webnovel

Jika Ingin Mati, Mati Saja. Matilah Dengan Bersih.

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Setelah memberi penjelasan pada Chi Huan, Mo Xigu kembali ke kursi kemudi.

"Ini hanya luka kecil. Namanya juga kehidupan. Jika ada kecelakaan yang tidak disengaja, kita tidak bisa menghindar," Su Yabing menjawab pertanyaan Chi Huan.

Su Yabing kini merasa malu dan canggung. Belum lagi, luka di wajahnya itu membuatnya kelihatan lebih menyedihkan. Saat Chi Huan menanyakan soal luka itu, ia merasa semakin malu dan tidak tahu harus mengatakan apa. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia tampak gelisah, meski saat itu ia tidak bergerak.

Setelah mobil melaju dan mencapai setengah perjalanan, Su Yabing berkata lembut, "Xigu, aku sudah mengatur janji untuk bertemu dengannya. Tapi, aku takut dia tidak akan muncul. Dia seharusnya tahu kalau ini urusan perceraian..."

Tanpa menunggu Mo Xigu berbicara, Chi Huan segera menjawab sambil meremas jarinya, "Tenanglah, dia akan datang."

Su Yabing tertegun sejenak kemudian memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Benarkah? Waktu aku meneleponnya kemarin, dia masih memarahiku. Ia juga bilang bahwa sampai mati pun, ia tidak akan mau bercerai."

Chi Huan tersenyum dingin. "Kecuali, jika dia benar-benar ingin mati. Kalau tidak, mesi tidak ingin cerai pun juga ia harus bercerai."

———

Begitu tiba di 1999, Chi Huan berjalan terlebih dahulu lalu diikuti oleh Su Yabing. Mo Xigu berjalan paling akhir dan menutup pintu.

Mo Shiqian sudah berada di sana, mengenakan pakaian serba gelap, dan sedang duduk sendirian di depan jendela. Mendengar suara pintu yang terbuka, ia segera berdiri dan menatap lurus ke arah Chi Huan dan berkata, "Nona, orangnya sudah saya bawa kemari."

Orang yang dimaksud Mo Shiqian adalah suami Su Yabing, Yang Hao.

Ketika melihat Yang Hao, Chi Huan langsung teringat dengan kejadian mengerikan waktu itu hingga ia mengerutkan kening. Karena tidak mau melihatnya lagi, Chi Huan langsung duduk di tempat Mo Shiqian duduk. Ia membuka tas, lalu mengambil ponsel baru dan memberikannya kepada Mo Shiqian. "Ini, sebagai ganti ponselmu."

Mo Shiqian memandangnya sejenak lalu berkata, "Terima kasih." Kemudian, ia mundur dan memasukkan ponsel itu ke kantong. Tak ada orang lain yang ia lihat di ruangan itu. Bahkan, dari awal hingga akhir, ia hanya melihat ke arah Chi Huan.

Yang Hao terlihat normal. Namun, ia tidak bisa berdiri. Saat akan memperkosa Chi Huan waktu itu, ia hampir saja dipukuli. Hanya saja, ia tidak dipukul di bagian wajah. Terlebih lagi, sebenarnya ia tidak berniat datang kemari. Namun, Mo Shiqian menyuruh seseorang untuk menggunakan kekerasan ketika membawanya kemari.

Su Yabing telah mengambil surat perceraian yang diserahkan oleh pengacara kepadanya. Ia berjalan dan duduk di sofa depan Yang Hao, lalu meletakkan surat itu di meja teh. Ia matanya sekilas dan berkata dengan lembut, "Pernikahan kita yang diawali dengan kesalahan kini telah kacau dan tidak ada artinya lagi. Ini adalah surat perceraian kita. Tanda tangani surat ini."

Yang Hao sudah menatap Su Yabing sejak saat wanita itu masuk. Bahkan, ia ingin menangkapnya. Napasnya kini memburu. Tatapannya penuh amarah dan rasa sakit.

Su Yabing menundukkan kepalanya lalu berkata, "Tenanglah. Aku belum memakai uangmu sedikitpun. Aku tidak akan mengambil rumah, deposito, dan lain-lain barang sedikitpun. Setelah bercerai, aku ingin kembali ke Amerika dengan kehidupan yang lebih baik."

"Aku tidak akan menceraikanmu!" tolak Yang Hao dengan suara begitu nyaring.

Chi Huan yang saat itu sedang bosan sambil menatap Mo Shiqian dan ponselnya seketika langsung melompat kaget. Mo Xigu mengerutkan kening. Sedangkan, pengacara masih mengamati. Ikut mengamati situasi ini, Chi Huan juga mengerutkan kening sambil memikirkan sesuatu. Hanya Mo Shiqian yang acuh tak acuh dan menundukkan kepalanya sambil sibuk mengatur ponsel barunya.

Yang Hao berteriak histeris, "Su Yabing, kamu telah mematahkan hatiku! Aku tidak akan menceraikanmu kecuali aku mati!"

"Kamu yang mati atau kamu yang ingin aku mati? Kalau kamu seperti ini terus, lebih baik aku yang mati!" balas Su Yabing sambil menangis.

"Lebih baik aku mati bersamamu!"

Chi Huan membatin, Kalau memang benar pria ini punya masalah penyakit mental, kenapa dia tidak dirawat di rumah sakit jiwa saja?

Mo Xigu menyipitkan mata dan segera bangkit. Ia berjalan, menarik Su Yabing, kemudian duduk di seberangnya. Dengan wajah yang dingin dan acuh tak acuh, Mo Xigu berkata, "Tuan Yang, Anda sudah menyelamatkan ayah Su Yabing. Sekarang, duduklah di sini dengan tenang dan tanda tangani surat cerai ini. Jika Anda ingin uang, saya bisa memberikannya. Atau..." Mo Xigu mengeluarkan cemoohan yang lebih dalam, "Anda dapat memilih mau pergi ke penjara atau ke rumah sakit jiwa, manapun yang mungkin membuat Anda merasa lebih nyaman."

"Mo Xigu! Dia adalah istriku!"

"Tidak lama lagi, dia tak akan lagi menjadi istrimu," pungkas Mo Xigu sambil tersenyum dingin, menyeringai.

"Aku bilang, aku tidak akan menceraikanmu dan selamanya tidak akan pernah menceraikanmu! Istriku, jika kamu benar-benar mencintai pria ini, aku bisa mati untukmu jika memang hati nuranimu sudah pergi!"

Mendengar Yang Hao, Su Yabing menggigit bibirnya dan wajahnya memucat. Sedangkan, Mo Xigu yang berhadapan tepat dengan Yang Hao rasanya ingin memukul wajah pria yang seperti itu. Namun, saat ini Mo Xigu hanya bisa mengepalkan tangannya dan menahan emosinya.

Seseorang yang bertelanjang kaki tidak takut memakai sepatu. Orang yang tidak takut mati terkadang adalah orang yang justru sangat kuat dan susah untuk ditangani. Yang Hao tidak peduli pada Mo Xigu. Ia hanya memikirkan bahwa Su Yabing tidak akan membiarkannya mati karena perceraian.

Chi Huan mengulurkan tangannya, bersiap membuka jendela sambil mendorong gelas-gelas yang ada di situ. Ia berkata santai, "Jika kau ingin mati, jendelanya ada di sini. Aku jamin tidak akan ada yang menghentikanmu. Seorang pria yang meninggalkan wanita dengan menggunakan hidupnya sendiri seperti itu, itu terlalu murahan. Jika ingin mati, mati saja. Matilah dengan bersih."

Begitu jendela dibuka, angin kencang yang bertiup langsung memasuki ruangan itu hingga membuat rambut panjang Chi Huan yang terurai seperti rumput laut berkibar.

"Ayo, sini! Melompatlah! Mungkin dengan begini, Nona Su tidak benar-benar ingin bercerai," tantang Chi Huan. "Cara seperti ini benar-benar berguna untuk orang yang berbicara perkara bunuh diri. Dulu, ayahku ingin menikahi seorang wanita dan aku sangat tidak menyetujuinya untuk menjadi ibu tiriku. Aku menggunakan trik seperti ini untuk mengusirnya," kata Chi Huan sambil tersenyum tenang.

Mo Xigu memandang gadis berambut panjang yang sedang tersenyum itu. Seketika, jantungnya saat itu sedikit bergetar. Ia menatap Chi Huan dengan tatapan yang susah untuk dipahami.