4 4.BINGKAI ITU PECAH

Astha berdiri setelah merasakan suapan pertama dari semur daging buatan tangan Alivia. Dia menelisik perempuan yang ada di depannya. Tak ada yang menarik sedikitpun dari perempuan ini. Tapi ada satu hal yang membuat laki-laki yang selalu mengenakan topi dan kaca mata hitam ini penasaran dengan masakan yang dibuat oleh gadis berhijab ini.

"Uhhhh.." Astha menutup hidungnya manakala berdiri di jarak terdekat dengan Alivia.

"Kenapa, Tuan? masakannya tidak enak, kan?" tanya Alivia percaya diri. "Kalau begitu saya akan keluar dari sini ya, Tuan."

"Siapa kamu? berani lancang padaku ha?" Astha tiba-tiba menarik jilbab Alivia dengan kuat. Dan membuat gadis itu tercekik.

"Emhhhh." Alivia mencoba menarik tangan lelaki kekar itu. Bibir lelaki itu tersungging puas. Saat Alivia mengerang kesakitan.

"Makanya jangan lancang di depan saya. Jaga ucapan kamu. Mulai sekarang kamu akan tinggal di sini selamanya. Kamu mengerti? darimana kamu belajar masakan ini?" Astha mengibaskan tangannya sesaat setelah melepaskan cengkramannya dari jilbab Alivia.

"Uhuk uhuk. ba--ik, Tuan. Maafkan saya." Alivia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dari udara. Lelaki di depannya ini sungguh gila. Pikirnya.

"Jawab pertanyaan saya. Darimana kamu belajar masakan ini?"

"Dari ayah saya, Tuan."

"Ohh.. Mulai sekarang kamu tinggal di sini. Dan jangan harap kamu bisa pergi dari rumah saya!"

"Tapi, Tuan."

"Reza, antar dia ke tempatnya. Suruh dia mandi!" titah Astha tanpa melihat wajah Alivia. Bibirnya kembali mengunyah potongan daging yang ada di dalam semur. Pikirannya kembali melayang ke masa lalu. Saat dimana Ibunya selalu memasakkan untuknya dan.. Astha enggan untuk mengingat seseorang itu. Seseorang yang menjadi targetnya melakukan pekerjaan kotor ini.

**

"Ini tasmu. Cepat mandi dan bersihkan dirimu. Kamu bau sekali." ucap Reza saat mengantar tas ke kamar Alivia. Tas yang sudah dua hari ini dia sembunyikan.

"Apa alasannya aku tidak boleh pergi dari sini? dia tidak bilang masakanku enak. Tapi kenapa aku tidak boleh pergi?" gerutu Alivia sambil membuka tasnya dan memeriksa kelengkapannya.

"Itu artinya masakanmu cocok dengan Tuan Astha. Biasanya jika dia tidak suka, Dia akan mengguyurkan semur itu di kepala pembantu yang memasak. Tadi Tuan Astha tidak melakukannya. Berarti masakanmu enak." Reza bersandar di pintu sambil mengamati apa yang dilakukan gadis polos itu.

"Gara-gara kamu, aku jadi terperangkap di sini. Kenapa kamu harus culik aku sih? lagipula aku tidak cantik dan sexy. Matamu kelilipan ya waktu nyulik aku?"

"Aku bosan melihat wanita cantik dan sexy setiap hari. Jadi waktu melihatmu, aku pikir kamu unik. Kamu cantik." Reza menatap Alivia cukup lama. Via pun menghentikan aktivitasnya setelah mendengar pengakuan Reza.

"Kenapa? bukannya kamu memang ditugaskan untuk mencari wanita cantik dan sexy untuk dijual sama bosmu?"

"Iya, tapi aku kadang ingin berhenti dari kegiatanku ini. Waktu itu aku pernah menjalin hubungan dengan salah satu wanitanya bos. Tapi dia akhirnya mati karena kecanduan. Kamu tahu kan dunia kami sangat gelap. Jadi menjadi hal yang wajar jika banyak aktivitas haram juga berada di lingkaran itu. Aku terpukul dengan kepergian kekasihku. Sejak saat itu aku selalu malas mencari wanita yang cantik dan sexy. Wanita seperti itu mengingatkan aku dengan kekasihku." Reza menerawang ke langit-langit kamar Alivia.

"Kenapa kamu tidak keluar dan bertaubat?kamu bisa lebih mudah keluar dari sini, kan?"

"Kamu tidak tahu seperti apa bos Astha. Aku adalah salah satu orang kepercayaannya. Jika aku pergi dari sini, dia tidak akan membiarkanku hidup."

"Kamu lebih takut pada manusia daripada dengan Allah?"

"Mulutku tidak pantas menyebut nama Tuhanku. Kesalahanku terlalu banyak. Aku malu."

"Selama nafas masih belum sampai di kerongkongan, taubatmu masih diterima. Kamu jangan malu untuk melakukan sesuatu yang baik."

"Tidak semudah itu. Ah sudahlah. Cepat mandi, lalu bersihkan kamar Tuan." Reza berlalu dari kamar Alivia.

"Hei.. kalau mau pergi, ajak aku ya." teriak Alivia. Gadis itu memandang sendu punggung laki-laki kurus yang baru saja pergi meninggalkannya. Dia tdak menyangka. Bahwa setiap orang yang terlihat jahat, pasti ada sudut hatinya yang baik. Dan itu dia lihat dari Reza. Laki-laki yang sudah membuatnya terperangkap di rumah mewah ini. "Semoga ada cara agar aku bisa keluar dari sini."

Gadis bermata almond itu segera membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Matanya awas. Dia takut jika ada kamera pengawas di kamar mandi yang ia tempati saat ini. Sampai dia tidak berani melepas bajunya. Dia menggosok badannya tanpa melepas baju. Setelah dirasa cukup bersih, dia mengganti pakaiannya dengan memakai handuk terlebih dahulu. Lalu satu persatu baju yang melekat, ia tanggalkan.

"Alhamdulillah sudah segar." Ucap Alivia setelah menyelesaikan aktivitas mandinya. Dia buru-buru kembali ke kamar. Menyisir dan mengikat rambutnya lalu memakai jilbabnya kembali. Alivia berlari melewati lorong penghubung kamarnya dan rumah Tuan besarnya. Karena kamar Alivia memang berada terpisah dengan rumah utama.

"Mas, kamar Tuan Astha dimana?" tanya Alivia pada anak buah Astga yang sedang bermain bilyard di ruang tamu. Tapi tidak ada Reza di sana..

"Kamu pembantu baru ya? cantik juga kamu." ucap salah seorang lelaki berbadan kekar dan bertato ular di lengan kirinya. Alivia sangat takut melihat seseorang yang bertato.

"Lepasin." Alivia menepis tangan lelaki itu yang mencoba menyentuh dagunya.

"Kamarnya Tuan Astha ada di Paviliun dekat kolam renang. Kamu lurus aja. Nanti ketemu pintu kaca yang mengarah ke kolam renang. Sebelahnya ada paviliun. Di sana kamar Tuan Astha. Kamu masuk saja. Tuan Astha sedang tidak ada di kamar." Ucap Reza yang tiba-tiba datang.

"Makasih." Alivia segera pergi dari kerumunan laki-laki yang sedang bermain bilyard. Alivia benar-benar merasa terancam berada di rumah mewah ini. Sepertinya dia adalah satu-satunya wanita yang ada di rumah itu.

Gadis berhijab itu melewati kolam renang lalu melihat bangunan kecil dengan design minimalis. Perlahan dia menginjakkan kaki tanpa alasnya ke dalam bangunan itu. Dia membuka pintu dengan hati-hati. Dia melihat ruangan yang lumayan luas hanya untuk ukuran kamar. Atau mungkin dia yang tidak pernah melihat kamar seluas ini? kamar dengan dominasi warna hitam dan putih. Sisi gelap dan terang menyatu di dalam ruangan ini. Alivia membuka semua jendela yang ada di paviliun itu. Agar udara segar bisa masuk ke dalamnya. Indra penciuman Alivia tiba-tiba merespon aroma bunga yang sangat harus. Aroma melati. Dan benar saja. Di bagian belakangan paviliun ini rupanya ada kebun bunga melati yang jika dilihat dari kolam renang tidak akan terlihat.

"Aneh sekali itu orang. Bukannya bunga melati itu lambang kesucian? tapi bertolak belakang dengan sifatnya. Alivia mengabaikan tentang Kehidupan Astha yang kelam. Dia segera merapikan kamar yang masih acak-acakan. Dia merapikan sprei terlebih dahulu. Lalu menyusun bantal dan gulingnya dengan rapi. Seperti susunan pada umumnya.

Dia mengambil sapu dan lap pel yang ada di dekat kolam renang. Alivia tahu karena tadi waktu menuju ke paviliun, ia melihat kedua alat itu ada di sana. Dia bersihkan semua area paviliun. Hingga pinggangnya terasa pegal. Diapun dengan santainya duduk di tepian ranjang. Matanya menatap bingkai foto di atas nakas. Perempuan cantik berambut pendek sedang tersenyum di foto itu. Alivia yang penasaran. Langsung mengambil bingkai itu dan mengusap debu yang menempel dengan jarinya, lalu meniupnya.

"Sedang apa kamu di sini? Jangan sentuh barang-barangku!" suara bariton itu mengagetkan Alivia. Dan reflek bingkai yang ada di tangannya terjatuh. "Pyar!!"

"Maafkan saya, Tuan." Alivia ketakutan.

"Kamu!!!" Laki-laki yang tanpa topi dan kacamata hitam itu tampak geram dengan apa yang baru saja dilakukan Alivia.

***

Akhirnya up lagi. Mau lanjut ga ya?😁😁. Yang lupa ceritanya bisa baca ulang. mumpung masih 4bab😁

avataravatar
Next chapter