42 Jangan Melakukan Hal Seperti Itu Di Alam Terbuka

Secara keseluruhan, semuanya indah.

Dan sebenarnya di kehidupan sebelumnya, Dina Baskoro pernah melihat pemandangan yang begitu indah seperti ini, tetapi dia tidak pernah memperhatikan.

Dalam kehidupan ini, semuanya masih sama, tetapi dia bukan lagi Dina Baskoro yang sebelumnya.

_ _ _ _ _ _

Tidak menyangka Teddy Permana memiliki sedikit minat pada tempat semacam ini.

Melihat Dina Baskoro yang berjalan kesana kemari seperti anak kecil. Membuat Teddy Permana menjadi sangat bahagia.

Lalu tiba-tiba Dina Baskoro bahkan menyarankan, "Teddy Permana, tempat ini sangat indah, membuatku tidak mau pergi dari sini, bagaimana kalau kita menginap disini malam ini."

Teddy Permana menolak, "Tidak."

"Hah? Kenapa?" Dina Baskoro menatapnya genit lagi, "Tapi aku sangat suka di sini."

Tapi percuma saja kali ini Dina Baskoro mencoba manja, Teddy Permana berkata tegas, "Di pegunungan dan malam begini, pasti banyak nyamuk. Kita datang kesini mendadak, tidak menyiapkan apa-apa, lain kali saja."

Apalagi nyamuk di pegunungan selalu ganas.

Dan kulit Dina Baskoro yang lembut begitu pasti menarik perhatian banyak nyamuk. Jika dia digigit nyamuk sepanjang malam, bagaimana mungkin dia bisa tenang untuk tidur.

Teddy Permana tidak mengatakan apa-apa setelah mengatakan itu.

Dina Baskoro merasa sedikit kecewa ketika dia mendengar Teddy Permana melarangnya tinggal di sini, tetapi pada akhirnya dia masih merasa sangat bahagia.

Dina Baskoro lalu memegang lengan Teddy Permana dan bertanya dengan hati-hati, "Teddy Permana, apakah kamu masih marah padaku?"

Mendengar pertanyaan itu, Teddy Permana menatapnya.

Dina Baskoro berkata lagi, "Aku benar-benar telah melakukan banyak hal yang salah sebelumnya. Jika memang kamu masih marah padaku, aku minta maaf..."

"Tapi jangan khawatir, aku sudah belajar dan aku pasti akan memperbaikinya."

Setelah selesai berbicara, Dina Baskoro takut Teddy Permana tidak akan mempercayainya, dan menambahkan, "Aku tahu, apa yang akan kamu katakan tanpa mengatakannya, kamu pasti berpikir aku akan berbohong kepadamu lagi, jadi nanti aku akan membuktikannya dan kamu akan tahu bahwa aku tidak berbohong atau main-main lagi."

Mendengarkan Dina Baskoro mengucapkan kata-kata itu, Teddy Permana tidak tahu harus merespon bagaimana..

Kata-kata itu seperti kata-kata yang diucapkan dengan sepenuh hati, tetapi apakah benar.

Teddy Permana tidak berani memikirkannya, jadi menganggap saja sungguhan.

Namun, sentuhan angin malam itu yang sejuk membuat Teddy Permana merasa sedikit tersesat.

Di bawah langit berbintang, Dina Baskoro memandang wajah Teddy Permana, tidak bisa menahan diri untuk kemudian mendekati wajahnya dan mencium bibirnya.

Teddy Permana terkejut dan melangkah mundur tanpa sadar.

Tetapi Dina Baskoro menarik bajunya, seolah-olah enggan Teddy Permana akan menghindar dan mempercepat ciuman itu dengan lebih aktif.

Meski tekniknya masih sangat pemula, ciuman itu tampak begitu murni dan indah.

Teddy Permana juga merasakan itu dan dengan cepat memeluk Dina Baskoro dan mencium balik.

Dibandingkan dengan ciuman Dina Baskoro yang seperti capung, ciuman Teddy Permana sangat mendominasi dan terlihat sudah sangat berpengalaman.

Tetapi setelah beberapa saat, Dina Baskoro tidak tahan lagi dengan kakinya yang lemah. Dan benar-benar jatuh di pelukan Teddy Permana. Dan tangan Teddy Permana bergerak ke dada Dina Baskoro semakin tak terkendali. Sampai mereka berdua tidak sadar sudah berada di tanah.

Tetapi kemudian Teddy Permana tiba-tiba menghentikan semua itu. Sambil membantu Dina Baskoro untuk berdiri, Teddy Permana berkata, "Ayo kita pulang."

Dina Baskoro masih bingung dan bertanya, "Ada apa?"

Teddy Permana tidak mengatakan apa-apa, lalu pergi dan masuk ke mobil, "Sudah larut, saatnya pulang."

Dina Baskoro mau tidak mau juga masuk ke dalam mobil, tapi dia merasa sedikit menyesal. Karena hubungan mereka hampir saja membaik saat itu. Namun, Dina Baskoro tiba-tiba teringat bahwa memang hal itu benar-benar tidak baik untuk dilakukan, karena mereka berada di alam terbuka.

Berpikir untuk melakukan hal semacam itu dengan Teddy Permana di tempat umum seperti itu, Dina Baskoro tiba-tiba merasa sangat malu.

Setelah kembali ke rumah, keduanya lalu mandi dan tidur.

Dina Baskoro mengenang bahwa dia memiliki kehidupan yang sangat bahagia saat itu.

Keesokan harinya.

Karena kelas hari itu diadakan sore hari, Dina Baskoro masih bermalas-malasan di tempat tidur sebentar.

Dan Teddy Permana sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.

Setelah tiba di kantor, Rahmi membuatkan secangkir teh untuk Teddy Permana dan kemudian melapor. "Pak Teddy, saya sudah menyelidiki tentang video rekaman Bu Dina kemarin, seperti yang anda minta."

Teddy Permana mengangguk sedikit, suaranya dingin, "Baik, jadi ada apa?"

Teddy Permana tidak pernah memperhatikan situasi Dina Baskoro di kampus, jadi benar-benar tidak tahu bagaimana Dina Baskoro saat di kampus.

Kemudian Rahmi memberi tahu Teddy Permana tentang apa yang sudah dia selidiki berdasarkan video rekaman CCTV itu.

"Sejauh yang saya tahu, Bu Dina di kampus ternyata sangat tidak disukai teman - teman sekelasnya."

"Benarkah?" Teddy Permana sedikit terkejut mendengar itu dan ada rasa sedikit tidak senang, "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Lalu Rahmi melanjutkan, "Tampaknya di kampus, semua orang membicarakan bahwa makalah yang ditulis oleh Bu Dina palsu. Semua orang mengatakan bahwa Bu Dina telah menggunakan jasa orang lain untuk mengerjakan tesisnya dan mereka memaksa Bu Dina untuk mengakuinya. Sekarang di forum fakultas, semua orang memfitnah Bu Dina dengan mengatakan bahwa dia tidak terpelajar, ada juga yang berkata bahwa dia adalah bunga yang berbunga- bunga, vas atau semacamnya. Selain itu, dia juga… "

"Cukup." Ketika Teddy Permana mendengar semua itu, ekspresi wajahnya menjadi berbeda.

Teddy Perman benar-benar tidak menyangka Dina Baskoro akan difitnah oleh begitu banyak orang di kampus.

Belum lagi yang mereka bicarakan itu adalah tentang esai yang ditulis sendiri oleh Dina Baskoro dan Teddy Permana menyaksikan dengan matanya sendiri.

Tanpa diduga, ada begitu banyak drama di balik esai itu dan sekarang disalahpahami.

Rahmi memperhatikan kata-katanya dan berkata, "Pak Teddy, apakah menurut anda kita perlu membantu Bu Dina dalam masalah ini?"

Meskipun Teddy Permana kesal karena Dina Baskoro telah diintimidasi, dia hanya menggelengkan kepalanya.

"Tidak, urusan kampusnya adalah urusannya sendiri, tidak perlu campur tangan."

"Iya pak." Rahmi mengangguk dan kemudian melaporkan lagi, "Pak Teddy, orang yang berencana menculik Bu Dina malam itu juga telah saya temukan."

Mendengar kata-kata Rahmi itu, Teddy Permana tertegun dan kemudian bertanya dengan tegas, "Siapa orang-orang itu?"

Rahmi berkata kepada Teddy Permana, "Informasi yang saya dapat, sekelompok orang itu adalah kumpulan preman yang tinggal di selatan kota. Dan pemimpin preman itu tampaknya mendapat perintah dari orang lain sebelum menculik Bu Dina. Tapi penculikan itu ternyata tidak berhasil. Jadi setelah kejadian itu banyak dari mereka yang melarikan diri dan hanya menyisakan beberapa preman lain."

"Tapi..." kata Rahmi, merasa sedikit tidak nyaman, "Preman yang lain tidak peduli, mereka tidak mau berkata apa-apa."

Teddy Permana tidak bisa menahan ekspresi kemarahan di wajahnya dan berkata dengan suara tegas, "Karena mereka sudah berani melakukan kejahatan, biarkan mereka masuk penjara. Dan jangan biarkan mereka keluar. Agar mereka bisa mengambil pelajaran panjang di dalamnya."

Rahmi setuju, namun kemudian menambahkan kalimat dengan ragu, "Pak Teddy, bagaimana dengan preman yang sudah kabur? Apakah mereka dilepaskan begitu saja?"

Karena mereka berani melukai Dina Baskoro, tentu saja Teddy Permana tidak mungkin untuk melepaskannya.

Teddy Permana berkata dengan sungguh-sungguh tanpa ekspresi, "Teruslah mencari sampai kamu menemukan mereka."

Rahmi mengangguk, "Baik pak, saya akan melakukannya sekarang."

avataravatar
Next chapter