webnovel

Kepingan Sayap Memori Penuh Dendam

Mitos mengatakan angka 7 merupakan sebuah angka keberuntungan. Bagi Dina, angka 7 merupakan kesempatan dari Tuhan! Dulunya, Renata yang merupakan sahabat terbaiknya memanipulasi Dina hanya demi seorang pria, Teddy. Tidak berhenti disitu, Renata menjebak Dina dan menjebloskannya ke dalam penjara, lalu menyuruh seseorang untuk membunuh Dina didalam sel yang suram itu. Dina berpikir dia hanya akan berakhir di Neraka dengan beribu penyesalan. Tapi nyatanya Ia terbangun kembali ke 7 tahun lalu, sebelum semua masalah hidupnya dimulai. Kini Dina tidak boleh jatuh kedalam lubang yang sama, Ia harus menyiapkan rencana serangan balik sebelum semuanya terlambat!

Pena_Fiona · Teen
Not enough ratings
424 Chs

Maukah Kamu Memelukku?

Mendengar kata-kata Dina, Teddy Permana tercengang dan tiba-tiba tertawa, lalu berkata "Ya, aku seharusnya tidak perlu mempedulikanmu."

Dina Baskoro tiba-tiba menyadari bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang salah.

Karena di kehidupan sebelumnya, satu hal yang paling sering Dina katakan kepada Teddy Permana adalah, "Kamu tidak bisa mengaturku! Kamu tidak memenuhi syarat untuk mengaturku!"

Dan setiap kali Teddy mendengar kalimat itu, Teddy Permana akan berbalik dan pergi dengan marah, lalu mengabaikannya. Dina Baskoro merasa menyesal dan ingin memperbaikinya, tetapi sudah terlambat. Teddy Permana sudah menanggapi kata-katanya barusan dan berjalan keluar kamar.

_ _ _ _ _ _

Dina Baskoro buru-buru berdiri, menyusul ke pintu, lalu memeluk Teddy Permana dari belakang, "Teddy Permana, jangan lakukan ini."

Teddy Permana mengerutkan keningnya dan berkata dengan nada tidak senang, "Apa yang kamu lakukan?"

Dina Baskoro masih tetap di belakangnya berusaha memeluknya lebih erat, dan berkata dengan sedih, "Teddy Permana, aku lapar, maukah kamu memelukku selama aku makan? Jika kamu menahanku, aku akan makan."

Teddy Permana berkata dengan cuek, "Lepaskan aku, turun dan makan sendiri."

"Aku tidak mau." Dina Baskoro tidak mematuhinya, melompat sedikit dan melingkarkan kakinya di pinggang Teddy Permana dan kemudian seluruh badan Dina saat itu menggantung di tubuh Teddy Permana seperti koala.

Merasa berat di tubuhnya, Teddy Permana tiba-tiba mengaitkan tangannya kebelakang dan langsung menarik Dina Baskoro di belakangnya ke dalam pelukannya.

Teddy Permana benar-benar tidak bisa memahami Dina saat itu. Dalam nada suaranya, ada sedikit nada gugup, " Dina Baskoro, apa yang kamu inginkan?"

Tapi Dina tidak ingin melihat Teddy terlalu dekat, menatap wajahnya yang cantik, kulit halus yang sempurna...

Dina Baskoro sekali lagi terpesona oleh Teddy Permana saat itu dan dalam hati berkata, ���bagaimana mungkin ada orang yang dilahirkan begitu sempurna?"

Tangannya mencengkeram leher Teddy Permana di sepanjang jalan, Dina Baskoro berkata dengan suara lembut, "Gendong aku sampai selesai makan malam, oke?"

Teddy Permana mendengarkan nada bicara Dina yang genit dan gestur lembut itu membuat semua kemarahan yang menumpuk di dalam hatinya untuk sementara waktu menghilang.

Dengan enggan, Teddy harus memegang erat pinggul Dina dengan kedua tangan dan menggendongnya sampai ke lantai bawah.

Para pembantu di bawah yang melihat pemandangan itu semuanya tercengang, mata mereka membelalak kaget dan dalam hati mereka membatin, "Apakah kedua orang itu benar-benar Teddy dan Dina? Ada apa sebenarnya ini?"

Hanya mbak Tiwi yang sudah tahu keintiman keduanya sebelumnya. Dia merasa sangat bahagia dan dengan cepat melangkah maju untuk melayani mereka berdua.

Teddy Permana lalu meletakkan Dina Baskoro di kursi, dan dia kembali duduk di kursinya sendiri lalu langsung mengambil sendok dan garpu dan memberikannya ke Dina Baskoro.

"Kamu belum makan dari siang hari, kamu harus makan yang banyak." Terdengar jelas ekspresi tenang dan cuek dari Teddy, tetapi Dina Baskoro mendengar ada kehangatan yang berbeda dari cara berbicaranya.

Hati Dina mengatakan "Apa masih harus berpura-pura, jelas Teddy peduli padaku."

Dina juga mengambilkan nasi dan beberapa makanan lainnya untuk Teddy Permana, dan tersenyum manis, "Kamu juga."

Mbak Tiwi yang berdiri di samping melihat pemandangan itu, sangat bahagia.

Ketika mereka berdua selesai makan, mereka naik ke atas lagi dan masuk kamar. Lalu Mbak Tiwi menyuruh salah seorang pembantu lain untuk mengambil telepon dan menghubungi seseorang.

Seseorang yang dimaksud adalah nenek Teddy Permana.

Mbak Tiwi bekerja di rumah itu sebagai pembantu dengan sebuah tugas kecil, yaitu membantu nenek mengawasi Teddy Permana dan Dina Baskoro saat berada di rumah. Dan malam ini adalah sebuah pertanda baik jadi Mbak Tiwi ingin melapor.

"Bagaimana kabar pasangan muda itu?" Nenek bertanya dengan ramah dengan suara di telepon.

Hati Mbak Tiwi senang, tapi juga menambahkan lagi, "Nenek, Teddy dan Dina benar-benar sedang jatuh cinta dan ini baru pemanasan. Kurasa perjalanan masih akan sangat panjang!"

Nenek yang mendengar hal itu sepertinya masih belum percaya, "Serius? Hubungan mereka benar-benar semakin baik?"

Mbak Tiwi mengangguk dengan gembira, "Iya! Serius!"

Nenek lalu tersenyum dengan sangat bahagia dan merasa lega di hatinya.

"Ternyata aku benar, wanita itu setelah menikah akan berubah, meskipun awalnya dia liar, dia lama-lama akan terkendali."

Mbak Tiwi mengangguk berulang kali, "Aku melihat hubungan antara Teddy dan Dina semakin baik dan baik setiap harinya. Dina juga jauh lebih baik dari sebelumnya. Dia pulang tepat waktu setiap hari dan tidak menjadi gila"

"Kurasa nanti wanita itu akan dapat menjadi istri dan ibu yang baik dan penyayang." Nenek sangat senang ketika dia mendengar berita itu.

...

Setelah mendengar berita dari Mbak Tiwi, nenek berada dalam suasana hati yang sangat baik. Dan setelah menutup telepon, dia masih tersenyum. Sekar Wulandari yang saat itu sedang memotong mentimun, melihat ibunya tersenyum seperti itu tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Bu, ada apa? Kenapa kelihatannya bahagia sekali?"

Nenek berkata sambil tersenyum, "Tentu saja aku senang, bagaimana tidak, Cucuku yang tersayang dan istrinya memiliki hubungan yang baik sekarang! Tiwi baru saja menelepon dan mengebari bahwa perempuan itu telah belajar bagaimana pulang tepat waktu setiap harinya dan itu semua tergantung pada Teddy Permana untuk bertindak tegas dan tidak melepaskannya."

Sekar Wulandari tidak mempercayainya, mendengus dingin dan berkata dengan jijik, "Bu, apakah kamu percaya itu? Kita masih tidak tahu karakter wanita itu sebenarnya. Kamu mungkin tidak tahu bagaimana berita tentang dia yang ada di luar! Dan dengan berita seperti itu bisakah mereka memiliki hubungan yang baik? Ku rasa tidak, aku tidak akan mempercayainya."

Sekar Wulandari memikirkan rumor yang dia dengar di luar dan merasa sangat tidak nyaman tentang Dina Baskoro. Merasa gadis seperti dia tidak layak untuk putranya yang berharga.

Sekar Wulandari tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Ngomong-ngomong, aku benar-benar tidak mengerti kenapa Teddy Permana mengatakan Dina adalah wanita yang luar biasa. Padahal ada begitu banyak gadis yang lebih baik di dunia ini, yang mana lebih dari cukup untuknya! Tetapi Teddy memaksa. Dan sebagai seorang ibu, aku benar-benar sakit kepala."

Setelah itu, Sekar Wulandari dalam-dalam. Dia menghela nafas, "tapi apa gunanya mengeluh sekarang?"

Nenek yang melihat Sekar Wulandari mengatakan itu, tidak bisa tidak mengatakan sesuatu selain sesuatu yang baik tentang pasangan muda itu.

"Menurutku, gadis itu tidak buruk, hanya dia memang memiliki kepribadian yang sedikit keras, tapi tidak melakukan hal buruk, bukan? Kepribadian orang seperti itu bisa dirubah. Lagipula, dia sekarang sudah menjadi milik Teddy Permana. Dan kamu sebagai ibu mertua, harus belajar untuk menyayanginya atau setidaknya menerimanya, mengerti?"

Kemudian nenek melanjutkan, "Lusa ini minta Teddy Permana untuk membawanya kesini untuk makan malam dan kamu harus menjaga perasaanmu ketika mereka disini."

Meskipun Sekar Wulandari tidak mau, dia tidak bermaksud untuk tidak mematuhi nenek, jadi Sekar dengan samar menanggapi dan menyelesaikan pekerjaan nya yang tertunda. Tapi dalam hati membatin "Jika ada kesempatan yang cocok, akan lebih baik kalau mereka berpisan. Bagaimanapun juga, keluarga Dina Baskoro tidak peduli sama sekali soal ini dan kudengar emosinya masih buruk."

Sekar Wulandari benar-benar tidak menyukai wanita seperti itu. Putranya yang berharga pantas mendapatkan wanita yang lebih baik.