webnovel

Awalnya Dimulai

Malam mulai menghampiri, sunyi diluar membuat tentram suasana desa dekat kota ini. Tak banyak yang berlalu lalang, kebanyakan dari orang orang penduduk disini menghabiskan waktu malamnya untuk sekedar beristirahat atau berkumpul sejenak dengan keluarga, begitupun dengan keluargaku.

Malam ini adalah malam dimana aku akan dilamar oleh calon suami pilihan ayah, rasanya penasaran bagaimana calon suamiku? Kata ayah aku boleh lanjut S2 asalkan mau menikah dengan dia, jadi orang seperti apa dia yang mampu membuat ayahku bersikeras untuk menikahkanku dengannya sebagai syarat melanjutkan pendidikan di S2?

Kulihat dua buah mobil datang, dan aku melihat anak perempuan Pak Fajar juga yang mulai turun dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk rumahku.

Dan... yah baru baru ini aku tau dia calon suamiku, parasnya manis, tingginya sekitar 170 cm, dia tidak gendut tidak juga kurus, perasaanku mulai bertebaran kemana mana, nampaknya aku pernah melihatnya, sekilas, tapi dimana ya?

Ibuku datang menghamburkan lamunanku, sembari mengajakku untuk masuk dan duduk, seperti biasa, acara lamaran selesai dilakukan, aku tidak terlalu tertarik padanya, aku tidak terlalu peduli dengannya, mau dia suka denganku atau tidak yang penting kita menikah dulu, baru setelah itu aku akan fokus kuliah.

Yang penting orang tuaku menginzinkanku untuk melanjutkan pendidikan. Urusan aku suka dengannya atau tidak itu bisa diatur nanti saat sudah menikah, karena menurutku cinta itu datangnya natural.

Acara selanjutnya dilanjutkan dengan makan makan bersama, aku sudah tidak bernafsu untuk makan. "Hmmm untung aku bawa hpku, bisa sambil nyicil persyaratan buat daftar ulang nih", batinku, aku langsung mencari tempat duduk yang nyaman, ya aku pilih di teras samping rumahku, ada ayunan disana, aku mulai mengetikkan hal hal yang ditanyakan web pendaftaran ulang.

"Nak, samperin dia sana, ajak ngobrol biar tambah akrab" suruh ibunda Andika. "Baik Ma" jawabnya singkat dengan senyuman manis.

Ya, namanya Andika, Andika Ali Maulana, dia anak pertama dari dua bersaudara.

Perlahan Andika mulai mendekatiku yang sedang sibuk, lebih tepatnya menyibukkan diri. Andika langsung duduk tanpa kusuruh.

"Tiara?" dia duduk dan melihatku sekarang. "Hmmm?" jawabku bodo amat. "Kenalin aku Andika, aku..." belum sempat memperkenalkan diri lebih jauh, perkataan Andika dipotong oleh Tiara. "Sssttt apaan sih? Aku lagi sibuk, udah sana makan aja di dalam" tanggapku, " Baiklah, maafkan aku, nanti aku akan memperkenalkan diri lagi jika kamu sudah tidak sibuk, maaf ya" jawabnya dengan nada rendah dan tersenyum manis.

Setelah dia pergi, barulah aku merasa, apakah perkataanku tadi terlalu kasar? Apakah nanti dia tersinggung? Terngiang ngiang hal itu dipikiranku. "Sudahlah, laki laki kan ngga baperan" batinku mencoba menenangkan pikiranku, dan yaaahh aku kembali fokus pada hpku.

Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 22.00, aku dipanggil ibuku katanya calon suamiku mau berpamitan pulang. "Nak, kami izin pulang dulu ya, insyaallah kita bertemu lagi di acara pernikahan kalian yang akan diadakan Minggu besok, jadi persiapkan dirimu Nak" jawab Pak Fajar mengingatkanku, betapa terkejutnya aku, aku pikir jarak waktu antara lamaran dan menikah ada 3 bulanan lebih, lah ini? kurang dari satu Minggu!! Padahal hari ini adalah hari Rabu, kenapa cepat sekali?

Aku terdiam dengan lautan pikiranku, memang proses daftar ulang sudah hampir selesai dan tinggal melunasi biaya UKT, berarti saat aku masuk kuliah statusku sudah menjadi seorang istri. "Okelah, it's oke" batinku kembali menenangkan pikiranku. "Baik Pak" jawabku singkat dan sedikit tersenyum miris. Andika tersenyum padaku, aku membalasnya dengan senyuman juga, miris memang.

Aku berharap saat menikah nanti aku tidak dilarang melakukan banyak hal seperti yang sering terjadi. Keinginanku masih banyak, aku ngga mau terbebani dengan urusan rumah tangga.

Setelah beberapa saat Pak Fajar dan keluarganya berpamitan dengan ayah ibuku, mereka benar benar pergi, dua mobil putih tidak terlihat lagi sekarang, yang ada sekarang tinggal sisa sisa jamuan tadi. Aku memang sedikit egois, tapi percayalah aku adalah orang yang sangat penyayang dan menurutku aku memiliki jiwa kemanusiaan yang cukup tinggi, entahlah tanggapan orang lain.

Selama kuliah, aku tidak banyak memiliki teman yang benar benar akrab, hanya ada beberapa saja yang aku jadikan sahabat versiku, yang lainnya aku juga tetab akrab, tetapi sebatas teman, yaaah tau sendiri kan, manusia itu jarang bisa dipercaya, kalo kalian menemukan salah satu orang yang benar benar bisa di percaya, itu adalah orang tua.