webnovel

keluarga baru

ratih adalah gadis cantik berambut panjang yang tinggal bersama keluarga barunya. dia pun harus menerima takdir bersekolah di sekolah saudara tirinya, sekolah yang tak dia sangka membawanya menuju kenyataan yang rumit. ditemani banyak lelaki dari berbagai latar belakang yang setia mendukung ratih menjelajahi hidupnya.

ochintya_sharma · Teen
Not enough ratings
8 Chs

VI makan siang baru

Hari-hari berlalu dan masa orientasi baru pun berakhir. Aku sudah mengencangkan dasi bersiap memulai hari yang akan menyesakkan hati. Mulai dari tugas-tugas yang menumpuk sampai kasus percintaan dan permusuhan yang siap meneror dengan cepat. Hari pertama setelah seminggu tanpa pelajaran.

"Ratih, kamu berangkatnya mulai sekarang sama akra ya. Tidak perlu naik kendaraan umum." Kata ayah di meja makan.

"Loh, kok ayah tahu aku suka naik bajaj?" Jawabku.

"Akra yang cerita, katanya kamu sering naik bajaj kalau tidak di paksa akra berangkat bareng. Nak, kendaraan umum itu banyak resikonya. Lagian, mobil kan banyak kamu kalau tidak mau berangkat sama akra bisa minta antar jemput." Jelas ayah.

"Enggak kok yah, enggak apa-apa" timpalku.

"Ya kalau begitu kamu fiks sama akra ya. Akra ayah percayakan kamu sama kamu. Ayah tidak mau terima kesalahan apapun ya nak." Ayah memutuskan, ia memandang akra dengan serius saat bicara. Sedang akra hanya diam mengangguk sambil terus mengunyah roti dalam mulutnya.

jadilah aku berangkat bersama akra dengan Lamborghini kesayangannya. Sudah 4 kali ini aku menaiki mobil anak bos membuat setiap pasang mata melotot memandangiku. Aku terasa mati saat Sampai disekolah dan turun dari mobil bersama akra yang minta masuk kelas bersama dengan paksa. Seluruh mata memelototiku secara terang-terangan. Seolah ada tatapan tidak menyangka dan tidak terima dari mereka. Pertama karena akra tidak pernah terlihat dekat sekali sampai membawa perempuan di mobilnya dan kedua karena aku anak baru yang tidak terkenal di sekolah.

"Kita duduk bareng" ini ucapan si akra.

Aku tidak paham, antara pertanyaan atau pernyataan yang ia maksud tapi aku tidak menjawabnya. Perangaiku memang pendiam di hadapan anak satu ini baik dirumah maupun di sekolah.

Kami berdua sudah sampai kelas dan duduk di kursi pojok paling belakang kelas. Kelas sudah mulai ramai, tapi aku tidak melihat wira sang ketua osis. Selain itu aku bisa melihat akmal, kemal, radis dan sandi di bagian depan meja guru duduk di bangkunya.

Braakk..

Seorang siswi datang dengan menggebrak meja akra di sebelahku, tangannya penuh gelang gelang hitam. Aku tersentak, spontan memandangi orang aneh yang semakin membuatku kaget karena dia memiliki wajah yang sama persis denganku.

"Kra. Aku semalam menang turnamen haahahha." Ia bicara dengan suara perutnya.

"Wow keren dong. Selamat ya." Akra berdiri dan memeluk siswi ini dengan sangat akrab.

"Kamu tumben langsung duduk di kelas saja?" Katanya kemudian, sembari ia duduk di kursi depan kami. Tempat dimana Wira duduk.

"Ah, iya maaf ya fad." Akra menjawab sambil ikut kembali duduk di kursinya, sementara aku sudah menekuni bukuku lagi.

"Hei..itu siapa kra?" Lanjutnya

"Oh, ini adikku namanya ratih." Jelas akra, aku pun mendongak dan tersenyum menyapanya.

"Widiiih, kita punya teman baru nih. Hai, kenalkan aku fadia. Oh heiiii kok mirip sih?! Beneran ini kita mirip atau mataku lagi rabun sih?" Dia bicara di sambung-sambung sampai aku tidak memahaminya.

"Bukan rabun fad, memang kalian mirip serius." Wira datang dan segera duduk berkumpul dengan kami bertiga. Membuat fadia meliriknya dan melepas jabat tangannya denganku.

"Hehe, kok bisa sih." Fadia terlihat salah tingkah.

"Ini namanya ratih fad, dia itu seperti kamu versi cewek ya hahaha" kata wira lagi.

"Kok sudah kenal wir?" Kali ini nada menelisik dari akra. Di balas tatapan fadia pada akra dengan seringai.

"Kemarin waktu orientasi kita ketemu di kelas." Jawab wira singkat.

Kemudian seorang guru masuk dan pelajaran di mulai.

Istirahat pertama yang ramai, ada akra yang tiba-tiba banyak omong denganku, wira dan fadia. Ada teman-teman sekelas yang riuh sekali apalagi istirahat setelah 4 jam pelajaran kimia. Wira sudah selesai merapikan bukunya, ia berbalik menghadap meja kami dan aku tersenyum padanya. Fadia masih akan bicara, tapi seorang siswa sudah berteriak-teriak dari depan kelas.

"Fadia, fad kantin yuk. Traktiran tadi malam."

Cowok ini atletisnya, orang yang sama yang meneriakiku saat hari pertama masuk sekolah seminggu yang lalu.

"Dia namanya natu, teman dekatku rat. Biasa kalau dia seperti anak nggak punya adab maafkan ya." Jelas fadia padaku.

"Anak kelas apa fad?" Aku segera akrab dengan fadia.

"Anak mandarin." Rampas akra.

Aku hanya diam setelah akra menjawabnya.

Fadia serta merta mengajakku ikut ke kantin dan menikmati bakso traktiran. Ada aku, fadia, akra, natu dan kemudian seorang teman akra datang lagi 1. Inilah lelaki yang kemarin sempat bertemu denganku dan ku puja-puja ketampanannya. Namanya bentang kalau tidak salah. Kakak kelas begitulah katanya.

Dia ikut nimbrung bersama kami, kemudian natu nyeletuk.

"Nah ini cewek yang kemarin waktu basket aku teriakin di gerbang, aku fikir kamu itu fadia. Maaf ya." Kata natu.

"Nimbrung dong." Kata bentang.

Selama acara traktiran ini bentang duduk di sebelah akra dan akra disebelah fadia, sedang fadia di sebelahku. Dia terus memandangiku tanpa ampun sampai aku salah tingkah. Fadia sering mengajakku mengobrol dan membuyarkan pandangan bentang. Akra sesekali menggoda bentang yang melamun menatapku.

Setelah dari kantin, aku berniat kembali ke kelas sementara akra, fadia, natu dan bentang menuju aula yang sedang ada pentas seni.

"Hei...ratih? Ke kantin yuk." Wira tak sengaja menabrakku di tangga.

"Tapi aku barusan makan wir, maaf ya." Tolakku

"Sudah atau belum. Yang jelas aku belum makan jadi kamu temani aku makan okey?" Wira menggenggam tanganku dan menarik ke kantin.

Aku hanya diam menurut. Selama makan wira terus saja melihatku. Aku yang tak tahan di pandangi olehnya pun bicara.

"Apa?!" Sambil sedikit membentak.

"Tadi makan makan sama fadia ya?" Tanyanya.

Aku diam, dalam hati aku berkata 'sudah tahu begitu masih tanya!' tapi hanya dalam hatiku.

"Mau tahu cerita soal fadia sama natu nggak?" Tawarnya. Meskipun aku diam dia tetap melanjutkan kalimatnya, tak tahukah dia kalau aku tak ingin mendengar gosip seperti ini!

"Natu itu suka sama fadia tapi sayang sekali fadia suka sama orang lain. Yah, cinta memang nggak bisa di paksain" katanya.

Padahal aku berfikir jika ia akan bercerita lebih panjang dari itu. Tapi ternyata yang di sebut cerita olehnya hanya sebegitu pendek. Aku menahan tawa dalam hati.

Setelah makan aku dan wira kembali ke kelas dan rupanya fadia serta akra sudah tiba terlebih dulu. Tatapan geram terpancar dari mata akra yang duduk dengan fadia, melihatku datang fadia pun segera berpindah dari kursiku ke kursinya sendiri. Wira meminta ijin untuk mengangkat telfon sebelum sampai di bangkunya. Aku yang menyadari tatapan akra dan sedikit menakutkan itupun memilih menunduk untuk menghindarinya, aku fokus duduk di kursiku dan mengeluarkan mata pelajaran selanjutnya.

"Dari mana rat?" Tanya fadia.

"Diajak wira untuk menemani makan" jawabku.

"Kalau mau keluar ijin, jangan asal ngilang! Kalau tidak mau ayah marah padaku karena kamu hilang." Katanya berhenti di titik kemudian ia melanjutkan alasannya seolah bukan itu alasan sebenarnya, ia hanya sekedar mengada-ada supaya terlihat berbeda.

"dia bukan anak bayi kali kra" sahut fadia membelaku.