1 Cahya dan Arsen adalah sahabat

"Lo udah buat PR Ar?" tanya gadis sederhana bermata bulat dengan bibir penuh sambil menatap ke objek yang ada di sampingnya, dia adalah Cahya Melati yang sedang duduk bersama sahabatnya sejak kecil yang bernama Arsenio Wijaya. Sejak sekolah SD hingga SMA mereka selalu sekolah di tempat yang sama. Janji mereka, akan kuliah bersama juga nanti jika sudah lulus SMA. Saat ini mereka masih menduduki bangku kelas sebelas. Tak ada hari yang tidak dilewatkan tanpa bersama-sama.

"Kan nggak lo kasih tau jawabannya Ay, mana bisa gue jawab soal fisika yang membuat kepala gue pusing setengah mati," jawab Arsen dengan santainya tanpa memikirkan wajah Cahya yang kini berubah muram. Arsen memang begitu, selalu melimpahkan tugas PR nya kepada seorang Cahya. Meski begitu Cahya selalu menuruti permintaan Arsenio yang sangat manja kepadanya. Mereka bagaikan kakak adik yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Bahkan kedua orang tua Arsen sudah menganggap Cahya seperti anaknya sendiri.

Saat ini keduanya sedang duduk di tribun yang biasa dibuat untuk menyaksikan pertandingan basket. Ya, tadi Cahya sedang menyaksikan Arsen bermain basket. Di sekolahan itu Cahya tidak mempunyai teman kecuali cuma Arsen seorang. Karena tidak ada yang mau berteman dengan Cahya karena mereka tidak suka Cahya bisa sedekat itu dengan Arsen. Mereka sangat iri dengan Cahya. Bagaimana tidak, Arsen adalah siswa populer yang diidamkan banyak siswi di sekolahan itu. Mereka pikir Cahya adalah kekasih Arsen. Karena sejak pertama kali masuk sekolah Arsen terlihat selalu dekat dan akrab dengan Cahya. Mereka tidak tahu jika Arsen dan Cahya hanya bersahabat.

"Kebiasaan banget sih lo, buruan kerjain. Emangnya lo pikir gue nggak tau kalau lo itu lebih pinter kalau soal fisika," celetuk Cahya sambil menimpuk bahu Arsen dengan menggunakan buku yang ada di tangannya. Dia barusan memeriksa tas Arsen yang masih ada di atas tribun. Mereka duduk di tribun yang paling bawah. Tadi saat latihan Arsen membawa tasnya ke lapangan basket dan diletakkan di atas tribun.

Arsen menoleh dan kini dia tergelak saat melihat Cahya yang mulai kesal padanya. Suka sekali dia membuat sahabatnya itu kesal. Arsen baru saja selesai main basket bersama dengan temannya yang lain dan kini dia sedang istirahat. Meskipun jurusan mereka sama di bidang fisika, namun kelas mereka berbeda. Arsen di kelas IPA 1 dan Cahya di IPA 2. Mereka akan bersama hanya saat sedang istirahat dan waktu pulang saja.

"Namanya juga malas Ay." Sahutnya lagi tanpa ada niatan untuk mengerjakan tugasnya.

Bersamaan dengan itu Nico teman Arsen main basket tadi datang dan segera duduk di samping Cahya. Membuat Arsen langsung melempar Nico dengan botol air mineral yang sudah kosong dan kini langsung ditangkap oleh Nico seraya memutar bola matanya malas.

"Apaan sih Sen, lo kayak sirik gitu sama gue," celetuk Nico saat melihat wajah Arsen. Cahya yang kini sedang duduk di tengah tetapi di atas tribun hanya menyaksikan perdebatan mereka berdua sambil tersenyum. Hal yang selalu terjadi jika mereka sudah berkumpul.

"Gue tau lo mau modusin Cahya kan? Ay, lo jangan mau ya kalau Nico godain lo, dia itu suka kayaknya sama lo," ucap Arsen yang mendramatisir keadaan agar Cahya tidak mau menghiraukan Nico yang kini ikut bergabung dengan mereka berdua.

"Ya nggak apa-apa, berarti gue gentle dong, ya kan Ya. Dari pada dia suka sama cewek tapi nggak berani ngomong," sahut Nico yang tak mau kalah dengan ucapan Arsen. Cahya mengerutkan dahinya, dia tidak tahu siapa yang dimaksud Nico barusan.

"Arsen suka sama cewek? Bener Ar lo ada demenan? Siapa?" tanya Cahya yang langsung penasaran dan tidak tahu jika Arsen sahabatnya itu menyukai cewek yang tidak tahu siapa namanya. Lalu tatapan Cahya pindah ke Arsen yang kini tampak sedang membetulkan kaos kakinya.

"Ar, lo serius suka sama cewek? Kok gue nggak tau sih, lo nggak setia nih sama gue sampe nggak mau cerita gitu,"protes Cahya yang ingin tahu siapa cewek yang ditaksir oleh Arsen. Mendadak perasaannya berbunga-bunga. Apakah Arsen menyukai dirinya? Batin Cahya yang sudah menduga-duga karena Arsen bisa saja tidak berani mengungkapkan perasaannya.

"Ish, Nic lo nggak pantes deh jadi cowok. Ember mulut lo," celetuk Arsen yang tidak menjawab pertanyaan Cahya, dan dugaannya kini semakin besar jika Arsen pasti menyukai dirinya namun dia tidak bertanya lagi.

Nico langsung tergelak saat mendengar perkataan Arsen barusan. "Ya kan bener, udah deh lo ngomong aja. Gentle dikit dong jadi cowok. Eh tuh dia anaknya, lewat. Buset, panjang umur dia. Buruan sono lo samperin," celoteh Nico sambil menunjuk gadis yang sedang melintasi lapangan basket. Sepertinya dia sedang baru selesai dari kantin. Gadis yang ditaksir oleh Arsen tersebut adalah Sandra.

Cahya yang melihat arah tunjuk Nico pada gadis yang sedang berjalan itu langsung melirik. Ternyata gadis itu yang disukai oleh Arsen. Temannya sekelas. Sejenak perasaan Cahya mencelos tak enak, dia sudah merasa percaya diri namun ternyata gadis yang disukai oleh Arsen adalah Sandra. Siswi populer yang terkenal di sekolahan mereka karena kecantikannya yang membuat semua siswa di sekolah itu meilirk Sandra dan mengagumi. Tidak ada yang berani mendekati Sandra karena takut jika standar Sandra bukan mereka. Diam-diam tanpa sepengetahuan Arsen dan Nico, ternyata Cahya menyukai sahabatnya itu sejak lama. Tepatnya kapan Cahya sendiri tidak paham. Yang jelas setiap dia ada di dekat Arsen selalu merasa nyaman dan juga perasaannya berdegup kencang tak karuan namun dia bisa menyembunyikan perasaannya tersebut karena takut merusak hubungan friendzone yang sudah terjalin sejak lama.

Sakit, tentu saja Cahya sakit begitu tahu jika Arsen sudah mempunyai seseorang yang disukainya. Cahya menebak pasti Sandra mau jika Arsen menyatakan perasaannya. Bagaimana tidak, Arsen mempunyai wajah yang tampan dan bertubuh tinggi tegap. Pantas saja di sekolah itu dia dijadikan kapten basket. Sehingga Arsen menjadi pujaan cewek-cewek di sekolahan itu.

"Ar, lo hutang penjelasan sama gue. Sejak kapan lo suka sama Sandra?" tanya Cahya yang seolah tidak merasa sakit hati ataupun cemburu karena dia tidak mau merusak hubungan persahabatan mereka yang menurut Cahya sangat berarti.

Arsen terdiam sejenak sambil menyeka sebagian keringatnya yang masih menetes akibat permainan basketnya tadi, kemudian dia menjawab pertanyaan Cahya dan Nico pun ikut mendengarkan karena tentunya dia sudah tau sejak awal Arsen suka pada Sandra. Pada Nico lah Arsen selalu curhat.

"Sejak kelas sepuluh, waktu kita ikutan MOS."

Jawaban Arsen membuat Cahya tersadar jika dalam diri Arsen sudah jelas tidak ada namanya sama sekali karena jika Arsen memiliki perasaan yang sama pasti sudah sejak dulu Arsen mengatakan itu. Namun nyatanya tidak sama sekali.

avataravatar
Next chapter