31 Ternyata dia...

Beberapa saat kemudian di kantor.

Putri sampai ke ruang kerjanya, ia segera duduk dan taruh tasnya ke atas meja.

Putri saat itu melihat Panji dan Melissa kembali akrab, entahlah Panji tampak sedang membantu Melissa menyelesaikan masalah pekerjaannya di laptop.

Doni segera mendekati meja kerja Putri lalu berkara pelan.

"Kayaknya ada yang lagi Cebok lama bersih kagak tuh." ucap Doni. Maksudnya mungkin CLBK, Putri hanya tertawa dan menggeleng. Bisa saja si Doni ini.

Aisyah ikut mendekat. "Kalian lagi pada ngomongin gue nih?" tebak Aisyah.

"Ngapain si lo kesini-sini. Kerjaan lo aja belom beres." ucap Doni.

"Habisnya kalian kumpul-kumpul kayak gitu sambil liat ke belakang, gue kan jadi kesungging." ucal Aisyah.

"Pede banget, emang yang ada dibelakang kita elu doang. Noh ada pot, bangku, meja, papan, kaca, jendela, komputer." ucap Doni.

Aisyah nyinyir. "Ya kali lo ngomongin benda mati. Apa enggak disangka gila?" tanya Aisyah heran.

"Itu, kita liatin mereka berdua. Udah akur aja. Udah kayak cebok lama bersih kagak." ucap Doni mengunjuk ke arah Panji dan Melissa yang sedang berduaan didepan laptop. Aisyah tertawa melihatnya.

"Mungkin mereka lagi mengenang masa-masa lalu mereka yang sangat indah terlewati." ucap Aisyah.

Panji dari belakang tersadar sedang dighibah. Ia segera berkata. "Ngomongin gue lo." pekik Panji. Mereka langsung tertawa mengikik.

Tiba-tiba Sultan muncul, tentu saja kedatangannya langsung mengejutkan mereka semua dan membuat mereka jadi saling beranjak ke tempat duduk masing-masing.

Sultan yang baru akan membuka pintu ruang kerjanya tiba-tiba balik lagi ke belakangnya, tepat ke depan meja kerja Putri.

"Kayaknya saya harus mentraktir kamu nanti. Kamu mau kan saya traktir makan di restoran?" tanya Sultan. Putri tersentak.

"T-traktir? Kok saya bisa ditraktir Pak? Emangnya saya ngelakuin apa ke Bapak?" tanya Putri.

"Karena kamu dan teman kamu sudah bantu saya mengusir hantu. Ya pengennya sih saya ajak teman hantu kamu itu, tapi kayaknya sekalinya ajak juga pasti dia enggak bisa makan kan? Ya lebih baik kamu aja dong, lagipula temanmu kan lagi hilang sekarang." ucap Sultan panjang lebar.

"O,oh..." Mendadak kedua mata Putri teralihkan pada Doni dan Aisyah yang coba menguping. Duh, gawat deh kalau mereka sampai tahu kalau direkturnya ini niat traktir makan. Bisa-bisa jadi sasaran lambe turah.

"T-tapi Pak... Saya udah janjian sama teman saya makan di kantin. Katanya sih ada yang mau diomongin. Maaf ya Pak. Maaf banget." ucap Putri.

"Oh, iya... Enggak apa-apa. Kapanpun kok, bukan sekarang-sekarang juga enggak apa-apa. Ajakan saya ini berlaku buat kapanpun kok, tenang aja." ucap Sultan.

Putri terkekeh mengiyakannya. Sultan pun segera pergi dari sana, masuk ke dalam ruang kerjanya.

Beberapa saat kemudian, Putri mengumpulkan banyak dokumen maupun berkas yang tidak terpakai dan taruh ke dalam kardus.

Kemudian kardus itu ia bawa ke gudang yang berada di lantai 8.

Ia segera keluar dari dalam lift lalu berjalan menggendong kardus itu. Tidak terlalu berat makanya ia berani membawanya seorang diri kesana, meski biasanya sih dirinya suka diantar oleh Panji atau Doni.

Ia hanya tidak enak terus meminta bantuan pada mereka.

Sesampainya di gudang, Putri segera menaruh kardusnya ke lantai. Ia cari dimana ruang kosong untuk menaruh kardus tersebut, ternyata ada di ujung atas rak sana.

Secepat mungkin dirinya pun segera mengambil tangga lipat lalu naik, kemudian taruh kardus itu ke ujung atas rak.

Akan tetapi selesai menaruhnya, tiba-tiba tangga lipatnya goyang, ternyata saat dilihat ada dua tuyul yang sedang menggoyang-goyangkan tangga lipatnya, Putri panik.

Ia merasa sedikit ketakutan, apalagi saat itu ia sendirian disana. Nara juga tidak ada. Ia hampir akan terjatuh.

Meski begitu ia masih memberanikan diri untuk menegurnya. "H-hey jangan! Nanti saya jatuh! Hey! Sudah! Hey!"

"Ya Allah ini kembaran upin ipin bandel banget sih! Pengen gue semir rasanya itu kepala. Hue Naraaa! Nara tolongin gue Naraaaaa!" rengek Putri dengan tangan yang tak hentinya memegang ujung rak.

Ia tidak sadar kalau rak itu jadi ikut bergoyang, membuatnya makin tidak seimbang tubuhnya. Dan pada akhirnya Putri pun... Terjatuh...

Ia tidak sadarkan diri.

Tiga tuyul itu melihat betapa lezatnya roh yang ada didalam tubuh Putri. Mereka saling menciumi seluruh tubuh Putri layaknya menghirup masakan yang begitu lezat.

Bahkan salah satu dari mereka ada yang berani menggigit tangan atau kaki Putri. Saat ini juga, Putri akan menjadi santapannya.

Akan tetapi tiba-tiba saja angin berhembus kencang, seiring pintu gudang itu yang dengan mengejutkan langsung tertutup tiba-tiba.

Ketiga tuyul ini terheran, apalagi ketika muncul seorang pria bersetelan jas hitam rapih muncul dihadapan mereka. Pria itu adalah...

Sultan.

Ia berjalan langkah demi langkah menuju ke arah mereka, secara serta merta muncul juluran akar dari bawah sepatunya, semakin bertambah banyak, keluar dari tiap lantai yang dipijakinya.

Tiba-tiba Sultan menunjuk ke arah mereka, hingga muncul sebuah cahaya hijau dari ujung telunjuknya, dibarengi juga dengan serangan rambatan daun yang mengikat mereka, hingga membuat para tuyul itu tidak bisa bergerak sama sekali.

Mereka tampak panik.

Sultan semakin merasa menarik. Ia tersenyum picik.

Rambatan daun itu semakin menyeret mereka menuju ke arahnya, hingga akhirnya langsung berada tepat dihadapan Sultan.

Sultan ayunkan tangannya ke arah mereka.

Tiba-tiba rambatan daun semakin menjalar ke tubuh tiga tuyul itu bahkan sampai melilit ke lehernya, mencekik dengan kencang leher mereka hingga membuat mereka tidak bisa bernafas bahkan menelan ludahnya, air liur mereka keluar disebabkan cekikan itu.

Saking kencangnya hingga membuat mereka merasakan juga sesak yang begitu parah hingga pada akhirnya mereka pun tak sadarkan diri, kemudian jadi serpihan debu.

Sultan tersenyum menyeringai, ia segera dekati Putri dan arahkan lima jarinya ke atas kening Putri, tiba-tiba muncul sebuah cahaya berwarna hijau dan langsung membangunkan kesadaran Putri.

Putri membuka kedua matanya dan tersentak saat melihat ada Sultan dihadapannya. Lelaki itu tersenyum lalu berkata. "Ngantuk ya? Sampai ketiduran di lantai?" tanya Sultan.

Putri segera terbangun. "A-ah, iya Pak. Kayaknya saya kurang tidur hehe. Bapak udah lama disini?" tanya Putri.

"Enggak terlalu sih, saya baru aja sampai. Kalau masih mengantuk, kamu bisa tiduran di ruang istirahat." ucap Sultan.

Putri segera membangunkan dirinya, akan tetapi pinggulnya terasa amat nyeri. Ia baru sadar kalau baru saja dirinya jatuh dari atas tangga. Pantas saja pinggangnya encok!

Putri terus merintih kesakitan, seraya terus memegang area pinggulnya. "A-aw... Aw..."

Sultan terheran. "Kamu kenapa?" tanyanya cemas.

"Pinggang saya sakit Pak. Aw.. Sakit..." ringisnya.

"Mau saya gendong?" tanya Sultan.

"E-enggak Pak. Enggak usah. Aw.."

"Udah enggak apa-apa..." Sultan langsung memegang pinggangnya dan rangkul wanita itu layaknya seorang tuan Putri. Tentu saja Putri menolak karena malu.

"Pak, enggak usah Pak... Saya baik-baik aja. Pak, malu Pak. Turunin saya." ucap Putri.

Sultan tak menghiraukannya dan tetap pergi dari sana merangkul Putri.

avataravatar
Next chapter