webnovel

Tanah Nameless

Tanah Nameless

Mega menyapa langit senja kota tanah Nameless saat Gwen melangkahkan kaki menuju rumahnya. Nameless menjadi tempat yang paling tepat untuk semua klan termasuk warewolf seperti dirinya. Kota yang menampung semua kalangan termasuk beberapa witch dan para vampir. Namun hanya kaum warewolf yang sering bertarung memperebutkan wilayah. Gwen berharap mereka hidup berdamai saja tanpa memperebutkan warna pack.

Sayangnya semuanya hanya menjadi angan-angan Gwen belaka. Kenyataannya, Gwen tumbuh dari keluarga yang memimpin klan itu sendiri. Menjadi satu-satu shewolf yang dilahirkan dari rahim ibunya sebelum kedua orang tuanya meninggal karena suatu penyakit. SemenReymond kakak laki-lakinya sudah pasti akan menjadi Alpha selanjutnya. Bahkan laki-laki itu sudah aktif berperang sedak tiga tahun yang lalu. Termasuk kakeknya.

"Gwen, pulang sendiri?" Kakeknya menginterupsi ketika gadis itu memasuki rumahnya yang tentu saja membuat Gwen yang sedang melamun itu terkejut sedikit.

Perempuan itu menganggukkan kepalanya. "Memangnya aku harus pulang bersama siapa?" tanyanya dengan kebingungan.

Laki-laki yang sudah menua dengan sedikit bekas cakaran pada bagian leher sampai perpotongan rusuk itu menarik nafasnya. "Bima atau siapapun itu sayang! Kenapa kau sering sekali keluar tanpa pengawalan."

Gwen berdecak kecil pada kakeknya itu. "Ayolah, Kek! Tidak perlu berlebihan seperti itu. Aku sudah delapan belas tahun dan sudah seharusnya aku bisa kemana-mana sendiri."

Tapi Gwen bukanlah shewolf biasa. Dia dilahirkan dari rahim alpha dan luna yang tentu saja eksistensinya diincar banyak orang. Lagipula hanya Gwen puteri yang dilahirkan dari rahim seorang Luna setelah beberapa generasi. Biasanya mereka hanya akan melahirkan calon Alpha yang siap melanjutkan puncak pimpinan.

Gwen berbeda. Gadis itu menjadi special dengan kehadirannya sendiri. Membuat kakek nenek dan serta saudara laki-laki Gwen menjaga gadis itu dengan benar. Tentu saja tidak ingin terjadi sesuatu yang pada cucunya itu yang membuatnya kehilangan anggota keluarga lagi.

Gwen menarik nafasnya panjang. "Aku tahu kakek mengkhawatirkanku. Tapi aku meminta pengertian juga pada kakek. Kita memang sudah lama hidup berkoloni dengan berbagai macam jenis tapi tidak ada yang berani menyerang di tengah keramaian. Kecuali bukan karena suatu tindakan gila. Nameless kadangkala terlalu tentram bagi semua orang."

Kakeknya hanya menghembuskan nafas lagi dengan cucunya itu. Apalagi ketika Gwen sudah menunjukkan mata violetnya yang berbinar jenaka namun akan berganti menjadi Grey ketika gadis itu merubah wujudnya dalam bentuk serigala. Netra yang membuat laki-laki yang sudah menua itu tersenyum kecil mengusap kepala itu dengan sayang.

"Aku akan selalu kalah berdebat dengan kamu, gadis kecil keras kepala!"

Gwen mengerucutkan bibirnya namun setelahnya tersenyum lagi dengan manisnya. "Dimana Granny? Aku tidak perlu tanya Damien, dia pasti sibuk memikirkan perluasan wilayah lagi. Hanya dia yang menjadikan Nameless kota yang tidak damai."

Granpa menyentil hidung cucunya itu sebentar. "Kau berbicara pedas seperti itu. Kita harus memiliki wilayah untuk bertahan."

Pengalaman hidup dihutan belanReymond ribuan tahun yang suram pasti sudah ditanamkan secara turun temurun hingga bagi pack mereka wilayah merupakan sesautu yang penting. Tidak peduli wilayah itu sudah dimiliki seseorang atau bukan. Selama bisa ditaklukkan sepertinya tidak pernah memiliki masalah apapun.

"Granny mungkin berada di belakang, mengganggu para Staff dapur lagi soal menu makan malam."

Gwen tertawa kecil. Sudah bukan rahasia lagi jika mantan luna itu hobi untuk hal-hal yang seperti itu. Mengusir bosan dan mengabdikan diri katanya. Padahal eksistensinya seringkali membuat para pekerja kewalahan.

"Aku akan ganti baju kemudian membantu Granny!"

"Gwen …" Granpa berdecak kecil berharap Gwen mengurungkan niatnya karena satu saja sudah lebih dari cukup. Tidak perlu menambahnya dengan hal lain yang semakin merepotkan.

***

Usai membuat masalah yang membuat Juan sedikit kesal karena Reymond yang membatalkan janji temu dengan seseorang yang bersedia melahirkan penerusnya, Reymond tidak langsung pulang ke rumah. Laki-laki itu memilih mampir pada satu bagian pengerjaan konstruksi. Menemui seorang warewolf yang sudah tiga tahun memilih meninggalkan kawanan untuk hidup sebagai manusia saja.

Tadinya Gabriel sedang berkonsentrasi penuh pada pekerjaannya membawa bata, semen, dan lainnya. Hal-hal yang biasa dilakukan seorang kuli biasa pada umumnya. Namun fokusnya terganggu saat seorang pria dengan setelan rapi berjalan padanya membuat Gabriel tidak kuasa menahan geli yang menggelitik perutnya.

Reymond mengumpat sekaligus memberikan tatapan kesal kepada laki-laki itu. "Oh, harusnya pakai helm pelindung tuan muda. Ini tempat proyek. Lain kali kabari kalau mau berkunjung." Gabriel terus-terusan meledeknya dengan sangat puas.

Reymond memilih tidak menanggapi ocehan Gabriel. Sambil bersandar pada salah satu tiang yang aman dan kokoh Reymond menyalakan rokoknya. Menghisap pelan, sebelum menghembuskan kumpalan-kumpalan asap dengan mulutnya.

Gabriel menoleh padanya sebentar, kemudian menambah air pada semen yang sebentar lagi akan diaduknya. Tetapi Gabriel tidak menanggapi pernyataan pria itu. Dia memilih melanjutkan pekerjaannya. Reymond melonggarkan dasinya. Entah sejak kapan kemeja itu di gulungnya sampai siku. "kelompok butuh armada yang kuat untuk bertahan. Juan berkata bahwa kita semakin terdesak. Jika tidak menambah kekuatan pasti kelangsungan pack benar-benar bisa terancam."

Gabriel berdiri tegak, setelah selesai mengaduk semua semen dan meletakkannya ke dalam ember-ember untuk dibawa pekerja yang lainnya. Ia juga turut mengambil rokok Reymond, kemudian menghirupnya. "Aku sudah dengar beritanya bahwa pack Grey itu semakin mengagungkan dirinya sebagai penguasa. Tapi kau tahu aku memiliki prioritas yang lebih penting dilindungi dari pack. Bukan berarti aku mengkhianati kalian."

Reymond menghembuskan kepulan asap lagi. Membiarkan asap rokok bertebangan disekitar mereka. "Ibu masih belum terima kematian Anan?"

Gabriel memainkan rokoknya secara absurd sesaat. "Tidak akan pernah bisa menerima. Melihat puteranya mati dalam medan pertarungan bukanlah hal yang diinginkan Ibu. Tapi Ibu juga paham tidak ada yang disalahkan."

Reymond menarik bibirnya. "Menarik diri dan hidup seperti manusia saja adalah solusi yang terbaik bagi, Ibu. Bukankah begitu?"

Gabriel mengangguk kecil. Setelahnya mereka berdua sama-sama diam sebelum Gabriel tersenyum menggoda lagi. "Jadi bagaimana dengan gadisnya? Juan pernah menghubungiku mengatakan akan mencarikan kau shewolf yang kehilangan Mate untuk hidup bersama dengan kau. Entah sebagai Luna atau tidak. Apa tadi acaranya?"

Reymond mendengus. Tidak ada rahasia Reymond yang tidak Gabriel tahu sekalipun laki-laki itu tidak bergabung lagi dalam kawanan. Gabriel masih berhubungan baik dengan beberapa orang yang membawa banyak informasi yang datang padanya.

"Aku membatalkannya …" Reymond bersuara yang membuat Gabriel mendengus.

"Kau baru saja berbicara perihal kelangsungan Pack padaku."

Reymond balik mendengus kecil pada laki-laki itu. "Aku bertemu dengan Mateku!" yang membuat Gabriel lebih tertarik daripada pembicaraan sebelumnya.

"Kau sudah mengklaimnya."

Reymond memberikan tatapan membunuh. "Kau tidak ubahnya dengan Blue. Tentu saja tidak mudah bagiku mendekati seorang gadis."