webnovel

Kangen - Ku Akan Datang (Bag. 22)

"Situasi terkini di bandara sendiri bagaimana?"

Kemudian Menteri Luar Negeri bertanya lagi. Mendengar itu, Duta Besar memalingkan wajah ke Atase Militer.

"Ehm ... pihak kepolisian Amerika Serikat langsung mengambil alih operasional bandara, Bu Menteri. Ehm ... biasanya kalau sudah diambil alih dan menghitung segala kemungkinan, tindakan mereka selanjutnya akan melumpuhkan. Cuma sekarang masih bernegosiasi dengan para teroris, Bu Menteri."

Atase Militer Indonesia segera menjawab begitu menyadari maksud pandangan mata sang Duta Besar. Ia kemudian menjelaskan secara panjang lebar. Duta Besar Republik Indonesia pun ikut mendengarkan dengan serius.

---

Sepanjang jalan di depan bandara udara kota New York telah dipenuhi polisi dan militer. Berbagai jenis kendaraan polisi dan militer berbaris membentuk susunan barikade. Orang-orang berseragam pun tampak sibuk bersiaga dan menjaga dengan memblokade jalan. Berbagai jenis senjata api mereka bawa di tangan. Situasi mencekam terlihat jelas di sana.

Lalu, beberapa kendaraan taktis kepolisian melaju cepat di jalan depan bandara udara kota New York. Setelah blokade dibuka, kendaraan-kendaraan itu melaju kembali dan berhenti di halaman depan bandara. Sejumlah orang berseragam hitam dan bertopeng berloncatan ke luar dari dalam. Dengan senjata lengkap, mereka langsung berlarian cepat masuk ke gedung bandara. Kedatangan kendaraan-kendaraan itu diikuti beberapa kendaraan taktis polisi lainnya di belakang.

"South unit, respond repeat! South unit, respond repeat!"

Seorang lelaki berseragam hitam dam bertopeng, berteriak bicara sambil memegang sebuah alat komunikasi. Setelah ke luar dari salah satu kendaraan taktis yang baru datang itu, ia berjalan cepat masuk ke dalam gedung bandara mengikuti serombongan orang berseragam hitam tadi yang telah masuk duluan. Mereka semua mengenakan penutup wajah.

"SWAT is here. We will take the charge to handle. Other units please communicate with us. No over-simulation under SWAT's control!"

Di dalam gedung bandara, lelaki berseragam hitam yang tadi berteriak bicara, kemudian mulai mengatur koordinasi. Rangga dan Bisma yang menyaksikan melalui layar televisi kamar Prayoga di rumah sakit, terlihat serius menonton tayangan itu. Sementara Prayoga yang baru terbangun dari tidur, celingak-celinguk karena suasana kamar yang kelihatan senyap. Ternyata kedua orang ofisialnya sedang diam menonton.

"Kejadian kapan ini, Rangga? Ada apa? Di mana?"

Prayoga bertanya tiba-tiba. Ia duduk bersandar di tempat tidur yang ditinggikan. Rangga dan Bisma duduk di kursi dekat televisi. Ruang kamar pasien di mana Prayoga dirawat memiliki sofa dan TV untuk tamu.

"Katanya reporter yang ada di sana, sejak beberapa jam tadi. Pembajakan bandara udara internasional New York oleh teroris, Bang. Teroris Al-Qaeda kali ngulangin teror di Amerika. Hehehe."

Bisma menjawab terkikih. Ia bicara sambil menoleh ke arah tempat tidur Prayoga. Gelas kopi yang ada di tangan, diletakkan di meja dekatnya duduk. Lalu, Bisma berdiri dan mengambilkan gelas minuman untuk Prayoga.

"Iya, Bang. Ada teroris yang menyabotase bandara intersional kota New York," kata Rangga menambahkan.

"Teroris dari kelompok mana?" tanya Prayoga.

Sekilas ia tersenyum saat menerima gelas yang diberikan Bisma. Lalu sambil kembali memandang ke layar TV, ia yang belum mengetahui bahwa sang istri ikut terjebak di bandara itu, bertanya dengan wajah mengernyit ke Rangga. Bisma berdiri menunggu di samping tempat tidur untuk mengambil kembali gelas dari Prayoga.

"Kata reporter tadi, kartel narkoba dari Meksiko, Bang. Gak tau sih apa permintaan dari motif mereka itu," jawab Rangga.

Gelas minuman diberikan kembali oleh Prayoga ke Bisma. Setelah diletakkan di meja dekat tempat tidur, lalu Bisma kembali duduk di kursi dekat TV.

"Bisma mah taunya teroris Arab aja. Hehehe ... kartel narkoba Mesiko itu terkenal kejam lho," seloroh Rangga tetapi tiba-tiba ia menyela, "Oh ... ini nih motif mereka menyabotase bandara!"

Rangga yang kembali menolehkan kepala ke layar TV, menunjuk untuk memberitahu. Prayoga menegakkan tubuh, menyimak apa yang sedang dikatakan oleh reporter di dalam siaran langsung di TV itu.

"As the terrorists just said, they insist United States government to release Domingo el Blanco from the DEA capture and sent back to Mexico. Domingo el Blanco is the most wanted drugs leader of De la Cochoya cartel. Now he is on DEA captive in the plane just landed from Mexico. Let us hear what they have press-released."

---

"Queremos que Domingo el Blanco sea liberado y enviado de regreso a México. Tenemos rehenes aquí y los mataremos uno por uno hasta que tengamos lo que exigimos."

Salah seorang teroris yang menguasai bandara internasional New York berbicara dengan reporter TV yang diminta masuk ke dalam gedung di mana mereka sedang menyandera. Teroris ini berbicara dalam bahasa Spanyol. Paramitha yang sedang tiarap menelungkup di dekatnya berbicara, mencoba memahami apa yang ia sedang dihadapi.

Perlahan Paramitha menegakkan kepala. Ternyata lelaki yang ia tanya di mana loket untuk membeli tiket itu yang sedang bicara. Sontak ia terpana dengan situasi yang sedang ia lihat. Orang-orang sedang tiarap di lantai dan ada banyak orang yang memegang senjata, berdiri di sepanjang jalan gedung bandara.

"Hei, tú! Levántate rápido!"

Saat sedang memandangi sekeliling, sebuah teriakan yang membentak, mengejutkan Paramitha. Wajahnya seketika menjadi pucat. Seorang teroris bersenjata berjalan mendatangi. Lalu, dengan paksa menarik tubuh Paramitha untuk tegak. Dibawanya bejalan dan berdiri di dekat teroris yang tadi berbicara itu.

---

Bersambung

Terjemahan:

"South unit, respond repeat! South unit, respond repeat!"

"Unit selatan, balas ulangi! Unit selatan, balas ulangi!"

"SWAT is here. We will take the charge to handle. Other units please communicate with us. No over-simmulation under SWAT's control!"

"SWAT ada di sini. Kami akan ambil alih tanggung jawab untuk menangani. Unit lain tolong berkomunikasi dengan kami. Jangan ada simulasi berlebihan di bawah kendali SWAT!"

"As the terrorists just said, they insist United States government to release Domingo el Blanco from the DEA capture and sent back to Mexico. Domingo el Blanco is the most wanted drugs leader of De la Cochoya cartel. Now he is on DEA captive in the plane landed from Mexico. Let us hear what they have press-released."

"Seperti yang dikatakan para teroris, mereka mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk melepaskan Domingo el Blanco dari penangkapan DEA dan dikirim kembali ke Meksiko. Domingo el Blanco adalah pemimpin narkoba yang paling dicari dari kartel De la Cochoya. Sekarang dia berada di tawanan DEA di pesawat yang mendarat dari Meksiko. Mari kita dengar apa yang telah mereka rilis secara pers. "

"Queremos que Domingo el Blanco sea liberado y enviado de regreso a México. Tenemos rehenes aquí y los mataremos uno por uno hasta que tengamos lo que exigimos."

"Kami ingin Domingo el Blanco dibebaskan dan dikirim kembali ke Meksiko. Kami memiliki sandera di sini dan kami akan membunuh mereka satu per satu sampai kami mendapatkan apa yang kami minta."

"Hei, tú! Levántate rápido!"

"Hei kamu! Berdiri cepat!"

Next chapter