal, aku terlalu ingin mengulangnya lagi" kata nikolas menyesal tapi hanya suaranya yang terdengar menyesal, wajahnya tidak, malah ada senyum disana.

"Dasar Manusia Gila, Kalau Aku Bisa Membunuh Orang, Kau Orang Pertama Yang Ku Bunuh" geram juwita lia saking kesalnya, tapi tanggapan nikolas hanya tertawa.

"hei berhenti tertawanya, aku mau bicara serius, dengar niko.. kau suka ataupun tidak, tapi hari ini, hari terakhir kita bertemu, dan KAU tolong.. tolong jangan menggangguku lagi. Urusan kita telah selesai! aku ingin hidup tenang dengan keluargaku." kata juwita lia serius.

"tapi lia aku masih ingin bersamamu" protes nikolas

"ku mohon niko.. kuharap kau mengerti, kau hanya masa lalu dan aku lebih menyukai kehidupan baruku bersama keluargaku, jangan menggangguku lagi." kali ini juwita lia memohon wajah dan suaranya sangat serius. Nikolas terdiam hatinya terasa diiris melihat wajah juwita lia, niatnya memulai hidup dengannya ditolak seperti itu.