webnovel

Kangen - Ku Akan Datang (Bag. 18)

Prayoga yang semula tidur tengkurap, mencoba memiringkan badan. Rangga menggeliat bangun. Demikian juga dengan Bisma.

"Ready to have a bath wash?"

Prayoga yang berbaring miring, tidak menjawab. Ia telrihat bingung dengan keadaan punggung dan bahu yang terluka.

"I will help, instead of taking a shower by your self."

Si perawat muda terlihat mengerti dengan keadaan Prayoga. Ia berdiri di samping tempat tidur Prayoga sambil menunggu jawaban.

Sementara Rangga yang sudah terbangun, menaikkan sandaran kepala di tempat tidur agar dapat melihat Prayoga. Ia memandang Bisma yang juga sudah terbangun. Tampak mereka berdua seperti ingin dilapkan air hangat oleh si perawat muda, daripada harus ke kamar mandi.

"For the patients who can walk themselves, we don't serve the bath wash. Unless old patients."

Kata-kata itu mengundang tawa Rangga dan Bisma. Seperti terbaca keinginannya, mereka berdua tertawa sambil saling olok. Terhibur dengan lelucon di dalam ruangan kamar, Prayoga tersenyum saat harus tidur telentang agar si perawat muda dapat melap tubuhnya. Ditahankan nyeri yang terasa saat berbaring.

---

Dalam perjalanan dengan mobil keesokan pagi, sambil berkendara Paramitha meletakkan telepon genggam di antara bahu dan pipi. Sepertinya ia sedang menghubungi seseorang.

"Ya, ha-hallo? Se-selamat malam, Pak."

Paramitha cepat-cepat bicara begitu telepon tersambung. Terburu-buru menjawab, menyebabkan Paramitha jadi mengurangi kecepatan mobil yang dikendarainya. Perlahan juga mobil diarahkan ke pinggir jalan.

"Hallo, selamat malam. Dengan siapa ini?"

Terdengar suara di ujung sambungan telepon yang bertanya. Mobil kini sudah berhenti. Paramitha bergegas menetralkan persneling.

"Sa-saya Paramitha, istri Prayoga tim pemanjatan Indonesia di Shiprock. Ma-maaf mengganggu, Pak."

Kembali Paramitha cepat-cepat menjawab sehingga kata-katanya terdengar terbata-bata. Sambil bicara, satu tangannya mengambil alat tulis dari dalam tas yang berada di kursi samping setir.

"Ya, gak apa-apa. Apa kabar, Bu? Ada yang bisa saya bantu?"

Suara dari ujung sambungan telepon terdengar ramah sekarang. Paramitha tersenyum mendengarnya.

"Mau tanya gimana kabar suami saya, Pak. Soalnya saya diberi tahu, Prayoga dan timnya dibawa ke rumah sakit setelah topan tornado. Saya dapat nomor Bapak dari staf Kementerian Pemuda dan Olahraga."

Mobil yang sudah di pinggirkan dan berhenti, membuat Paramitha dapat berbicara dengan tenang sekarang. Pagi itu lalu-lintas di jalan yang dilaluinya, terlihat ramai. Seperti biasa, Paramitha bekerja sebagai instruktur panjat tebing di sebuah klub pecinta alam.

"Semua selamat, sekarang sudah mendapat perawatan di rumah sakit setempat, Bu. Pak Prayoga yang luka-lukanya lumayan parah tapi jangan takut, semua sudah aman ...."

Paramitha mendengar itu sambil mengernyit. Dengan cepat ia memotong.

"Di rumah sakit mana, Pak?" tanya Paramitha.

"Farmington City General Hospital, Bu," jawab dari ujung sambungan telepon dengan ramah.

Kemudian suara dari ujung sambungan telepon itu, menjelaskan kondisi Prayoga dan timnya. Paramitha mendengarkan sambil sesekali bertanya. Apa yang dijawab, ia pun juga mencatat.

---

"Good evening. How is the pain?"

Suara yang disertai dengan sentuhan di tangan, membuat Prayoga terjaga dari tidur. Matanya mengerjap-ngerjap akibat silau cahaya lampu kamar. Melihat siapa yang datang dan menyapa, Prayoga tersenyum. Seorang perempuan berhidung mancung dengan sepasang mata biru, berdiri di samping ranjang.

"Good evening, Do-docter."

Mendadak terbangun, suara Prayoga terdengar serak. Ia menyapa membalas salam dari perempuan itu. Melirik jas berwarna putih yang dikenakan, Prayoga memberanikan diri menyebutnya dokter.

"Many patients need surgery today, that is why just now I could come in to ceck here. Hope you do not mind, Mr. Prayoga," kata perempuan berjas putih itu lagi.

Seorang perawat yang menemaninya, memegang sebuah catatan. Sambil berdiri, perawat itu melirik ke tabung infus dan mencatat.

Rangga dan Bisma telah diizinkan ke luar rumah sakit. Mereka berdua kembali ke hotel. Kini, hanya Prayoga yang ada di kamar itu.

"Pyrexia?" tanya si perempuan berjas putih itu ke perawat.

"Temperature is stable, Docter."

Si perawat kemudian menyebutkan angka yang tertera di catatan medis yang dipegangnya. Lalu, perempuan berjas putih itu memasang stetoskop ke telinga.

"Surgical site infection?" tanya si perempuan berjas putih itu lagi ke perawat sambil memberi kode ke Prayoga, akan di periksa.

"No infections, Docter," jawab si perawat lagi.

Sambil menahan nyeri, Prayoga meluruskan tidur. Tubuhnya yang tak berpakaian dibiarkan telentang.

"Chemical trauma?" tanya si perempuan berjas putih itu kemudian.

Lalu, ujung stetoskop yang telah terpasang di telinga, diletakkan di dada Prayoga. Jari-jari tangannya menekan-nekan perut Prayoga.

"No chemical trauma, Docter," jawab si perawat.

Perempuan yang berjas putih itu kemudian mengetuk-ngetuk dada Prayoga. Sambil melirik ke si perawat, katanya, "The antibiotics is good to him."

Perawat yang menemaninya hanya tersenyum. Ia memperhatikan dengan seksama saat perempuan berjas putih yang dipanggilnya dokter itu, kemudian memeriksa mata Prayoga.

"All good. Hope you will get well soon," katanya kemudian ke Prayoga.

Stetoskop dilepaskan dari telinga dan perempuan berjas putih itu meminta catatan dari si perawat. Dibacanya sesaat.

"May I go back home in the next two days, Docter?"

Saat perempuan berjas putih itu sedang membaca, Prayoga bertanya. Dengan tersenyum, ia berharap mendapat jawaban yang mengiyakan.

"Let us see tomorrow. OK?"

Perempuan berjas putih yang dipanggilnya dokter itu, menjawab sambil tersenyum kepada Prayoga. Mendengar sang pendaki yang kini berada sendirian di dalam ruangan rawat inap itu, membalas senyuman. Ia terlihat gembira.

Perempuan berjas putih pun menepuk punggung tangan Prayoga. Setelah mengucapkan salam semoga cepat sembuh, bersama dengan si perawat ia meninggalkan kamar.

---

"Es demasiado peligroso para ti tomar a los pasajeros como rehenes en el aeropuerto, Rodrigo".

"Todos estamos dispuestos a morir para salvar a Domingo, Tía".

"No quiero perder a otro miembro de la familia porque salvas a un miembro de la familia".

Perempuan yang dipanggil Bibi yang mengatakan itu, masuk tiba-tiba ke dalam ruangan pertemuan. Sang Bibi berdiri di samping kursi di mana Rodrigo Nuno duduk. Ia yang sedang berkumpul bersama orang-orang yang sudah disiapkan untuk pembajakan pesawat, terdiam begitu dikatakan demikian.

"Por qué no planean hacerle una emboscada al vehículo que se utiliza para llevar a Domingo? Busquen información en la Policía Central. Reúnanse con Roberto Díaz allí. Pregunten por la DEA que arrestó a Domingo".

Rodrigo yang mendengar nama Roberto Diaz disebutkan, mengernyit memandang sang Bibi. Ia berpaling memandang orang-orangnya. Kepada seorang anak buah, ia memberi kode untuk mengambilkan sebuah kursi dan diletakkan di samping. Sementara orang yang disuruh, beranjak terburu-buru. Rodrigo kembali menatap bibinya yang tadi bicara.

"No sabía que Roberto Díaz está en la Jefatura Central de Policía, Tía. Qué división maneja allí?"

Sang Bibi berjalan ke arah sebuah kursi yang tadi buru-buru diambilkan oleh seorang anak buah Rodrigo. Ia duduk di situ sambil memandang sang keponakan.

"Roberto Díaz lidera una unidad de fuerzas especiales de la Policía Mexicana. Pregúntale sobre la DEA que ha detenido a Domingo y cuándo lo van a llevar de aquí a Estados Unidos".

Rodrigo Nuno mendengarkan sambil mengangguk-anggukkan kepala. Satu tangannya merogoh saku baju dan mengambil sebuah telepon genggam dari dalam. Saat sambungan komunikasi terhubung, Rodrigo berdiri dari duduk dan berjalan menjauh dari meja pertemuan. Di samping jendela yang terbuka, ia terlibat pembicaraan dengan orang yang disebut Roberto Diaz itu.

---

Bersambung

Terjemahan:

"Ready to have a bath wash?"

"Siap untuk mandi dilap?"

"I will help, instead of taking a shower by your self."

"Saya akan membantu, daripada Anda mandi sendiri."

"For the patients who can walk themselves, we don't serve the bath wash. Unless old patients."

"Untuk pasien yang bisa berjalan sendiri, kami tidak melayani mandi lap. Kecuali pasien yang sudah tua."

"Many patients need surgery today, that is why just now I could come to ceck here. Hope you do not mind, Mr. Prayoga,"

"Banyak pasien yang perlu dioperasi hari ini, itulah sebabnya saya baru bisa sekarang datang ke sini untuk memeriksa. Semoga Anda tidak keberatan, Pak Prayoga,"

"Pyrexia?"

"Demam setelah pembedahan?"

"Temperature is stable, Docter."

"Suhu stabil, Dokter."

"Surgical Site Infection?"

"Infeksi bagian tubuh setelah pembedahan?"

"No infections, Docter,"

"Tidak ada infeksi, Dokter,"

"Chemical Trauma?"

"Trauma Kimiawi?"

"No chemical trauma, Docter,"

"Tidak ada trauma kimiawi, Dokter,"

"The antibiotics is good to him."

"Antibiotik itu baik untuk dia."

"All good. Hope you will get well soon,"

"Semuanya bagus. Semoga Anda segera sembuh,"

"May I go back home in the next two days, Docter?"

"Bolehkah saya pulang dalam dua hari ke depan, Dokter?"

"Let us see tomorrow. OK?"

"Mari kita lihat besok. OK?"

"Es demasiado peligroso para ti tomar a los pasajeros como rehenes en el aeropuerto, Rodrigo".

"Terlalu berbahaya kalau kalian melakukan penyanderaan penumpang pesawat di bandara, Rodrigo."

"Todos estamos dispuestos a morir para salvar a Domingo, Tía".

"Kami semua siap mati untuk menyelamatkan Domingo, Bibi."

"No quiero perder a otro miembro de la familia porque salvas a un miembro de la familia".

"Aku tidak mau kehilangan anggota keluarga yang lain karena kalian menyelamatkan seorang anggota keluarga."

"Por qué no planean hacerle una emboscada al vehículo que se utiliza para llevar a Domingo? Busquen información en la Policía Central. Reúnanse con Roberto Díaz allí. Pregunten por la DEA que arrestó a Domingo".

"Mengapa kalian tidak berencana menyergap kendaraan yang dipakai untuk membawa Domingo? Cari informasi di Kepolisian Pusat. Temui Roberto Diaz di sana. Tanya tentang DEA yang telah menangkap Domingo."

"No sabía que Roberto Díaz está en la Jefatura Central de Policía, Tía. Qué división maneja allí?"

"Aku tidak tahu kalau Roberto Diaz sekarang di Kantor Kepolisian Pusat, Bibi. Di bagian apa dia di sana?"

"Roberto Díaz lidera una unidad de fuerzas especiales de la Policía Mexicana. Pregúntale sobre la DEA que ha detenido a Domingo y cuándo lo van a llevar de aquí a Estados Unidos".

"Roberto Diaz memimpin sebuah unit pasukan khusus kepolisian Mexico. Tanyakan ke dia tentang DEA yang telah menangkap Domingo dan akan dibawa kapan dari sini ke Amerika Serikat."

Next chapter