webnovel

Fatih

Hari ini aku yang sudah seminggu pulang dari perjalanan panjang ku di lautan 100 hari ya.. seratus hari aku menghabiskan waktu di lautan luas tanpa sinyal, tanpa melihat daratan, tanpa bersapa kawan bahkan tanpa melihat perempuan.

aku yang tengah bersiap dengan kemeja lengan panjang ku beranjak membawa helm hitam ini menuju ke motor

"Mak.... Fatih pergi dulu ya"

"iya... hati hati tih"

sambil ku kecup tangan ibu ku dan ku beri salam padanya, aku yang telah menancapkan gas dan berlari secepat kilat menuju ke SMK dimana dulu aku menuntut ilmu, dan bisa menjadi seperti sekarang, namun tiba tiba laju motor ku terhenti, seketika pandangan ku terpaku pada satu titik di sana, ya... disana tepat di depan ku wanita dengan balutan gaun merah itu hampir saja tertabrak motor ku.

"tittttttt..."

"gubrakkk ....."

barang yang di bawa wanita itu berserakan tepat di depan ku

" astaghfirullah... ya... jatuh semua"

" maaf... mbak... maaf... saya nggk liat"

aku yang turun dari motor tiba tiba terpaku olehnya, bola mata dan sorot nyatanya yang indah membuat bibirku tak bisa berkata.

aku tak tau siapa dia, baru pertama ini aku melihat nya disini, sebelumnya tak pernah ku melihat dia, kulit nya yang putih mulus menandakan bahwa dia bukan orang asli sini, dan tak mungkin jika dia alumni sini, hari ini benar benar hari yang indah karena setelah 100 hari di lautan luas tanpa jajanan kini mata ini dapat menikmati keindahan yang tak dapat di gambarkan, namun pertanyaan terus menyelimuti pikiran, siapa dia, wanita cantik itu siapa dan dari mana asalnya. Ketika dia naik ke panggung di depan sana mataku sontak tertuju padanya, tanpa henti ku melihat dia, bibir kecilnya senyumannya begitu menggetarkan jiwa, suaranya yang khas dan logat sundanya memberiku jawaban bahwa memang dia bukan orang sini melainkan pendatang baru dari daerah Sunda, aku yang terus memperhatikannya dari kejauhan tiba tiba terkagetkan oleh dia, Adrian teman sebangku ku dulu yang sudah lebih dulu sampai di sini.

" Tih....tih...woyyy Fatih..."

"eee... iya... Yan"

"ngelamun aja kamu.... lagi mikirin apa sih"

"enggak... nggak... nggak mikirin apa apa kok"

mata ku terus memperhatikan bidadari dengan gaun merah itu

"hememmeme.... lagi liatin Bu Syarah toh... pantes dari tadi nggk nyaut nyaut... mana sampe nggak kedip gitu lagi..."

"kamu kenal dengan wanita itu?..."

"iya.... dia Bu Syarah guru fisika baru dia baru beberapa Minggu di sini, dia orangnya baik kata adik ku sih dia dari Sukabumi...."

"oh... pantes aku baru liat... gadis?"

" katanya sih masih kuliah... dan blm nikah juga .. emang kenapa tih... kamu suka?"

"ya elah... masa suka sih orang liat aja baru masa udah suka aja ...."

"ya... siapa tau suka pada pandangan pertama hahahaha...."

"hahahah... ya kali kita suka sama yang model begituan, kamu tau sendiri kan aku itu sukanya sama yang semok... montok... yang depan belakang oke... lah ini boro boro oke... keliatan aja kagak..."

" ya... percaya lah percaya tapi Bu Syarah ini cantik... bening.... beda sama cewek disini lah"

"yaudah... kalo gitu Embat aja sama kamu..."

"asiaaappp.... tapi swasta .. kalo kamu suaka sama dia ..."

"nggk ada sejarahnya Fatih suka duluan sama cewek... yang ada cewek bakalan suka duluan sama kita"

" oke lah oke... kita liat lah... gimana kalo kita taruhan aja... kalo kamu sampe suka duluan sama Bu Syarah kamu harus bayar 5 juta ke kita"

"oke siapa takut.... tapi kalo sampe wanita itu yang tergila gila sama kita maka kamu harus bayar 5 juta ku kita"

"deal...."

sebenarnya aku memang terpesona oleh kecantikan nya namun, aku takbisa begitu saja berterus terang pada Riyan, karena tak ada dalam sejarah aku mencintai wanita lebih dulu dan sudah menjadi biasa kalo wanita ngejar ngejar aku karena paras dan uang ku, aku yang telah menyepakati taruhan ku dengan Riyan akhirnya melancarkan aksi ku dengan mencoba mendekati guru baru itu, segala cara aku lakukan agar bisa tebar pesona padanya, nemun tak sedikitpun kesempatan berpihak kepadaku, hingga tak terasa acara pun selesai, aku yang tengah mencari toilet karena sudah lama aku tak kesini dan bangunan sudah 80% berubah membuat aku bingung dimana toilet itu ada, aku yang terus mencari cari toilet itu akhirnya bertemu dengan wanita dengan gaun merah itu. Akupun berusaha mendekatinya dan memberanikan diri untuk bertanya padanya, melihat peluang besar ini aku tak ingin melewatkan kesempatan untuk terus dapat mengenal dia dan melancarkan aksiku, sambil ku bertanya akupun menyelipkan gantungan kunci ku di bajunya hingga menyangkut dan tak bisa terlepas sama sekali, karena kejadian itu bajunya terpaksa di robekan untuk mengambil kuncinya dan sebagai gantinya jaket ku harus di bawanya.

***

Hari terus berlalu, aku yang tengah menikmati masa liburku di daratan dengan menghabiskan waktu bersama dengan teman teman, siang menjadi malam dan malam menjadi siang itu yang selalu terjadi setiap kali aku pulang, dengan mengantongi uang yang cukup banyak dari hasil melaut seperti biasanya setelah ku berikan padak emak ku dan sebagian ku tabung untuk masa depan akupun menyisihkan uang ku untuk sekedar bersenang senang bersama kawan ku. Kami berpesta bakar bakar ikan, masak masak tidak lupa ditemani kartu Remi dan anggur merah yang menambah keseruan, setiap malam ku habiskan dengan minuman, orangtuaku yang tak pernah mengetahui akan hal itu tak pernah curiga kepada ku, karena apa sebanyak apapun aku minum aku masih bisa mengontrol emosi ku dan ketika aku benar benar sudah kebanyakan minum akupun akan membaringkan tubuhku dan tidur hingga malam tiba kembali.

Hari Hari ku selama di daratan hanya seperti itu saja, menghabiskan uang dan waktu ku bersama mereka, hingga malam itu tiba, malam dimana aku bertemu dengan nya kembali setelah pertama dan terakhir kali bertemu dengannya ketika dia mengenakan gaun merah yang hingga sekarang takbisa kulupakan, aku yang sedang mabuk dan tengah berjalan melajukan motorku melewati sebuah sawah yang biasanya sepi tiba tiba terhenti karena teriakan seorang wanita.

" tolong... tolong..."

suara itu begitu nyaring dan tiba tiba suara itu mengecil seperti seseorang yang tengah di sumpel mulutnya, aku yang tengah mabuk seketika menghentikan motorku, namun suara itu hilang... ahhhh..... mungkin hanya perasaan ku saja, atau jangan jangan ini efek dari terlalu banyak minum. akupun melajukan kembali motorku, namun suara itu terdengar kembali, dan tak sengaja lampu motorku menyoroti segundukan rumput tinggi di pinggir sana yang bergoyang akhirnya aku pun turun dan menghampiri nya, ku lihat wanita itu begitu ketakutan dan memberontak namun dia tak bisa melepaskan cengkraman kedua laki laki yang ingin memperkosanya, rambutnya sudah tak karuan sebagian kancing kemejanya sudah terbuka, aku dengan pandangan buramku mencoba menghentikan mereka dan berniat menyelamatkan wanita itu, walau mataku sedikit buram tapi badan ku masih tegap dan masih kokoh untuk menumbangkan dua bajingan itu, hingga akhirnya wanita dapat bebas dari pelukan laki laki bejat itu. Dengan pandangan buram, ku hampiri wanita itu, dia begitu sangat ketakutan, air mata terus berderai badan nya bergetar, wajah begitu pucat suara lirih ketika ku tanya.

"kamu tak papa?.... jangan takut.... aku nggk akan menyakiti kamu kok.... sudah jangan takut..."

sontak wanita itupun memeluk ku, dalam tubuh yang sedikit sempoyongan ku peluk dan ku elus rambut yang berantakan itu, terlihat di tanah kerudung nya tergeletak.

"kamu jangan takut... tidak akan ada yang menyakiti kamu lagi... kamu nggk usah takut... sekarang kamu aman, tenang ya, kita naik motor ku ya.... ada air disana, kamu minum dulu... tenangkan dirimu dulu"

Dengan bibir yang bergetar dia teguk sedikit demi sedikit air itu, tatapan ku memang buram, namun bibir kecil itu mengingatkan ku pada bidadari yang kulihat tempo hari.

"apakah itu dia..." pertanyaan itu terus mengelilingi benak ku, ku harap bidadari itu tak ternodai dan terkoyak mentalnya.

" kamu dari mana mau kemana?"

"a..a..a..ku habis... dari... teman ku, mau pulang..."

"terus kenapa kamu sampai ketempat sepi seperti ini..."

"tadi... aku naik angkot... ba...a..a..n angkotnya pecah.. aku pikir dari pada kemalaman .. lebih ba...ik aku jalan kaki agar lebih cepat sampai... ternyata.... orang... orang... itu malah mau memperkosa...hek..hek.."

dia pun menangis kembali, bahkan begitu kencang, banyak kendaraan berlalu lalang dan melihat, aku takut mereka berfikiran yang aneh aneh, akhirnya ku peluk dia dan mengantarkan nya pulang.

" sekarang kamu naik...aku antar pulang ya.."

dia hanya mengangguk

"mau di antar kemana?"

"kosan... dekat SMK pelayaran"

sungguh aku benar benar terkejut, ketika ku dengar sesuatu yang keluar dari mulutnya, spontan ku kucek mataku yang mulai kabur penglihatan itu karena terlalu banyak minum, ku ambil air di tangan nya dan ku siram wajah ku. Begitu jelas wajah ayu itu kulit kuning Langsat ya berubah menjadi pucat, sungguh aku tak menyangka bahwa aku akan bertemu dia kembali dalam keadaan yang seperti ini, sontak ku pegang erat tangan nya.

"kamu baik baik saja kan?"

dia hanya mengangguk, bola matanya masih sama, indah bahkan sangat indah karena kulihat begitu sangat dekat dan jelas, namun sorot matanya berubah, terakhir ku lihat sorot mata indah itu begitu memancarkan keceriaan, sekarang hanya ketakutan yang menyelimuti nya.

Akupun mengantarkannya pulang, dia memeluk erat tubuhku dari belakang, ku lihat dari kaca spion air mata nya terus berderai, aku tak mampu berkata lagi.

"biar lah ... biar... biar dia jatuh di pipimu

agar kau tenang sayang

andai aku dapat menjadi tisu

kurela diriku basah tak tersisa

aku tak tau derita yang kau rasa

aku tak tau pedih di hati mu

kendatipun begitu percayalah bahu ku kokoh untuk sekedar bersandar

hari ini hembusan angin itu begitu indah

namun suara lirih itu menggoyakan hati ku

aku tak tau harus berbuat apa

apakah aku harus memeluk mu atau mencium kening mu agar kau tenang

aku tak tau...

namun percayalah kasih

akan selalu ada cahaya dalam kegelapan

kendatipun aku harus menjadi lilin untuk menyalakan nya"