webnovel

Masa Muda

POV Riani

"Ah, sial, aku terlambat!!"

Sambil terbayang wajah garang Kepala Ruangan karena keterlambatanku, aku berlari sambil membenahi seragam yang kukenakan.

'siaaalll, mana lift lamaaa' pikirku

Mau tidak mau aku harus berlari menaiki tangga, daripada makin telat sampai di ruang rawat bedah tempatku bekerja.

Ya, aku perawat junior salah satu rumah sakit besar di ibukota.

Sebenarnya alasanku terlambat adalah karena menggantikan shift temanku yang butuh menyesuaikan waktu kencan dengan pacarnya, namun ya namanya manusia, tenagaku, meski sudah disupport oleh bergelas-gelas kopi, tetap saja terbatas.

Alhasil, disinilah aku, berlari menaiki tangga karena kesiangan.

Jangankan sarapan, tadi saja hanya sempat sikat gigi dan cuci muka sekedarnya, bahkan bedak pun belum sempat kupoles pada wajahku.

Sesampainya di ruang rawat, ternyata sudah pergantian shift, perawat-perawat shift malam sudah berkeliling dengan para perawat shift pagi, mengoper hasil kerja mereka semalam.

Mia yang melihatku baru datang segera memberi kode agar aku segera ambil status pasien di meja dan mengikuti mereka.

'Ah, selamat' pikirku, berarti Bu Kepala Ruangan belum sampai.

Aku segera bergegas mengikuti senior-seniorku memeriksa status pasien.

Hari ini aku beruntung, semoga keberuntunganku tidak habis.

"Ri, tolong cek TTV (Tanda-Tanda Vital)" kata suster Asih padaku.

"Baik Kak"

Dan berbekal termometer, stetoskop, sarung tangan bersih aku segera pergi ke ruang bangsal untuk mengecek suhu, nadi dan nafas pasien-pasien disitu, Mia mengikutiku.

"Tadi hampir aja, kenapa telat?" Tanya Mia

" Aku gantiin Eka, jadi double shift deh kemarin, asli ngantuk banget, capek" jawabku

"Lagian, mau-maunya gantiin orang demi dia pacaran" gerutu Mia

"Hehehe, ntar kan biar ada timbal baliknya Mi, kali aja aku juga butuh kencan" kataku.

Selalu saja itu alasanku, memang "piutang" ganti shift teman-ku sudah menumpuk, agar suatu saat aku punya pacar atau ada kepentingan darurat ada yang bisa menggantikanku. Teman-teman sejawat sudah kenal dengan perangaiku yang satu ini, jarang sekali aku menolak menggantikan shift mereka, kecuali jadwal bareng.

Sebenarnya aku suka berada di RS ini, bekerja, daripada di kamar kos, nganggur, malah baper karena lihat kawan-kawan bawa pacar mereka datang, sedangkan aku masih jomblo.

Bukan aku tak mau pacaran, bukan pula karena tak ada yang mengejarku, namun pada akhirnya mereka menyerah karena aku yang masih bingung, belum merasa klik pada mereka yang menyatakan ingin pacaran denganku.

Tapi hari ini, semua berubah, aku yang masih 21 tahun ini, merasa tertarik pada pria untuk pertama kalinya.

Dia disana, dengan jas dokternya, menghibur seorang anak kecil yang menangis.

Aku bisa merasakan rasa tulus yang terpancar dari sikapnya.

Mungkin karena baru pertama lihat sosok yang mirip almarhum ayahku, yang gampang dekat dengan anak kecil, sedangkan jarang lelaki berlaku demikian.

Mia mencolek lenganku "Heh, malah ngelamun, ayo keburu waktu istirahat abis"

Aku agak kaget, "Ah iya" jawabku

Dan kami berjalan menuju kantin lagi.

Namun wajah dan sikap lelaki tadi benar-benar menancap di otakku.

'Dia koas kah? Atau residen?

Namanya siapa ya?' Lamunku.

Sehari berlalu setelah kejadian itu, cinta pada pandangan pertama? Entahlah, yang pasti memang dia menarik minatku.

Dan hari ini, kami bertemu di dalam lift.

Dia menuju ke ruangan tempatku bekerja.

Dia dan beberapa temannya memperkenalkan diri pada shift pagi ini.

Mereka para dokter muda yang sedang magang.

Namanya Andi, sedang di tahun terakhir pendidikannya.

Dan hari ini mereka ditugaskan di bangsal tempatku bekerja.

'Ah, mungkin memang takdir' pikirku senang.