webnovel

Kenapa tidak?

cerita cinta terukir jelas diantara celah yang tersisa didalam hati yang hampir mati.

my_dream0001 · Teen
Not enough ratings
2 Chs

Aku

Kring...kring...kring

Dering telpon mengagetkan seisi ruangan yang tengah fokus mengikuti pelajaran tambahan. Seketika semua mata tajam menatap kearah gadis berambut ikal dengan poni. Eira gadis dengan wajah bulat dan badan mungil hanya bisa tersenyum tipis dengan rasa malu. Ia satukan tangan sebagai tanda permintaan maaf kepada semua orang.

Satu panggilan tak terjawab dari Fajri adik kesayangannya. Tidak biasanya adiknya menelponnya. Namun, Eira tidak mau ambil pusing dia memilih fokus mengikuti pelajaran.

Pukul 16.00, pelajaran telah usai dengan diakhiri tugas yang menumpuk. "Hem..." helaan nafas panjang terdengar cukup berat.

"Kenapa?" Wita sahabat dan juga teman sejurusan Eira yang mulai menyadari jika sahabatnya telah berada dimode Off.

"Oh iya!" sembari menggebrak meja. Wita yang tengah fokus langsung terkejut.

"Kenapa? bikin jantung gua mau copot aja," berteriak kearah Wita dengan nada kesal.

"Aku baru ingat hari ini dia bakalan mampir ketoko buku," wajah bersinar dengan senyum paten.

"Siapa?"

"Dewa kebehagiaanku." Wajah penuh cinta itu sudah tidak bisa ia sembunyikan lagi. Tatapan yang hanya ia tujukan pada satu orang saja.

"Haaa...?" Wita terbelalak melihat ekspresi dan jawaban yang Eira berikan.

Ia langsung bergegas menuju toko buku yang tidak jauh dari kampusnya. Sesampainya di pintu masuk toko buku hal pertama yang wajib ia perhatikan adalah tempat duduk. Dengan perhitungan dan ketelitian ia mulai memilih tempat duduk yang akan dia jadikan tempat pengamat yang tepat. Hanya tersisa dua tempat duduk kosong diujung rungan dan diujung paling depan. "Eemmm..." matanya terus bergerak untuk memperhitungkan keadaan. "Disana adalah tempat yang tepat," senyum sinisnya melambung. Ia memilih kursi yang berada diujung ruangan. Tidak lama setelah ia duduk. Terlihat laki-laki dengan tinggi 178cm berkulit putih dengan wajah yang sangat tampan masuk. Yuda Andi Pratama nama itu tertera ditanda pengenal yang ia pakai. Tepatnya tanda pengenal untuk para pegawai paruh waktu.

Tanpa laki-laki itu sadari ada sepasang mata yang terus saja memperhatikannya dari kejauhan. Seperti kamera yang tidak mau lepas dari fokus yang akan ia tuju. Setiap hari Rabu gadis itu selalu datang ketoko buku hanya untuk memonitor dewa kebahagiaannya. Yang telah diam-diam ia taksir selama bertahun-tahun.