webnovel

keluarga baru

ratih adalah gadis cantik berambut panjang yang tinggal bersama keluarga barunya. dia pun harus menerima takdir bersekolah di sekolah saudara tirinya, sekolah yang tak dia sangka membawanya menuju kenyataan yang rumit. ditemani banyak lelaki dari berbagai latar belakang yang setia mendukung ratih menjelajahi hidupnya.

ochintya_sharma · Teen
Not enough ratings
8 Chs

VIII udang macam apa yang tersembunyi

fadia hanya mengangkat bahu, sementara wira tidak menanggapi sama sekali.

"Kembar monozigotik terjadi ketika sel telur tunggal terbuahi dan membentuk satu zigot (monozigotik). Dalam perkembangannya, zigot tersebut membelah menjadi embrio yang berbeda. Kedua embrio berkembang menjadi janin yang berbagi rahim yang sama."

setelah pelajaran kimia masuklah jam mata pelajaran biologi yang kali ini membahas tentang tahap pembuahan dan ovulasi sel telur pada wanita. Bu Dinda guru biologi sedang menjelaskan bagaimana kembar identik pada manusia bisa terjadi.

tiba tiba terlintas di fikiran fadia seperti apa yang pernah ia dengar dari natu ketika mereka berdua sedang bersiap untuk pulang usai latihan basket.

suatu sore di ruang ganti pemain basket pria, fadia dan natu hanya berdua.

"eh fad, jangan jangan bener lu sama dollar baru itu sodara kembar" celetuk natu

"aish lu ada ada aja deh. sodara kembar dari mana asalnya sih!" tepis fadia

"walau lu tetep berfikir kalo manusia itu terlahir dengan 7 kembaran di dunia ini kenapa gue tetep kekeh kalau kalian emang ada hubungan darah ya? " jawab natu lagi, kali ini dia berbicara tanpa dasar hanya mengikuti apa yang hatinya suarakan saja.

saat mengingatnya fadia spontan menengok ke belakang dan menatap ke arahku dengan tajam. aku tersentak dengan tatapannya karena saat itu aku sedang fokus ke arah papan tulis apalagi posisiku yang ada di belakang memintaku untuk ekstra fokus dalam kondisi seperti apapun.

"kenapa fad?" tanyaku berbisik

namun fadia hanya bergeleng lalu berbalik lagi

ketika jam istirahat aku berniat pergi ke loker untuk mengambil beberapa buku sains namun ketika di luar kelas nampak banyak anak kelasku yang malah bergerombol untuk menyaksikan sebuah pertunjukkan. iya kalo ini ajang pencarian bakat, lah yang di tonton adalah dari lorong kelas IPS dimana disana nampak jelas zali si queenbee dan agra the king of badboy sedang tarik tarikan bahkan zali terlihat kesakitan dengan sikap kasar agra.

"ada apa sih??" tanya wira yang baru keluar kelas karena mendengar keributan.

"biasa masalah keluarga" sahut akra sambil merampas tanganku.

aku melihat sorot mata fadia yang terlihat tidak nyaman sekali memandang kearahku dan akra saat kami berjalan menjauh. kenapa pula akra bersikap semaunya seperti ini padaku.

"lepasin ah!" aku menarik tanganku ketika kami berada di dekat kantin.

akra ikut bingung dan merasa bersalah dengan tindakanku terhadapnya. namun bukannya mengomel seperti yang telah ku siapkan dalam hati aku hanya menatapnya lekat dan tidak bergeming sama sekali.

"woee, kenapa pada diem dieman disini?" bentang datang dengan wajah yang ceria sambil menepuk pundak akra.

aku tak memperdulikan bentang walau sebenarnya hatiku merasa senang saat bertemu dengannya namun rasa tak senangku sudah lebih dulu menyebar ke hati karena sikap akra padaku.

"kalian lanjut aja, tadi aku mau ke loker bukan ke kantin" kataku

"aku antar" pungkas akra

"yaudah kita anter kamu aja" lanjut bentang

"nggak usah, biar aku aja" tolak akra

"stop! jangan ada yang ngikutin aku! aku bisa kesana sendiri" kataku melerai perdebatan kecil mereka karena telingaku sudah sesak.

mereka diam dengan penolakanku yang tegas setelah melihat tak ada lagi protes aku segera pergi menuju loker.

"Ratih" fadia seperti mengikuti sejak tadi karena tiba tiba berada di sebelahku saat aku berjalan sendirian di Selasar.

"eh fad, mau kemana?" tanyaku menyapa balik

"nemenin kamu" jawabnya

entah hanya aku atau kalian juga merasakan hal yang sama tapi hari ini banyak sekali terjadi keonaran yang mengguncang hatiku. bukan hanya yang terjadi antara agra dan Zali tapi juga sikap akra dan Fadia padaku.

seperti tidak punya kesibukan lain Fadia selalu saja berada di sampingku, mengikuti aku kemanapun aku pergi. walau aku merasa risih karena sikapnya yang tiba tiba berubah hal ini setidaknya dapat membuat Fadia selalu bersamaku dan tau bahwa antara aku dengan akra tidak ada hubungan apa apa.

****

"Ratih, aku kapan kamu ajak main ke rumahmu? kita kan udah temenan Deket masa nggak pernah ngehabisin waktu berdua?" tanya Fadia saat kami berjalan di Selasar untuk pulang. aku, Fadia, akra dan tentu saja Wira.

"nggak ada. main ke rumah Ratih artinya main ke rumahku." akra memutus

"loh berarti selama ini?" sahutku

"akra mana pernah ijinin temen main ke rumahnya? satu satunya orang yang pernah sekali ke rumahnya cuma bentang, tau kan? mantan ketua OSIS hits anak IPS itu" jawab Wira

"lu kenapa sih wir, masih aja baper sama mas bentang" protes fadia

"bentar bentar ini ada cerita yang aku ketinggalan nih" aku bingung dengan pembicaraan Fadia dan Wira

"dia itu sama aja, badboy kayak Agra" jawab Wira

"udah udah, kalo ngasih tau orang nggak ngerti itu yang bener dong wir!" kata akra

"oh iya kenapa cuma bentang yang pernah kerumah?" tanyaku teringat pembahasan awal

"dulu dia yang tolongin akra malem malem pas kecelakaan di jalan" kata Fadia

"enggak parah, nggak usah di perpanjang." sambar akra

"terus ada apa sama Wira dan bentang?" tanyaku kemudian

"mereka berdua dulu putus gara gara orang ketiga" jawab akra lagi

"bukan bentang juga, emang dasarnya aja sibuk masing masing" sambar Fadia yang dari tadi terdiam

"tetep aja dia dulu juga pengen dapetin kamu. hot news nya dulu battle of leaders and former leaders" si Wira nyaut lagi

"udah wir! seneng banget sih ngumbar aib sendiri!" pungkas akra yang menghentikan pembicaraan kami mengenai masa lalu. disini Fadia nampak terdiam entah malu atau menyesal aku sendiri tidak mengerti.

"kapan kapan kita jalan berdua ya fad" kataku pada fadia saat kami kemudian berpisah untuk pulang masing-masing. Fadia menjawab dengan mengacungkan jempol padaku sembari tersenyum lega lalu berlalu.

"nggak boleh" jawab akra ketus.

"kenapa sih!! aku tuh bukan singa peliharaan kamu!" jawabku marah

"terserah. pokoknya kalau kamu mau pergi harus sama aku. ini bukan soal aku atau kamu, tapi soal papa, ngerti!" akra menutup pintu mobil dengan kasar dia terlihat marah. memang dasar manusia arogan yang mudah naik pitam.

seperti biasa hal ini terjadi lagi, terulang lagi. rasanya aku lebih memilih pulang jalan kaki daripada naik mobil anak orang kaya tapi dengan suasana dingin bahkan suhu dinginnya jauh lebih mencekam dari AC.

siang begitu terik aku berniat membuka jendela untuk mendengar keramaian di jalanan kota karena sejak dari sekolah kami tak berbincang sedikit pun dan itu membuatku seolah tercekik di dalam mobil yang jika kalian membayangkannya pasti rasanya haruslah sangat nyaman. saat pertama memasukinya tadi aku pun berharap demikian, tapi harapan itu terbakar perdebatan kami sehingga jadi seperti ini.

"jangan di buka! debu tidak sehat bisa masuk dan merusak segalanya!" saat menyadari tanganku berniat menurunkan jendela seperti alarm mulut akra langsung mengoceh.