webnovel

Jangan bilang siapa siapa

Langit dan Senja kini berada diparkiran. Entah dimana ini Senja tak mengetahuinya.

"Turun udah sampe" Ucap langit seraya membuka helmnya dan merapikan rambutnya.

"ini dimana?" Tanya Senja heran

Langit tak menggubris omongan Senja. Ia berlalu meninggalkan Senja memasuki area Basket. Senja segera berlari menyusl Langit.

Langkah Langit terhenti "Mau kemana lo?"

"Ikut lo lah" jawab Senja entengnya

"Siapa yg suru lo ikut gue. Noh lo jagain motor gue" Langit menunjuk motornya

"Kampret lo kira gue siapa?!"

"Didunia ini gak ada yg gratis. Gue ngajarin lo, jadi lo harus nurut sama gue"

"Gak gak! Apa apaansi lo gila"

"Oh jadi gamau?. Jangan salahkan gue kalo gue gamau ngajarinlo lagi"

"Ih Langit mah gitu. Gak gak, becanda kok iya iya gue tunggu disini" Senja memasang senyum manisnya

"Bagus. Oiya satu lagi. jangan coba coba ceritain sama anak sekolahan kalo lo bareng gue sekarang. Paham?!"

"Kenapa si. Keknya lo ni jijik banget sama gue, berasa gue sampah deh, padahal gue kan cantik amat yak"

Langit tak menghiraukan omongan Senja iya berjalan memasuki lapangan Basket meninggal Senja

"Dasar es kutub. Gue sumpahin lo Jatu cinta sama gue" Teriak Senja menunjuk kearah Langit

Langit mendengar ucapan Senja namun tak menghiraukannya.

"Gila ya baru kali ini ada cowok nolak gue. Malu lagi ngakuin jalan sama gue. Gak waras ni si langit. Malah gue dibiarin kek pembokat lagi."

Senja menduduki bokongnya diatas motor Langit. Sudah pukul 19.00 Langit tak kunjung keluar. Sudah 3 jam ia menunggu Langit, rasanya lelah sekali.

Tak lama segrombolan pria tampan keluar dari arah Langit masuk. Mata Senja kini berbinar melihat ketampanan mereka. Kantuk dan lelahnya hilang, ia merapikan Rambutnya segera turun dari motor Langit dan memasang senyum manisnya.

"Haiii" Senja menyapa sesekali melambaikan tangannya ke para cogan - cogan itu.

"Cantik banget nama kamu siapa cantik?" Tanya salah satu dari mereka

"Aku Senja, Kamu bisa panggil sayang atau bebeb" Senja memasang senyum indahnya.

"Aku Setya, kamu cantik banget boleh minta nomor hpnya?" goda Setya sembari menyodorkan hp nya

"Boleh dong Sini aku save" Senja meminta hp

Braaaaaak. Langit melempar hp yg ada ditangan Senja. Entah sudah berapa lama Langit memperhatikan mereka. Tangannya mengepal geram, Matanya memanas

"Woi bangsat hp gue keparat" Teriak Setya menarik baju Langit.

"Jangan dekatin dia Bangsat. Lo salah kalo berhadapan gue." balas langit dengan suara lantang

Langit menghajar Setya habis - habisan. Senja yang kaget dan tak menyangka memilih diam. Ia mendapati wajah langit yg amat marah.

"Jangan lawan dia Set. Ayok kita pulang, kita bukan tandingannya." Ucap salah seorang dari teman Setya.

Setya yang paham segera berusaha bangkit meski terbata - bata. setelah kepergian Setya. Senja masih tak berani membuka suara. Sungguh ia ketakutan sekarang. Nafas Langit tersenggal - senggal Ditatap nya Senja yg ketakutan ada rasa iba dihatinya.

"Ayo pulang. Gue anter" Ucap langit dengan lembut.

"Gu.. gue pulang naik taksi aja" Jawab Senja masih tak berani menatap Langit. Ia bingung apa salahnya berkenalan dengan Setya. Apakah Setya orang jahat?

"Gue anter .." belum selesai senja memotongan omongan Langit

"Gak gue sendiri aja"

"NAIK" Langit mulai meninggikan suaranya.

Senja menuruti permintaaan Langit ia takut Langit akan kasar lagi. Langit pun melajukan motornya. kali ini Senja tak memeluknya. Senja merasa Langit begitu menyeramkan.

Kini tiba tepat di depan rumah Senja. Senja turun dari motor Langit

"Makasih ya. Lo mau mampir dulu?" tanya Senja

Langit tak menjawab ia memilih melajukan motornya dengan kencang.

"ORANG GILA LO" Teriak Senja.

Senja masuk dengan mengendap - endap takut ketahuan kalau dari sekolah langsung pergi entah kemana. Namun na'as entah sudah berapa lama mamanya ada tepat di belakang gerbang rumahnya

"Orang gilak kok dipacarin" Ucap adisty enteng

"Siapa yg pacaran sama dia?!"

"Kalau tidak pacaran, kenapa pulangmya larut. dan belum mengganti baju?"

"aaaa anu" Senja menggaruk tengkuknya yg tak gatal.

"Entah sudah berapa kali mama ingatkan. Untuk mengganti pakaian sekolah dulu baru pergi. kalau begini kamu seperti anak nakal" Ucap adisty seraya memegang pinggangnya dengan kedua tangan.

"Maaa maaaf maaa" Senja memasang senyum manisnya.

"Pergi ganti pakaianmu. Dan makan lah sudah kusediakan makanan kesukaaanmu, Sekali lagi kamu melakukan hal ini. Jangan salahkan aku jika tidak memberimu uang saku." Adisty meninggalkan Senja yang melotot mendengar ucapan mamanya

"Mama belajar galak dari mana ya?" Senja menggaruk tengkuknya yg tak gatal.

Senja berjalan memasuki rumahnya. Rasanya ia lelah sekali ingin secepatnya membaringkan tubuhnya di king size miliknya.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya. Senja memilih turun untuk mengisi perutnya yg sudah berdemo dari tadi. Alangkah terkejutnya Senja ketika melihat sang Papa ada dimeja makan bersama mamanya.

"Papa" Heran Senja

"Hmm" jawab Reynand Setiawan yang adalah papa dari Senja.

"Duduklah nak. Mama siapkan makananmu"

belum sempat mengambil piring untuk Senja tangan Adisty ditahan oleh Reynand.

"Dia anak perempuan. Biarkan dia menyiapkan makanannya sendiri. Dia harus mandiri" Tegas Reynand sembari melanjutkan makannya.

Hati Senja seoalah tersayat belati. Pria didepannya ini tak pernah melakukannya dengan baik. Bagaimana pun juga Senja adalah anak Perempuan. Yang selalu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Ingin rasanya Senja menteskan air matanya tapi, ia tahan sekuat mungkin. Karena ia tau jika air matanya menetes. Akan ada masalah yg lebih besar lagi.

"Biar Senja aja mah" Senja mengambil piringnya sekilas menatap nanar papanya

Adisty tau hati Senja sedang terluka. Tapi dia tak bisa berbuat apa - apa disatu sisi Adisty iba akan putri kecilnya ini. Disisi lain ia tak ingin melawan suaminya.

Senja memilih memakan makanannya dengan cepat. Agar segera bisa berlari dari pria yg didepannya ini. 8 menit berlalu ia selesai dengan makannya.

"Senja kekamar dulu, ma pa, Good night" Ucap Senja berharap papa nya membalas ucapannya. Namun sayang hanya sang mama yg menjawab

"Good night too cantik"

Hati Senja kembali teriris sakit sekali rasanya. Sudah 17 tahun dia hidup namun tak pernah mendapat kasih sayang dari sang Papa. Senja hanya dimanjakan oleh uang Papanya. Sungguh, bukan itu yg ia butuhkan.

Senja berjalan menuju kamarnya dengan air mata yg mengalir. Senja duduk di tepi king size miliknya

"Seharusnya ayah adalah cinta pertama anak Perempuannya. Namun dia malah menjadi patah hati pertama anak Perempuannya." Ucap Senja seraya tersenyum miris

Senja memilih menarik selimutnya dan tidur dengan mata yang sudah sembab.

Next chapter