149 Pertemuan tidak sengaja

Lexa dengan wajah bosan berkeliling Mall, niatnya ingin menonton tapi Mela tidak menunjukan batang hidungnya sekalipun bahkan handphonenya juga tidak aktif, akh sia- sia saja aku beli tiket nonton.

Sedang berjalan, Lexa menabrak seseorang hingga barang belanjaannya jatuh, dengan cepat Lexa mengambilkan barangnya lalu memberikannya,

"Maaf telah menabrakmu..." Wajah Lexa merona setelah tau siapa yang ditabraknya, Trio tersenyum dan menggeleng,

"Tidak apa..." jawabnya, lalu mengambil barangnya, "Kamu sama siapa kesini?" tanya Trio menyelidik, "Sendiri" Jawab Lexa.

"Mau makan sama aku? kebetulan aku belum makan." Trio menawarkan, walaupun hanya alasan saja karena ingin dekat dengan Lexa.

"Boleh," Lexa dan Trio duduk di salah satu tempat makan, lalu memesan makanan.

"Kak, sejak kapan bekerja di kantor kak Natan?"

"Baru enam bulan," Lexa kagum untuk ukuran semuda Trio dan telah menduduki jabatan manager berarti memang kemampuannya yang bisa di andalkan.

Tiba- tiba Trio mengambil tisu dan melap mulut Lexa yang belepotan karena saus. seketika pandangan beradu dan keduanya merona. "Maaf bibirmu kena saus." kata Trio. Lexa tertunduk dan hatinya berdebar dan Jantungnya seakan mau meledak.

"Aku antar pulang." Trio menawarkan dan mengharap Lexa tidak menolak, dan betapa senangnya saat lexa menganggukan kepalanya.

Trio memasangkan sabuk pengaman untuk Lexa membuat Lexa semakin sulit bernafas, di sepanjang perjalanan tidak ada kata- kata hanya saling pandang dan senyum malu- malu mereka,

"Sudah sampai..." Trio menoleh kearah Lexa dan baru menyadari kalau Lexa tertidur. Dengan hati- hati Lexa di gendong dan untungnya ada Raya di halaman dan membantu membukakan pintu, setelah Lexa di baringkan di tempat tidur Trio keluar dan pamit pulang, Raya ingin bertanya banyak tapi melihat wajah Trio yang polos, Raya yakin Lexa baik- baik saja.

"Terimakasih Nak," Kata Raya tulus,

"Sama- sama tante, saya pamit pulang."

***

"Fano... aku baru sadar kalau Lexa sudah bertumbuh menjadi remaja sekarang, kamu tau Trio anak buah Natan? tadi dia mengantarnya pulang, untuk pertama kalinya, Lexa di antar oleh pria." Raya menyandarkan tubuhnya di bahu Fano dan di sambut pelukan Fano,

"Trio anak baik, anak berprestasi dan tampan juga, wajar Lexa tertarik." Raya menatap Fano penuh tanya,

"Semenjak pertemuan pertama itu, aku sebagai orang tua tahu kalau Lexa tertarik pada Trio, aku langsung mencari tau latar belakangnya dan itu lolos dari kriteria keluarga kita." Mata Raya membola tidak percaya dengan apa yang di lakukan Fano.

"Lexa juga anakku Raya..." Raya bangkit dan mengecup bibir Fano sekilas,

"Aku semakin mencintaimu Fano..." Fano tersenyum bahagia,

"Kamu tau? aku merindukan saat- saat seperti ini." Raya memeluk Fano lebih erat,

"Sikapmu membuatku luluh, dan kini aku hanya mencintaimu." kata Raya membuat Fano bersemangat menyentuh Raya,

"Aku menginginkanmu.." Suara Fano berubah menjadi gairah, Raya tersenyum.

"Lakukanlah, aku milikmu..." Jawab Raya,

Obrolan berujung kemesraan di atas ranjang dan penuh hasrat.

Fano memeluk tubuh polos Raya dari belakang, sambil mengatur napasnya yang belum stabil, "Kamu semakin menggairahkan beb," Wajah Raya seketika merona, "Aku menginginkannya lagi..." kata Fano, Raya dapat merasakan milik Fano di belakangnya mengeras kembali dan memasuki miliknya, percintaan mereka berlanjut hingga keduanya benar benar kelelahan, dan tertidur pulas.

***

"Sayang makan malam telah siap, Ayo makan!"

mami Andien memanggil Ara dari luar, Ara segera membuka pintu dan menempelkan jari telunjuknya, "Natan tidur mam, lelah sekali kelihatannya,"

"Bagaimana tidak lelah, malamnya kurang tidur karena menjaga kamu dan Rey, paginya kerja dan pulang masih tetap ngurusin Rey, mami larang juga tidak bisa, Natan terlihat sangat bahagia." mami Andien berbicara sambil meletakan nasi dan lauknya kepiring Ara, "mami dan yang lainnya tidak makan?"

"Yang lainnya bisa nyusul, kamu ibu menyusui harus tepat waktu makannya." Ara mengangguk patuh.

Benar saja setelah Ara baru selesai makan, Anggara, salsa, Very baru turun dari kamarnya dan ikut bergabung, Anggara mengecup kening Ara, lalu duduk di sebelahnya, "Makan yang banyak, kamu yang makan dua orang."

"Ini udah banyak, mami ngasih porsi makanku seperti ngasih orang yang belum makan seminggu," jawab Ara,

"Yank, aku enggak di bangunin?" protes Natan, Ara tersenyum dan menarik tempat duduk di sebelahnya dan mencium pipi Natan,

"Kamu tidurnya lelap yank, mana tega bangunin kamu." Ara dengan cepat menyendok nasi dan lauk kesukaan Natan.

"Makasih yank," kini giliran pipi Ara yang jadi sasaran Natan.

"Ehmm...ehmm... kalau ada dua orang ini, yang lain ngontrak, kasihanilah aku Ara! aku masih jomblo hik...hik...hik..." Very protes dan pura- pura sedih.

"DL..." Natan yang jawab, Very bengong karena tidak mengerti, "kalau bahasa kerennya itu artinya Derita loe..." Jawab Anggara,

"Tega ya Nat." Very cemberut, semua yang ada di ruangan tertawa,

"Kalian ramai sekali papi tidak di ajak?" semua serempak melihat kearah suara,

"Papi..." Ara bangun dan memeluknya,"Papi sering pulang ke indonesia sekarang?" papi Jovan membalas pelukan Ara, "Bagaimana papi bisa serius bekerja kalau pikiran papi teringat dengan keluarga terus satu lagi mana papi bisa tenang kalau separuh hati papi ada di sini." jovan melirik Andien,

Andien tersipu malu,

"Papi membuat anak cabang di indonesia supaya bisa dekat dengan kalian, dan papi akan lebih banyak di sini dari pada di luar negeri."

"Nat, papi bakal sering meminta bantuanmu." papi Jovan menatap Natan, yang sejak tadi diam mendengarkan.

"Tentu pih, jangan sungkan." jawab Natan,

"Kenapa tidak istirahat aja pih? kalian sudah waktunya jalan- jalan menikmati waktu bersama," Anggara menyela obrolan,

"Kamu lupa Gara, masih ada Very, papi paling satu atau dua tahun ini sudah pensiun, very yang harus bertanggung jawab semuanya."

"Kok aku???" giliran Very yang protes, "Terus siapa lagi? Anggara? Ara? jangan bilang Natan...." semua tertawa, kecuali Very...

"Aku tidak tertarik bisnis papih." papi Jovan melotot. "Kamu berbakat, kalau darah desainer memang sudah ada di darahmu mungkin kamu bisa mencontoh Anggara jadi dosen sambil mengelola perusahaan, atau menjadi desainer seperti Ara tapi tetap mengelola perusahaan."

"Papih lupa, kalau kak Gara perusahaannya juga bergerak di bidang fashion nah perusahaan papih di bidang properti, apa jadinya." Very terlihat mau menangis,

"Belajar sama Natan!" Jawab Jovan,

"..." Natan dan very melotot, mana bisa?mereka bagaikan Tom & Jerry. Ara menutup mulutnya menahan tawa.

"Sudah- sudah, selesaikan makannya! nanti debatnya di ruang keluarga atau di lapangan saja." Anggara tersenyum mengejek Very.

Sedang Very terdiam kesal.

Dari kamar terdengar Rey manangis, Ara otomatis bangkit, "Biar papi aja Ra..." Jovan hendak melangkahkan kaki tapi di cegah Andien, "Papi sebagaimana, baru pulang belum bersih- bersih. Mandi dulu baru gendong Rey, biar mami aja." Jovan nyengir dan duduk kembali, "Baik mam."

"Oh iya Ver, aku butuh bantuanmu, butik aku sedang banyak orderan kalau desainnya sudah aku selesaikan tapi tolong di teliti kembali, terus gaun yang sudah jadi juga tolong di cek, aku ingin barang dari butik aku sempurna." Ara menatap Very penuh harap, tentu saja Very senang melakukannya, "Siap my princess,"

"Ah makasih kakak tam..." suara Ara terhenti, ketika ditatap Natan dengan tatapan geram,

"Sudah princess, jangan diteruskan! kamu tau ada Serigala mau nerkam kamu?" Very langsung kabur keruang keluarga menghindari amukan Natan, sedang Ara tersenyum menenangkan Natan.

"Jangan mengatakannya lagi, aku yang tampan di sini." Ara menarik napas panjang melihat suaminya masih kekanak- kanakan.

"Ara... Rey haus." Ara segera mendekati Rey dan memberikan Asinya, "Baru dua bulan sudah bulet ya mas?" Salsa berbicara dengan Anggara," Anggara mengangguk dan memegang gemas kaki Rey yang bergerak,

"Kita belum..." Salsa menundukan kepalanya,

"Kita saling mencintai, keturunan adalah bonus Sa," Anggara memeluk Salsa. Memang Anggara juga menginginkannya namun Tuhan yang menentukan.

Setelah minum Asi, Rey tertidur kembali, dan Ara bisa beristirahat, Ara menatap Natan, Natan langsung mengerti dan mengambil Apel dan memotongnya lalu di berikan kepada Ara, "Ada lagi yank?" Natan bertanya sambil memeluk sayang Ara. "Udah cukup, makasih yank." dengan nada manja, Natan mengangguk dan menatap Ara penuh cinta.

avataravatar
Next chapter