webnovel

Weekend bareng Arsen

Arsen begitu terkejut saat wajah Cahya berada di dekatnya sambil menginyip layar ponselnya saat ini. Kemudian dia mendorong wajah Cahya agar menjauh dari jangkauannya. Sontak saja dadanya berdebar tak karuan saat ini. Cahya benar-benar membuatnya jantungan.

"Ih jauhan dikit, bau! Belum mandi ya?" ejek Arsen saat Cahya mendekat.

Cahya tidak marah, sebab dia sudah sering mendengar ejekan Arsen yang seperti itu. Bau lah, dekil, jelek dan masih banyak lagi. Namun Cahya hanya menganggapinya dengan candaan saja. Sebab Arsen pun tidak benar-benar dengan ucapannya.

Cahya kemudian menjauh, dia berdiri di samping Arsen dengan tangannya yang menarik tas selempang yang kini sudah dia pakai.

"Mau ngajak aku kemana? Kenapa nggak ngajak Sandra aja sih? Kan dia pacar kamu?" tanya Cahya yang merasa heran karena Arsen malah mengajaknya untuk menghabiskan waktu weekend. Padahal Arsen sudah punya kekasih.

"Kan tadi udah aku jawab Ay, dia lagi nggak mau keluar kemanapun. Katanya mau nonton seharian. Ya udah aku ajak kamu aja."

"Iya kamu mau ajak aku kemana? Jangan sampai malam, aku takut nanti ibu marah," jawab Cahya, dia merasa sudah jenuh jika harus melawan ucapan dan kemarahan ibunya sehingga dia tidak ingin membuat kecewa ibunya ataupun ayahnya.

"Gimana kalau kita nonton ke bioskop? Lo mau nggak?" tanya Arsen, dia memang merasa jenuh saat weekend berada di rumah terus. Lagi pula bundanya sedang tidak ada di rumah dan ada acara arisan. Sehingga Arsen merasa kesepian. Niatnya ingin mengajak Sandra tetapi apa daya, kekasihnya tidak mau. Arsen tidak ingin memaksa.

"Film apa hari ini? Aku nggak mau kalau action. Nggak banget," ucap Cahya, dia tidak suka selera film Arsen yang biasanya suka nonton film action.

"Iya gue tau kalau Lo nggak suka film action, Lo suka horor kan? Gue udah pesen tiketnya dua. Gimana? Lanjut nggak?" tanya Arsen lagi meminta persetujuan Cahya karena dia tidak ingin memaksa. Sebenarnya Arsen mengajak Cahya kali ini karena ingin menebus rasa bersalahnya karena tidak ada waktu lagi bersama Cahya saat gadis itu sedang sedih ataupun membutuhkan pertolongannya. Karena dia lebih sering bersama dengan Sandra yang minta ingin ditemani selalu.

Terkadang Arsen berpikir jika selama ini yang paling paham dengan dirinya adalah Cahya. Bahkan Sandra saja tidak mau mengerti keadaannya selama ini seperti apa dan apa maunya.

"Ya udah ayo!" jawab Cahya sambil melangkah keluar dari teras rumahnya dan diikuti oleh Arsen di belakangnya. Cahya menunggu Arsen menyalakan motor sportnya dan memakai helm full facenya. Sumpah demi apapun Cahya merasa terpesona dengan Arsen kali ini. Dia terlihat sangat kerena dan macho.

***

Selama di dalam perjalanan, Arsen mengendarai motornya perlahan. Dia tidak ingin menghabiskan waktunya di jalan dengan kecepatan tinggi. Selalu ada saja yang dibicarakan selama dalam perjalanan menuju ke bioskop. Sehingga membuat keduanya selalu tertawa di tengah perjalanan. Arsen merasa nyaman dan tertawa lepas. Tanpa terasa mereka kini sudah tiba di gedung bioskop. Cahya turun dari motor Arsen sambil melepas helmnya. Lalu dia membetulkan rambutnya yang terlihat sangat berantakan.

"Nih!" Cahya menyodorkan helmnya dan langsung ditangkap oleh Arsen.

"Nggak terasa kita udah nyampe, dari tadi ketawa mulu. Sampe gigi Gue terasa kering," celetuk Cahya sambil diiringi gelak tawa dan Arsen pun tertular.

"Ya udah yuk buruan masuk. Biar nggak antre beli pop corn nya," ucap Arsen sambil melangkah duluan dan diikuti oleh Cahya, dia tidak menyangka jika perasaannya masih sama untuk Arsen. Cahya berharap jika Arsen tidak boleh tahu dengan apa yang dia rasakan saat ini. Cahya tidak ingin membuat persahabatannya hancur hanya karena perasaannya kepada Arsen. Cahya masih belum mau kehilangan Arsen. Biarlah semua berjalan seperti ini. Karena dia masih bisa dekat dengan Arsen.

Kini keduanya sudah tiba di dalam, Arsen kemudian menyuruh Cahya untuk menunggu dirinya sebentar yang akan membeli pop corn untuk dibawa ke dalam untuk menemani nontonnya. Cahya pun menunggu Arsen sambil memandangi Arsen dari belakang yang terlihat sangat kekar dan tegap. Arsen memiliki postur tubuh layaknya orang dewasa. Sehingga Cahya harus mendongak jika mengajak bicara Arsen.

Selang beberapa menit kemudian akhirnya Arsen sudah tiba dan membawa pop corn dalam ukuran besar lalu mengajak Cahya untuk segera masuk ke dalam. Cahya pun menurut. Dia sudah tidak sabar untuk menonton film horor yang tayang hari ini.

"Ar, filmnya ngeri nggak yang hari ini tayang?" tanya Cahya saat berjalan dan akan masuk ke dalam. Arsen memilih tempat duduk paling atas agar terlihat dengan jelas. Cahya pun menurut.

"Kayaknya serem banget deh yang ini, gimana? Lo mau nerusin?" tanya Arsen sambil menatap wajah Cahya yang tampak cantik. Cahya hanya memakai riasan bedak dan lipgloss, rambutnya hanya diikat kuda dan menampilkan leher jenjangnya. Tapi kenapa Cahya tampak cantik? Pantas saja Nico mengincarnya, begitu lah isi pikiran Arsen sejak tadi memandangi wajah Cahya yang asyik makan pop corn tanpa henti.

"Ar, nanti yang bayar Lo kan?" tanya Cahya memastikan karena dia tidak membawa uang lebih.

"Iyalah kan gue yang ngajak, masa iya lo yang bayar," sahut Arsen sambil tertawa lucu. Kemudian mereka kembali fokus menatap layar lebar yang ada di depan mereka. Cahya tampak serius sekali hingga dia tidak sadar saat Arsen memperhatikannya. Kemudian Cahya langsung menjerit saat ada adegan yang sangat menyeramkan baginya dan dia langsung bersembunyi di lengan Arsen. Orang lain yang ada di sana merasa terganggu dengan suara berisik Cahya. Cahya yang mendengar mereka mengamuk langsung minta maaf, begitu juga dengan Arsen.

"Maafkan teman saya!" ucap Arsen, Cahya pun menganggukkan kepalanya tanda meminta maaf.

"Ih lo apaan sih Ay, katanya nggak takut," celetuk Arsen saat Cahya bersembunyi di balik lengannya. Cahya mengintip layar di depan. Sudah tidak ada adegan seram lagi sehingga Arsen yang melihatnya tertawa lucu.

Cahya pun membenarkan posisinya duduk tegap. "Ya abis filmnya emang serem Ar."

Kini keduanya pun kembali fokus menonton. Cahya mendadak jantungnya berdebar tak karuan saat ini sebab tadi tanpa sengaja dia memeluk tangan Arsen hingga tidak ada jarak sama sekali. Tubuhnya bagaikan disengat aliran listrik ribuan voltase.

Dua jam kemudian film telah berakhir dan mereka pun segera pulang. Arsen mengajak Cahya untuk makan terlebih dahulu namun Cahya menolak meskipun dia sangat lapar. Sebab dia takut sekali jika ibunya akan marah. Akhirnya Arsen pun memilih untuk pulang saja. Namun saat mereka hendak pulang ternyata ada yang memanggil mereka berdua.

"Arsen, Cahya!"