webnovel

jakarta

Hal yang paling aku benci adalah menunggu dan hal tersebut terjadi sekarang di saat pesawat yang akan membawaku ke Jakarta mengalami delay lebih dari 1 jam. Hari ini aku akan pergi menuju jakarta untuk menuntut ilmu disana, orang tuaku menitipkan aku pada saudaranya di jakarta, ini merupakan kali keduanya aku di titipan sebelumnya di titipan kepada saudara ibuku semasa SMP di kota Jombang, Jawa Timur. Disana aku disuruh masuk pondok pesantren agar aku memiliki akhlak yang terpuji dan sekarang aku dititipan lagi ke jakarta untuk melanjutkan sekolah SMA disana.

Aku mungkin terlihat sangat penurut tapi sebenarnya aku hanya malas berdebat dengan orang tuaku apalagi dengan papaku yang sangat keras terhadap pillihannya, tidak ada satu orang tua pun di dunia yang mau menjerumuskan anaknya hal itulah yang membuatku untuk terus mengikuti kemauan kedua orang tuaku. mereka selalu beralasan untuk mendidikku supaya tidak terlalu manja terhadap orang tua dan tidak selalu mengandalkan orang tua, mereka ingin aku berhasil dengan jerih payahku sendiri tanpa bantuan orang tua, seperti diketahui aku adalah anak pertama dan aku memiliki adik perempuan, dan keluargaku merupakan keluarga yang terpandang dan kaya raya di kota pahlawan.

Suryadharma merupakan nama dari kakekku yang telah tiada, beliau memiliki 3 orang anak yaitu Retno Suryadharma, Teddy Suryadharma, dan Teguh Suryadharma. dari ketiga saudara itu hanya papaku yang tinggal disurabaya dan meneruskan usaha kakek, sedangkan Om teguh memilih untuk menjadi anggota kepolisian dan tanteku Retno seorang pengacara dan sekarang tinggal di kota Jogjakarta.

"Pesawat ManeeAir dengan nomor penerbangan KC069T telah siap untuk di berangkatkan, bagi penumpang harap segera memasuki jalur yang sudah ditentukan" suara tersebut sentak membangunkanku dari tidurku, dengan sedikit lemas dan malas aku pun menuju pesawat untuk penerbangan ke jakarta, seperti biasa tak ada satu orang dari keluargaku yang mengantarkan kepergianku, orang tuaku terlalu sibuk terhadap kerjaannya.

Sebelum aku naik pesawat, tak lupa aku BBM Om teguh

"Om aku sudah berangkat, mungkin sampai bandara soetta pukul 15:30 sore"

tak lama Om teguh pun membalas

"Ok bro, nanti yang jemput tante rahma yaa... soalnya om ada urusan mendadak, maaf yaa"

aku membalasnya dengan singkat

"no problem"

Sudah lama sekali aku tidak melihat Tante Rahma mungkin sudah 3 tahun, dalam pikirku apakah Tante masih sama seperti dulu dengan muka judesnya yang menyebalkan itu

"Hari yang sangat membosankan" ujarku.

Sesampainya aku di bandara Soetta aku pun menelepon Tante Rahma

"Hallo Tante Rahma..!!!"

"iya... ini siapa yaa...??" tanya tante dengan nada sinis. Seperti yang kuperkiraankan, sangat judes dan sinis, serasa bicara dengan seorang musuh.

"Ini Nathan Tante, saya sudah sampai di bandara soetta dan sekarang ada di pintu keluar, saya memakai baju warna putih dan jaket abu-abu" jelasku kepada tante.

"kamu lurus saja ke arah parkiran, tante di dalam mobil warna putih, cepet ya" singkat jawabnya.

tut... tut... tut...

telepon pun di matikan oleh tante.

"monster macam apa wanita ini, sangat menyebalkan" ujarku pelan.

Tanpa pikir panjang aku pun langsung menuju lokasi mobil tante, setelah ketemu mobilnya aku memasukan barang bawaanku di bagasi mobil dan setelah itu aku pun duduk di kursi belakang mobil.

"heh... duduk depan sini, emang tante supir kamu apa" ujar tante dengan sedikit kasar.

"Maaf tante, saya gak ada maksud seperti itu" jawabku gugup.

Setelah duduk di kursi depan, ku julurkan tanganku untuk berjabat tangan dengannya tapi tante acuhkan jabatan tangaku itu

"ahh... sudahlah kalau gak mau ya udah, dasar monster" ucapku dalam hati.

Tidak terasa ternyata aku sudah 1 jam di dalam mobil belum juga sampai rumah, dan selama itu pula kita berdua hanya berdiam diri tanpa adanya obrolan yang berarti. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa tante begitu galak dan tak ramah kepadaku, sesekali aku mencoba melirik tante mencoba memperhatikan penampilannya yang begitu kharismatik dengan kemeja kerja lengan pendek warna biru gelap dan rok mininya terlihat seksi, terlihat bagaimana paha putih mulus dari belahan roknya dan bagaimana bentuk lekukan dari roknya yang begitu ketat sehingga pantat dan pahanya begitu terlihat besar dan seksi.

Tiba-tiba tante membetulkan spion tengah mobil dan di saat itu pula terlihat dengan jelas bentuk ketiak dan warna BH yang di pakai tante, tante memakai BH warna putih terlihat jelas tapi sayang payudaranya tidak terlihat tapi yang paling menarik perhatian adalah daerah sekitar ketiak tanteku dimana sangat putih tapi ada sedikit rambut yang tumbuh dan ada sedikit cairan di ketiaknya, mungkin itu adalah keringatnya tapi entah kenapa hal sejorok itu malah membuat nafsu birahiku tambah menggelora, kupandangi secara detail sampai aku pun membayangkan hal-hal yang aneh.

Sekelebat ayunan tangan mengayun di depan mataku

"heh... lihat apa kamu" bentak tanteku.

Mampus aku, terlalu asyik melototin ketiak tante jadi gak sadar kalau tante tau kelakuanku

"anu tante... maaf, tante" jawabku dengan ketakutan.

Dengan tidak mempedulikanku dan sangat acuh tante diam aja dan melanjutkan untuk pokus menyertir mobilnya. Tidak kebayang apa yang bakal terjadi bila tante cerita kepada Om, ahh sudahlah bilang aja kalau lagi ngelamun, itulah gerutuku dalam hati dengan sedikit gemetaran.

"Tante, ini masih lama yaa sampai kerumah", ucapku pelan.

Semoga aja hal ini bisa mencairkan suasana, walaupun rada males juga menghadapi sifat monsternya itu.

"mungkin sejam lagi" jawabnya.

Seperti dugaanku jawaban yang singkat dan padat terlontar dari mulutnya.

Ngomong-ngomong soal Tante Rahma, beliau merupakan wanita karir dan ibu rumah tangga dengan satu anak yang sudah dewasa, tentang sifatnya memang sangat menyebalkan bahkan sangat kontras dengan sifat Om teguh yang begitu ramah dan asik banget. Tante rahma ini walaupun usianya sudah 42 tahun tapi bentuk badannya menurutku sangat bohai atau bisa di bilang padat berisi sesuai dengan tinggi badannya yang sekitar 165cm, rambut panjang dengan warna sedikit blonde, memakai kacamata ala eksekutif muda terlihat jelas bahwa wanita ini adalah wanita karir, mengenai parasnya sih biasa-biasa aja tidak sesuai seleraku mungkin bisa dibilang cantiknya karena putih doang, tapi kharismanya lah yang bicara dan yang membentuk paras dan laku begitu sangat dikagumi.

Akhirnya penderitaanku berakhir sudah, sampai juga di rumah Om teguh setelah perjalanan panjang selama 2,5 jam.

"pujiii...!!! bantu nathan dan tunjukin kamarnya" sedikit teriak si tante kepada pambantunya.

Setelah parkir mobil di garasi si tante langsung masuk tanpa sepatah kata terucap darinya untukku, dalam hatiku cuma bilang mungkin dia marah gara-gara kejadian di mobil tadi. Tak lama, muncul seorang wanita membantu menurunkan barang bawaanku dan mengantarku ke kamar.

"Makasih ya mbak !" ujarku.

"iya mas... sama-sama" jawabnya dengan menunduk.

Dia pun keluar dan aku sendiri di kamar, ku coba memperhatikan setiap sudut kamarku secara detail. kamarnya lumayan besar dan ada kamar mandi didalamnya, ranjang yang empuk, lemari ada 1 tapi sangat besar dengan cermin seukuran badan kita, ada sofa kecil di dalam kamar tapi tidak ada televisi dan AC nya pun rusak, aku berjalan menuju kamar mandi ternyata ada shower dan bak mandi yang cukup besar untuk tiduran dan berendam, di sisi lain ada toilet, kamar ini hampir mirip kamar di hotel berbintang, dan di samping ranjang ada jendela yang langsung menghadap ke taman kecil dan kolam ikan.

Setelah rapi-rapi pakaian, kamar dan mandi, aku bersantai sejenak di kamar sambil melepas lelah, tak di sangka waktu sudah menunjukan pukul 19:45 malam. Seseorang membuka pintu kamarku yang tidak terkunci karena memang sedang rusak kuncinya

"hy... lama tak jumpa, kawan... apa kabar !" ucap dari orang tak asing lagi.

"Hy... om, kabarku baik om!" jawabku gembira.

Kitapun bertemu kangen dan bercakap-cakap layaknya teman yang lama tak jumpa, memang seperti itulah Om ku yang satu ini, begitu hangat dan care terhadapku. Akhirnya Om mengajakku untuk keluar dan makan malam bersama dengan istrinya, disana sudah menunggu Tante Rahma dan kita pun makan malam bersama dengan sedikit canda tawa sebagai bumbunya, seperti biasa Tante begitu judes sekali terhadapku, kukira di depan Om tante bakal sedikit ramah sikapnya terhadapku tapi tidak sama sekali. dan Om ku pun juga masa bodo akan hal tersebut, dia santai saja mengajakku ngobrol dan bercanda sembari juga becandain istrinya yang mirip monster itu.