webnovel

Kepompong

"Persahabatan itu bagai kepompong, kadang kepo... kadang Rempong" :-D:-D Kisah Remaja tidak semudah dan seindah yang dibayangkan. Persahabatan empat gadis remaja, yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Adelia, gadis periang, cantik, ramah terhadap semua orang. Baginya pasti tidak akan sulit untuk mendapatkan perhatian dari banyak siswa dan siswi. Savira, pendiam dan tidak suka dengan kebisingan. Gadis yang pintar, sayangnya dia paling benci dengan satu jenis makhluk di dunia: Yaitu laki-laki. Kyra, seseorang yang biasa saja. Tidak terlalu menonjol, tidak popular disekolahnya. Tapi dia memiliki tekad dan kemampuan yang besar, agar bisa menggapai mimpinya untuk menjadi seorang "pastry chef" Sasikirana, dia adalah gadis yang paling sempurna diantara yang lainnya. Cantik, pintar, popular, dan satu hal lagi kelebihannya adalah dia berasal dari keluarga yang kaya raya. Mampukah empat gadis remaja ini menjadi sahabat, dan apakan pertemanan mereka akan bertahan? Disaat masing-masing dari mereka menyembunyikan sebuah rahasia yang tidak pernah mereka tunjukkan. ************************** Author note. Halo ini adalah karya kedua saya, novel dengan genre "teenlit"... Yang pertama "Kill this Love". untuk kalian yang suka dengan kenangan masa lalu akan masa SMA... novel ini cocok banget buat kalian... langsung masukin ke pustaka ya:-D. find me on IG: Sita_eh

Sita_eh · Teen
Not enough ratings
2 Chs

Prolog - Kelas Satu

SMA Bintang Satu

Salah satu sekolah unggulan yang berada di daerah pusat ibukota. Sekolah yang diminati oleh semua calon siswa dan siswi. Siapapun akan rela melakukan apapun, agar bisa masuk SMA Bintang Satu.

Banyak rumor mengatakan, siapapun yang lulus pada sekolah tersebut. Maka... masa depan mereka akan cerah, secerah langit biru disiang hari.

"Hah..! Berisik sekali sih!" Gumam Savira didalam kelasnya, ia sedari tadi hanya berpangku tangan diatas meja belajarnya. Melihat kerumunan siswa dan siswi yang terus saja berbincang, dan bercerita seru mengenai masa orientasi yang sudah mereka lewati Minggu lalu.

"Apanya sih yang seru? Biasa saja... malah sangat membosankan." Ucap Savira pelan, dan ia semakin niat untuk memasang wajah masamnya.

Seorang gadisberparas rupawan, berambut panjang sebahu baru saja memasuki kelas. Rambut lurus dan hitamnya berkilau, dan tampak alami. Beberapa siswa yang mengenalnya, segera saja memberikan sapaan riang dan ia membalasnya dengan senyuman manis yang mempesona.

"Adelia..!" Seru seorang siswi wanita,

"Wahh... ternyata kita satu kelas ya? Senang deh bisa satu kelas sama kamu," ucapnya dengan cara berlebihan.

"Eh iya, Sisil. Aku juga senang bisa satu kelas lagi sama kamu." Jawab Adelia tetap dengan senyum mempesona miliknya.

"Kita satu meja yuk duduknya? Kamu belum dapat tempat duduk, kan?" Sisil yang sok dekat segera mengaitkan tangannya pada lengan Adelia.

"Loh... Sisil! Lo kan sudah satu meja sama gue! kalau Adelia duduk sama Lo, terus gue sama siapa?" Ucap seorang siswi wanita yang tampak kesal, hidungnya yang besar membuat wajahnya menjadi terlihat sedikit sangar.

"Kan elo bisa duduk ditempat lain." Ucap Sisil sembari ia melotot kesal pada teman sebangku yang tidak ia anggap.

Savira yang memperhatikan dari tempat duduknya, hanya mendelik kesal karena dua siswi tersebut terlalu lantang saat berbicara, hanya untuk membahas siapa duduk dengan siapa.

"Huh... mulai lagi deh... Enggak bisa apa mereka sedikit tenang?" ucap Savira pelan, tapi Adelia segera menoleh kearahnya.

"Kayanya aku duduk sama dia aja deh." Ucap Adelia melepaskan tangan Sisil dari lengannya, dan berjalan kearah Savira.

Savira segera menegakkan wajahnya, dan memperhatikan Adelia yang terus saja berjalan mendekatinya.

"Kamu masih duduk sendirian, kan?" Tanya Adelia sopan, terlihat Sisil menyusulnya dan mengerutkan keningnya segera.

"Adel, kamu gak tahu soal dia ya? Mending kamu jangan duduk sama dia." Sisil masih saja berusaha, tapi Adelia justru menatapnya dengan wajah heran.

"Sorry, Sisil. Aku pikir kamu kan sudah punya tempat duduk sendiri, lagi pula aku juga enggak mau kalau nanti teman sebangku kamu marah. Lebih baik aku duduk sama Vira." Jelas Adelia.

"Ka... Kamu tahu nama aku?" Savira tidak tahu apa dia harus tersanjung, atau merasa biasa saja. Karena seorang Adelia yang cukup populer di kelas sepuluh bisa mengetahui namanya.

***

Di kelas berbeda,

Gadis berkacamata, dengan rambut kepang satu masuk kedalam kelas sembari menundukkan wajahnya. Entah mengapa dia merasa malu, padahal tidak ada satupun yang menatap kearahnya, atau jangan-jangan tidak ada yang menyadari kehadirannya.

Kyrana tampak kebingungan karena ia tidak tahu harus duduk dimana, ada salah satu bangku kosong dibagian depan. Baru saja ia ingin duduk, sampai akhirnya tiba-tiba seorang siswa sudah mendekati meja tersebut.

"Ini tempat gue, cari tempat lain sana!" Ucapnya sedikit kasar, dengan tatapan mencemooh.

"Eh... maaf aku gak tahu." Jawab Kyra, dan kembali mencari bangku kosong.

Dia kembali menemukan bangku kosong yang ada disampingnya, tapi lagi-lagi dugaannya salah. Seorang anak laki-laki sudah mendekati mejanya, dan menyeringai tak jelas.

"Mau gue pangku aja?" Tanyanya siswa tersebut.

"Eh... enggak makasih." Kyra segera saja membalikkan tubuhnya, dan mulai mencari-cari bangku kosong.

"Ah... itu sepertinya kosong." Kyra melihat pada bagian tengah, sebuah meja yang hanya memiliki satu bangku yang berisi tas sekolah berwarna emas.

Dengan percaya diri, Kyra segera saja duduk pada bangku tersebut. Tanpa tahu siapa teman sebangkunya nanti, yang jelas dia sudah merasa lega karena mendapatkan tempat duduk.

Tapi dugaan Kyra ternyata salah lagi. Tepat ketika ia baru saja duduk, dan semua mata sekarang memandanginya dengan cara yang berbeda, seakan-akan menatap seorang penjahat.

"Ada apa? Apa ada yang salah?" Batin Kyra bingung, dan ia pun mencoba mengalihkan dengan melihat kearah buku pelajaran yang baru saja ia keluarkan dari dalam tasnya.

Suasana kelas masih saja sunyi, dan semakin hening. Dan Kyra tidak berani untuk menegakkan wajahnya, ia hanya terus menunduk menatap pada buku pelajarannya sendiri. Sampai akhirnya Kyra mendengar langkah kaki yang mendekat kearahnya, dan hal yang pertama kali ia lihat adalah sepasang sepatu hitam yang terlihat baru. Berbeda dengan yang ia miliki, tampak usang dan biasa saja.

"Kamu siapa?" Suara seorang anak perempuan sedang bertanya pada Kyra, yang perlahan mengangkat wajahnya.

Kyra tidak langsung menjawab, ia seperti terpersona dengan gadis remaja yang ada dihadapannya. Sepasang mata cokelat yang indah, senada dengan warna rambut cokelatnya yang panjang melewati bahunya.

"Enggak bisa ngomong? Apa enggak bisa dengar?" Tanya Sasi seraya mendekatkan wajahnya segera.

Glek...

"Mmm... aku Kyra. Maaf aku pikir tempat duduk ini kosong. Sepertinya aku pindah saja." Ucap Kyra dan mulai memasukkan kembali buku pelajarannya kedalam tas, bisikan disekitarnya langsung saja terdengar pada telinga Kyra.

"Mampus tuh cewe... dia gak tahu apa kalau itu tempat duduknya Sasi?"

"Hahaha... pasti dia malu tuh... lagian pede banget... main duduk-duduk aja!"

Kyrana mencoba untuk menghiraukan semua perkataan yang terdengar oleh telinganya, saat ini ia hanya terus merapikan semua buku pelajarannya nya dan kembali untuk menemukan tempat duduknya sendiri.

"Kamu mau kemana? Memang ada yang suruh kamu untuk pergi dari tempat duduk ini?" Ucap Sasi. Membuat Kyra memandangnya dengan tercengang, dan dengan mulut yang setengah terbuka.

"Bukannya kamu mau aku pergi..."

"Enggak... sudah duduk saja disitu! Gue juga duduk sendirian dari tadi." Sasi memotong perkataan Kyra, dan setelahnya ia duduk disamping Kyra.

Suara bisik-bisik di belakang mereka berdua semakin terdengar, beberapa mengatakan tidak percaya, beberapa mengatakan ini gila.

Kyra pun kembali menghiraukan, dan ia hanya menoleh pada Sasi yang juga tampak tidak peduli, karena Sasi sendiri sibuk memainkan ponsel terbarunya.

"Dia terlihat cantik sekali," pikir Kyra yang takju memandangi Sasi.