webnovel

Awal Mula Pertaruhan

"Ahhhhhh bete, pagi ini kemana yah?" Ucap Naya sambil menaikan kakinya ke atas meja yang ada di depannya.

Anaya Putri Natasya adalah anak dari pemilik sekolah yang saat ini Naya tempati, namun tak ada yang tau tentang itu. Selain kedua sahabatnya yang bernama Mawar dan juga Dimas.

Saat ini mereka sudah berada di sekolah, mereka tengah berdiam di kelasnya. Hari masih pagi jadi masih banyak waktu untuk bersantai sebelum nanti guru datang.

"Ke kantin dulu yuk," Ajak Mawar sambil menatap Naya.

"Boleh," Balas Naya sambil berdiri.

Mereka bertiga pun berjalan berdampingan menuju kantin, saat berjalan di Koridor mereka tidak sengaja berpapasan dengan seorang ketua OSIS yang sangat populer di kalangan para wanita.

Naya menghentikan langkahnya saat ketua OSIS itu berjalan di sampingnya, karena Naya berhenti Dimas dan Mawar pun ikut berhenti.

"Kenapa malah berhenti?" Tanya Mawar heran.

"Gue punya ide," Terlintas sebuah ide dalam otaknya Naya.

"Apaan tuh?" Tanya Dimas penasaran.

"Nanti gue ceritain di kantin," Balas Naya sambil melanjutkan langkahnya dan tersenyum tipis.

Sampailah mereka di kantin, Naya masih tersenyum memikirkan idenya.

"Sekarang kan udah di kantin, jadi tinggal bilang idenya apa?" Tanya Mawar yang masih penasaran dengan apa yang tadi Naya katakan.

"Gimana kalau kita taruhan," Balas Naya sambil menatap Mawar dan Dimas bergantian.

"Maksud lu taruhan apa?" Tanya Dimas yang masih tidak mengerti dengan apa yang Naya inginkan.

"Lu taukan si Putra? Ketua OSIS yang sombongnya minta ampun itu?" Ucap Naya.

"Iyah tau, terus?" Ujar Mawar meminta Naya melanjutkan ucapannya.

"Jadi gue punya ide gini, gue bakal bikin dia jatuh cinta sama gue dalam waktu satu bulan, sebagai gantinya kalau gue bisa lakuin itu gue bakal kasih kalian tiket liburan ke mana pun yang kalian mau, sedangkan kalau gue berhasil lu yang harus bayarin tiket gue," Jelas Naya.

"Gimana? Setuju gak?" Tanya Naya.

Dimas dan Mawar tersenyum sambil saling menatap, "Setuju," Balas keduanya berbarengan, mereka setuju dengan mudahnya karena mereka yakin kalau itu tidak akan terjadi.

"Bagus, kita lihat saja. Sekarangkan tanggal 11 November, maka nanti tanggal 11 Desember penentuannya," Ucap Naya sambil tersenyum.

"Tapi gue yakin kalau dia gak bakalan suka sama lu sampai kapanpun, jadi pasti kita yang menang," Mawar masih yakin dengan dirinya sendiri.

"Kita lihat saja nanti, tidak ada yang tidak bisa ku dapatkan, aku akan membuat dia jatuh cinta padaku," Naya pun yakin kalau ia akan membuat Putra jatuh cinta padanya.

"Baiklah, sudah jangan ribut. Kita mau masuk kelas atau mau tetap di sini?" Tanya Dimas sambil menengahi Naya dan juga Mawar.

"Kita ke kelas, aku akan mulai dengannya hari ini," Balas Naya sambil berdiri dan menarik Mawar dan Dimas untuk pergi ke kelas.

Saat mereka sampai di kelas, bel sekolah pun berbunyi. Naya menatap Putra yang sedang duduk di bangku paling depan sambil membaca buku, Naya berjalan ke arahnya.

"Eh mau kemana?" Tanya Mawar.

"Ada tugas nihhh," Balas Naya sambil tersenyum dan tetap melanjutkan langkahnya.

"Hay, kenal sama gue gak? Kalau gak kenal, kenalan dulu yuk," Tanya Naya sambil menyodorkan tangannya ke hadapan Putra.

Semua orang yang sedang berada di kelas mendadak terdiam karena apa yang Naya lakukan pada Putra, karena itu adalah hal yang aneh bagi mereka.

Sedangkan Putra hanya terdiam sambil menatap Naya, Naya mengangkat kedua alisnya sambil menunjuk tangannya menggunakan matanya.

"Pegel, mau di terima gak?" Tanya Naya yang sudah lelah menyodorkan tangannya.

Putra tidak peduli dengan kehadiran Naya, ia malah kembali memalingkan matanya ke arah buku yang sedang ia baca tadi.

"Ya sudah kalau kamu tidak mau bersalaman aku akan memaksanya," Naya menarik tangan Putra dan bersalaman dengannya.

"Begini, Namaku Naya. Ingat jangan lupakan namaku, kau tidak perlu menyebutkan nama mu lagi padaku, karena aku sudah mengetahuinya," Ucap Naya, setelah itu ia melepaskan kembali tangannya.

"Gitu aja susah amat sih," Sambung Naya.

"Naya, sedang apa kau berada di sana? Kembali ke tempatmu, jangan ganggu Putra," Tiba-tiba seorang guru datang.

"Eh ibu, saya lagi kenalan sama Putra bu, soalnya walaupun udah hampir dua tahun dia di sini aku tidak yakin dia mengenal ku," Balas Naya jujur.

"Sudahkan perkenalannya? Kalau begitu kembali ke kursi mu. Lagian menurut ibu di sekolah ini tidak ada yang tidak mengenalmu, kau kan selalu di panggil ke ruang BK," Ucap guru itu.

"Oh gitu yah bu," Balas Naya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jadi kau mengenal ku?" Naya kembali bertanya pada Putra sambil menatapnya.

Putra lagi-lagi hanya menatap Naya dengan tatapan datar, "Entahlah," Balas Putra tak peduli.

"Ah sudahlah, eh kau pindah ke sana dong," Naya meminta seorang wanita yang duduk di samping Putra untuk pindah tempat.

"Baik," Balas wanita itu.

"Eh tidak bisa seperti itu, tidak ada yang boleh pindah tempat tanpa seizin ku," Ucap bu Mira yang saat ini akan mengajar kelas Naya.

"Memangnya ini sekolah punya mu? Bukan kan," Tanya Naya.

"Ya sudahlah terserah kamu saja, asalkan kamu harus belajar dengan benar dan tidak nakal lagi. Jika ingin duduk di sini kamu juga tidak boleh berbuat keributan," Balas bu Mira yang nampaknya agak takut pada Naya, ia tau kalau Naya adalah anak dari atasannya.

"Nah begitu dong, Mawar ambilin tas ku dong," Ucap Naya.

Setelah beberapa menit berlalu akhirnya pelajar pun di laksanakan, di jam pertama ada pelajaran fisika, dimana pelajaran ini tidak sama sekali Naya sukai.

"Kapan selesainya sih? Udah mau meletus nih otak ku," Ucap Naya yang sudah tidak tahan lagi dengan materi yang di berikan.

Naya menatap Putra yang sangat mudah mengerjakan contoh soal yang di berikan oleh bu Mira, "Eh mau tanya boleh kan? Boleh aja lah yah, itu otak lu isinya apaan sih? Kok kayaknya gampang banget ngerti nya?" Tanya Naya heran.

"Lu pikirin sendiri aja isinya apa?" Balas Putra sinis.

"Ih galak amat sih jadi cowok, gak baik tau cowok galak. Nanti kalau gak laku gimana?" Ucap Naya sambil memajukan bibirnya karena kesal.

"Gue gak jualan jadi gak bakalan laku," Balas Putra tanpa menatap wajah Naya.

"Eh tapi tenang aja, gue suka kok sama lu, jadi lu bakalan tetap laku," Ucap Naya sambil tersenyum ke arah Putra.

Putra kaget mendengar ucapan Naya, ia membalas tatapan Naya dengan wajah dingin. Namun beberapa detik kemudian ia kembali memalingkan tatapannya ke arah depan.

"Aku yakin kalau kau sebentar lagi akan jadi milikku," Gumam Naya dalam hatinya.