1 Aku jawab besok...

"Kamu mau jadi pacarku?"

Jessica hanya terbengong saat Reynold mengulang kembali pertanyaan yang sama itu.

Suara riuh siswa kembali menggema dibelakangnya. Mereka meneriakan agar Jessica segera menerima pengakuan cinta dari Reynold.

"Boleh aku jawab besok?"

Kerumunan itu tiba-tiba menjadi tenang. BESOK!? Itu bukan jawaban yang diinginkan semua orang. Jessica harusnya membuat pilihan segera, antara menerima atau menolak cowok itu.

"Boleh…." Reynold baru menjawab sepatah kata saat Jessica berbalik dan memotong keluar dari kerumunan itu.

"Dia bilang besok? Sombong sekali, dia pikir dia siapa?"

"Kenapa tidak langsung diterima saja sih?"

"Bilang iya aja kok susah banget ya, kapan lagi coba ada cowok ganteng yang mau nembak terang-terangan kayak gitu,"

"Tolak aja sih kalau memang nggak suka, suka banget bikin drama pakai jawab besok!"

"Kak Reynold romantis banget, kok bisa suka sama cewek kayak begitu sih!"

"Siapa sih itu cewek??"

Komentar-komentar itu mengelilingi Jessica. Semua itu terlalu tiba-tiba dan benar-benar membuatnya pening. Jessica tidak terbiasa menerima setumpuk komentar seperti itu.

***

Jessica masuk ke kelasnya dan hanya duduk diam dikursinya. Kebetulan ruangan kelas itu cukup tenang dan orang-orang disana tidak tahu apa yang baru saja terjadi di luar sana.

"Kenapa tidak langsung diterima saja?"

Jessica mendongak malas saat mendengar pertanyaan seperti itu lagi.

Pertanyaan itu dari cewek yang duduk tepat didepannya. Rupanya cewek itu juga menonton drama barusan - Drama saat Reynold menyatakan perasaannya pada Jessica setelah dia berhasil memenangkan juara class meeting semester itu.

Jessica tidak suka drama dan kegaduhan tetapi cowok bernama Reynold itu sukses menyeretnya menjadi salah satu pemeran ratu drama semester itu.

"Kalau bukan karena Rey nembak kamu, mungkin kita nggak akan pernah bicara satu sama lain. Aku baru tau ada cewek secantik kamu dikelas ini."

Entah itu pujian atau apa, Jessica merasa aneh dengan apa yang cewek didepannya itu bicarakan.

"Kenalin, namaku Erika mulai hari ini kita harus jadi teman ya." Cewek bernama Erika itu mengambil tangan Jessica dan menjabatnya.

Lebih aneh lagi, mengapa Jessica harus berteman dengan cewek itu. Selama ini dia baik-baik saja dengan tidak melakukan banyak interaksi dengan teman sekelasnya. Banyak dari mereka mungkin tidak mengenalnya dan tidak ada masalah dengan itu.

Jessica telah melewati separuh masa putih abu-abunya dengan apik. Dia cewek pintar yang tidak suka menonjolkan diri. Jika mau, mungkin dia bisa tampil jadi cewek paling pintar di sekolah atau jadi cewek cantik populer – calon pacar idaman para cowok.

Jessica berasal dari keluarga berada dan bisa dengan mudah tampil modis sesuka hatinya. Penampilan Jessica juga tidak buruk-buruk amat. Malah boleh dibilang dalam kategori cewek cantik yang layak dapet predikat primadona sekolah. Tapi lagi-lagi dia membuat pilihan untuk hidup tenang selama masa putih abu-abunya. Jadi Jessica tidak pernah membuatnya dirinya tampak mencolok.

Erika mulai mengoceh soal Reynold yang menurutnya cukup tampan, pintar dan pastinya memukau setelah apa yang dia lakukan. Reynold adalah wakil ketua OSIS SMA Buana, ketenarannya mungkin kalah dari sang ketua OSIS atau kapten Tim Basket SMA dan sang pentolan sekolah itu.

Tapi hari itu dia telah membuktikan diri dengan mengalahkan mereka semua sekaligus dalam pertandingan basket three on three pada acara class meeting semester itu. Jadi Reynold menggunakan kesempatan baik itu untuk mengungkapkan perasaannya pada cewek yang dia suka yaitu Jessica.

Menurut Erika Reynold itu tipe-tipe cowok yang layak jadi pemeran utama di novel-novel teenlit gitu. Tapi semua cerita Erika itu tidak membuat Jessica tertarik sama sekali. Menurutnya semuanya itu klise dan berlebihan.

Erika tiba-tiba terdiam saat melirik kearah pintu utama kelas. Rupanya ada sosok jangkung Reynold didepan pintu kelas mereka. Mau apa cowok itu disana? apa dia ingin menambah episode dramanya lagi dan membuat keributan di dalam kelas Jessica.

Jessica sudah siap hendak berdiri dan menyingkir dari ruang kelas lewat pintu belakang saat Reynold berjalan melewati mejanya dan duduk di bangku tepat dibelakang meja Jessica.

Cowok itu rupanya satu kelas dengan Jessica. Yang benar saja! Apakah selama itu Reynold telah diam-diam memperhatikan Jessica.

"Hai, Rey! Kudoakan sukses ya, aku dukung kamu lho!" Kata Erika membuka mulutnya lagi.

Sekarang setelah apa yang Reynold lakukan Jessica tidak akan lagi mengabaikan cowok yang duduk dibelakangnya itu. Mulai hari itu, segalanya dalam kehidupan Jessica berubah untuk selamanya dan itu semua adalah karya Reynold.

***

"Selamat, bro!"

Reynold melirik tajam pada si empunya suara itu. "Mau apa lo!"

"Santai, bro! Gue cuma mau ngucapin selamat karena lo berhasil buktiin kata-kata lo, kalau lo bakal ngalahin kita-kita dipertandingan basket hari ini." Cowok yang satu itu mengedarkan pandanganya pada kelompok cowok yang sedang berkumpul disitu.

Mereka semua ada disana. Sang ketua OSIS, kapten basket dan pentolan sekolah.

"Percuma gue menang, Vin." Reynold menjawab pernyataan Kevin si kapten basket itu. Sinar-sinar harapan meredup dari mata Reynlod, mereka semua yang ada disana sadar akan hal itu.

Mata itu tidak seperti saat Reynlod pertama kali mendeklarasikan diri akan mengalahkan mereka dan mengungkapkan perasaannya pada cewek yang dia suka.

"Tenang Nold, dia belum belum nolak lo kan. Dia bilang, dia bakal kasih jawaban besok." Sang ketua OSIS itu berusaha memberikan dukunganya.

"Menurut lo, dia bakal terima gue Yo??" Reynlod menurunkan tatapan tajamnya terhadap Yohanes si ketua OSIS.

"Kalau menurut gue sih, kayanya dia nggak akan terima elo." Kali ini Aldo sang pentolan sekolah memberikan komentar negatifnya.

Komentar terakhir itu membuat semangat Reynold merosot lagi. Reynold telah lama jatuh hati dengan Jessica. Mungkin lebih lama dari yang bisa diingatnya. Dia agak sedikit menyesal karena tidak menyiapkan rencana itu dengan baik.

Ide untuk menyatakan perasaannya saat berhasil menang melawan Kevin, Yohanes dan Aldo baru muncul saat ia berhasil menyelesaikan pertandingan perempat final kemarin.

Hari ini saat ia berhasil menang, dia telalu terburu-buru dengan melantangkan nama Jessica tepat ditengah lapang. Semua itu tanpa persiapan dan Reynold sungguh merasa buruk. Seharusnya ia lebih mengendalikan dirinya dan menyiapkan sesuatu yang lebih berkesan untuk Jessica.

"Gue harap dia nolak lo, Rey!" Aldo mengatakannya tanpa berperasaan. Dimatanya ada sebuah senyuman sinis dengan arti terselubung.

"Kok lo ngomongnya gitu sih, Do!" Kevin menegur sobatnya yang satu itu untuk komentar negatifya.

Aldo melirik kawan-kawannya dalam sekali sapuan, "kalau gue bilang, gue tiba-tiba suka sama si Jessica menurut lo gimana, Rey?"

Semua mata melirik mantap pada Aldo.

"Maksud lo apa, Do!" Reynold menatap Aldo sengit. Apa-apaan yang baru saja Aldo ucapkan itu.

"Kayaknya gue suka sama Jessica. Gue baru tau kalau ada cewek secantik dia disekolah ini!" Pandangan nakal Aldo memancing Reynold untuk menghampiri cowok itu dan menghadiahkan sebuah pukulan padanya.

avataravatar
Next chapter