webnovel

Kaisar Huang Xuxi

Semua orang mengatakan bahwa Kaisar Huang adalah jenis makhluk yang mengerikan. Setiap bulannya, dia selalu meminta seorang gadis vampir untuk dia hisap darahnya. Yuan Li Shu, tidak pernah berharap akan bertemu makhluk seperti itu. Tapi siapa sangka, suatu hari dia harus menggantikan posisi saudara perempuannya dalam persembahan yang menyebabkan dia harus berurusan dengan Kaisar Huang.

Yuan_Le_Le · Celebrities
Not enough ratings
6 Chs

5

....

Wong Yukhei selesai mandi. Dia kemudian dibantu oleh pelayan untuk mengenakan baju. Setelah selesai, dia mengenakan topeng berbentuk sayap burung hanya untuk menutupi bagian atas wajahnya. Dia tidak ingin gadis yang dipersembahkan untuknya, melihat wajahnya. Meskipun nanti dia akan menghapus ingatan gadis itu, tapi dia tidak suka ada yang melihat wajahnya sebagai seorang Kaisar.

Bulan terlihat baru muncul di timur, Wong Yukhei menyusuri lorong menuju ruangan yang biasa digunakan untuk dia dan gadis persembahan bertemu. Sampai di depan pintu, Wong Yukhei menghela napas. Kira-kira seperti apa gadis yang akan dia temui nanti. Apakah gendut, apakah kurus? Atau mungkin memiliki wajah yang jelek? Segala kemungkinan buruk, dia sudah memikirkannya. Begitu pintu didirong, dia berusaha untuk tidak terkejut melihat orang di dalam.

Tapi sayangnya, usahanya gagal. Melihat gadis cantik dibalut baju merah muda dan rambut yang ditata indah, dia sulit untuk mengendalikan rasa terkejutnya.

"Kau...."

Bukankah itu gadis pelayan di restoran Yuan? Bukankah dia Yuan Li Shu? Gadis yang dia sukai? Kenapa dia ada di tempat ini? Bukankah dia manusia? Berbagai pertanyaan muncul di kepala Wong Yukhei.

Melihat Wong Yukhei datang, Li Shu terkejut. Dia langsung menundukkan kepalanya.

"Yang Mulia, maafkan saya. Saya tidak bermaksud mencuri. Saya sangat lapar jadi saya mencoba mengambil satu kue bulan, tapi saya belum memakannya. Mohon jangan hukum saya." Li Shu tampak ketakutan. Dia bahkan membenturkan kepalanya ke lantai. Tubuhnya gemetar.

Melihat Li Shu yang membenturkan kepalanya ke lantai, Wong Yukhei langsung menghampirinya. Dia tidak tega melihat gadis yang disukainya menyakiti diri sendiri.

"Sudah, hentikan." Wong Yukhei menahan kepala Li Shu agar tidak membentur lantai.

Li Shu terkejut kepalanya tidak membentur lantai melainkan membentur benda lain. Dia buru-buru mengangkat kepalanya. Sebuah tangan? Li Shu melihat pemilik tangan itu. Dia terkejut.

"Ya ya Yang Mulia."

"Itu aku." Wong Yukhei tersenyum. Meski wajahnya tertutup, tapi mata dan bibirnya dapat terlihat oleh Li Shu bahwa dia sedang tersenyum.

"Yang Mulia, maafkan saya. Saya melakukan kesalahan." Li Shu tertunduk. Dia masih gemetar. Dia berharap Kaisar tidak menghukumnya.

"Ha ha ha.... Tidak apa-apa." Suara Wong Yukhei terdengar ramah. Li Shu mengangkat kepalanya. Matanya menatap dua bola mata yang berwarna merah. Warna itu, dia seperti mengenalnya.

"Ada apa?" Wong Yukhei bertanya. Li Shu menatapnya begitu intens, dia merasa gugup.

"Ah, bukan apa-apa. Maafkan saya." Li lagi-lagi menunduk. Dia berpikir telah melakukan kesalahan lagi.

"Tidak apa-apa." Wong Yukhei tersenyum. Dia gemas dengan tingkah Li Shu. "Bukankah kau mengatakan kau lapar?"

"Itu...."

"Seharusnya jika kau lapar, kau makan saja terlebih dahulu."

Mendengar ucapan Wong Yukhei, Li Shu mengangkat wajahnya. Dia tidak percaya dengan yang dia dengar. Kaisar baik sekali hingga menyuruhnya makan terlebih dahulu. Apakah dia benar-benar Kaisar? Bukankah Kaisar selalu digosipkan berwatak jahat?

"Ada apa? Kenapa diam saja. Kau tidak lapar?"

"Tidak. Bukan begitu." Li Shu masih lapar. Tapi dia juga bingung, apakah pria di depannya Kaisar sungguhan atau palsu. Dia begitu baik hati.

"Kalau begitu, makanlah." Wong Yukhei mengambil sumpit dan menaruhnya di tangan Li Shu.

"Ini...."

"Ayo makan. Semua hidangan di sini untuk kita berdua, jadi kau boleh makan sepuasnya. Kalau kurang, aku akan menyuruh pelayan membawakannya lagi."

"Tidak perlu. Ini sudah cukup." Makanan di meja begitu banyak, dia mustahil bisa menghabiskannya.

"Kalau begitu, ayo kita makan." Wong Yukhei duduk di depan Li Shu. Dia mulai menggerakkan supitnya untuk mengambil makanan.

Li Shu melakukan hal yang sama, tapi begitu dia hendak mengambil makanan, sebuah pemikiran muncul di kepalanya. Bagaimana jika makanan itu diracun? Kaisar sedari tadi menyuruhnya makan, jangan-jangan ada sesuatu di makanan itu. Dia mulai curiga. Bisa jadi sikap baik Kaisar padanya hanyalah tipuan belaka. Mungkin saja Kaisar sudah sering melakukan trik kepada gadis-gadis yang datang terdahulu. Dia berpura-pura baik, tapi sebenarnya dia punya rencana licik.

Melihat Li Shu belum memakan apapun, dia menebak, gadis itu pasti tengah memikirkan sesuatu.

"Kenapa tidak makan?"

Li Shu terkejut. Dia langsung menatap Wong Yukhei.

"Tenang saja. Tidak ada racun di dalam makanan ini. Aku tidak membunuh seseorang dengan jalan licik seperti itu."

Li Shu diam. Kaisar rupanya membaca pikirannya. Meskipun begitu, Li Shu tidak bisa percaya begitu saja kepada sebuah perkataan. Apalagi perkataan seorang pemimpin. Bukankah seorang pemimpin paling pintar memainkan kata-kata?

"Kau tidak percaya? Lihatlah, aku memakan semua makanan ini." Wong Yukhei mengambil setiap makanan di meja untuk meyakinkan Li Shu. "Dan lihat, aku baik-baik saja. Jadi sebaiknya kau segera makan. Jangan menyakiti diri sendiri dengan menahan lapar." Memikirkan Li Shu kesakitan, Wong Yukhei tidak tega.

Li Shu diam. Yang dikatakan Kaisar memang benar. Dia sudah sangat lapar sekarang, tapi kenapa dia menahan diri untuk makan sedang di depan begitu banyak makanan? Dia sepertinya harus menggabaikan pikiran buruknya sekarang. Jika di dalam makanan ada racun, itu menjadi urusan belakangan. Jika dia mati malam ini, itu berarti sudah menjadi takdirnya.

Li Shu mulai menggerakkan sumpitnya. Hal itu membuat Wong Yukhei senang. Akhirnya dia mempercayainya.

"Nah, makanlah yang ini. Rasanya enak." Wong Yukhei menaruh daging di mangkuk Li Shu.

"Eh," Li Shu terkejut. Dia tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu dari Kaisar.

"Makanlah."

Meskipun ragu, Li Shu akhirnya makan juga. Dia terkejut begitu memakan daging yang diberikan Wong Yukhei. Rasanya sungguh enak. Dia tidak bisa tidak tersenyum ketika memakannya.

"Bukankah itu enak?"

"Iya. Ini enak sekali." Li Shu mengangguk. Dia kemudian mengambil lagi daging yang diberikan Wong Yukhei tadi.

"Makan yang ini juga." Wong Yukhei memasukkan berbagai makanan ke dalam mangkuk Li Shu.

"Terima kasih." Li Shu merasa senang. Dia tidak menyangka Kaisar begitu baik hati.

"Kenapa kau datang kemari?" tanya Wong Yukhei di sela-sela makan. Dia penasaran kenapa Li Shu yang datang bukan gadis vampir.

Li Shu berhenti mengunyah. Dia menatap Wong Yukhei. Setelah menelan makanan, dia mencoba memberanikan diri untuk menjelaskan alasan dia datang.

"Sebenarnya yang terpilih dalam undian adalah kakak saya, tapi karena dia sakit, jadi saya yang menggantikan."

"Apakah kakakmu vampir?"

"Benar. Saya terlahir dari keluarga campuran. Ayah saya manusia sementara ibu saya vampir. Saya mewarisi darah ayah saya sementara kakak saya mewarisi darah ibu saya."

"Tapi kenapa harus kamu yang menggantikan kakakmu?" Wong Yukhei heran. Kenapa selalu Li Shu yang memikul tanggung jawab? Seperti malam itu, Li Shu berjalan sendirian untuk mengantar pesanan makanan. Kenapa harus dia? Bukan orang lain.

"Sebenarnya, ayah saya sudah meminta agar kakak saya digantikan oleh orang lain, tapi Walikota mengatakan dia tidak punya wewenang untuk itu. Dia juga tidak berani melaporkan hal ini pada Anda, jadi saya datang ke sini untuk memberitahu Anda bahwa kakak saya. Saya mohon Anda memberi pengertian." Li Shu membungkukan tubuhnya. Berharap Kaisar sedikit bermurah hati padanya.

Mendengar penjelasan Li Shu, tangan Wong Yukhei terkepal. Walikota itu benar-benar membuatnya marah, bisa-bisanya dia membuat Li Shu menggantikan kakaknya. Tapi jika bukan kerena Walikota itu, dia mana mungkin bisa bertemu Li Shu. Jadi setidaknya dia memiliki sedikit rasa terima kasih.

"Sudahlah. Tidak apa-apa. Tapi lain kali, sebaiknya berhenti memikul tanggung jawab orang lain. Kau mungkin akan dimanfaatkan orang karena terlalu baik." Memikirkan Li Shu dimanfaatkan orang lain, dia tidak bisa terima.

Mendengar nasihat Wong Yukhei, Li Shu hanya mengangguk. Dia tidak menyangka Kaisar akan memberikan nasihat. Itu membuatnya merasa seperti diperhatikan.

....

Selesai makan, Li Shu dibawa berjalan ke sebuah taman yang dipenuhi lentera. Terdapat kolam kecil di taman itu. Li Shu dan Wong  Yukhei duduk di sebuah kursi di bawah pohon sakura.

Suasana hening. Li Shu bingung kenapa dia dibawa ke taman itu. Apakah semua gadis yang datang juga diajak ke taman itu. Lalu, setelah itu, apa lagi?

Diam-diam Li Shu merasa gugup. Dia menebak-nebak akan ada kejadian apa selanjutnya. Apakah Kaisar akan menggigitnya? Memikirkannya, Li Shu bertambah gugup. Jantungnya berdetak tak karuan. Akankah nasibnya sama seperti gadis-gadis vampir yang pernah datang ke istana kekaisaran?

"Menutmu, aku ini bagaimana?" Wong Yukhei membuka pembicaraan.  Dia menatap Li Shu.

Diberi pertanyaan seperti itu, Li Shu bingung. Apakah pertanyaan Kaisar akan menentukan nasib dia selanjutnya? Jika iya, apakah dia harus mengatakan hal-hal yang baik?

"Aku suka orang jujur. Meskipun menyakitkan, aku akan mendengar pendapatmu. Jadi katakan, di matamu, aku ini seperti apa?"

"Itu...." Li Shu bingung.

"Jujur saja. Apakah aku ini menakutkan?"

"Tidak...." Li Shu menggeleng cepat. Kaisar tidak menakutkan sama sekali. Sedari tadi dia bersikap baik padanya seolah-olah sudah mengenal lama. Meskipun pada awalnya dia memang terlihat menakutkan. Tapi seiring berjalanannya waktu, dia tidak terlihat menakutkan.

"Jadi, aku ini seperti apa?" Wong Yukhei penasaran. Dia ingin mendengar pendapat Li Shu tentang dirinya. Apakah dia akan menilai sama seperti orang diluar sana.

"Anda baik hati, perhatian juga bijaksana."

Mendengarnya, Wong Yukhei tertawa. Seumur hidup, baru kali ini ada perempuan yang memujinya seperti itu.

Li Shu bingung. Apakah dia mengatakan hal yang lucu.

"Aku harap kau mengatakan kejujuran." Wong Yukhei berkata di sela tawanya.

"Saya tidak berani berbohong pada Anda Yang Mulia. Saya mengatakan kejujuran. Dari awal hingga sekarang, Anda memperlakukan saya dengan sangat baik. Anda bahkan memberi saya nasihat. Jadi saya menyimpulkan bahwa Anda adalah orang yang baik."

Wong Yukhei tersenyum. Kemudian berkata, "Sekalipun itu kebohongan, aku tidak akan melakukan apa-apa. Setiap orang punya hak untuk berbohong. Aku menghargainya, asalkan jangan merugikan aku. Tapi aku yakin kau mengatakan kejujuran."

Li Shu lega Kaisar mempercayainya.

"Mau kuceritakan sebuah fakta?"

"Jika Anda ingin menceritakan, saya akan mendengar."

"Kau pasti sering mendengar bahwa aku ini Kaisar yang kejam, kan? Itu tidak sepenuhnya tidak benar. Aku ini memang kejam. Aku benci pejabat yang berbohong padaku. Aku benci pada orang yang mencoba melarikan diri dariku. Aku benci pada orang yang mencoba mengkhianatiku. Jika ada seseorang yang melakukan hal yang kubenci itu, aku tidak segan-segan membunuhnya atau kusiksa dia hingga berharap untuk mati." Wong Yukhei menceritakan sifat buruknya. Dia tidak ingin menutup-nutupinya dari Li Shu. Dia tidak ingin Li Shu memandangnya sebagai orang baik. Dia ingin Li Shu mengetahui kebenaran tentang dirinya.

"Kau tahu, acara persembahan ini pada awalnya adalah acara perjodohan, tapi aku mengubahnya menjadi acara persembahan agar terdengar mengerikan. Gadis-gadis yang datang padaku, sebenarnya akan dijodohkan denganku, tapi karena tidak ada yang aku sukai, aku memberikan kesan buruk pada mereka. Aku berbicara dengan nada tinggi pada mereka dan sering memukul meja. Pada awalnya, tindakanku hanya sebatas itu, tapi karena ada seorang gadis yang membuatku kesal, aku menggigitnya. Hal itu terus berlanjut sampai sekarang dan sangat sulit untuk mengehentikannya."

Mendengar penjelasan Wong Yukhei, entah kenapa, tangan Li Shu menjadi basah. Dia berkeringat di hari yang dingin. Kata-kata Kaisar membuatnya takut. Akankah Kaisar melakukan hal yang sama padanya seperti dia memperlakukan gadis-gadis terdahulu?

"Kau tahu, apa kata-kata yang kukatakan sebelum aku menggigit mereka?"

Li Shu menggeleng cepat.

"Maukah kau menikahlah denganku", tapi mereka malah ketakutan, jadi aku menggigit mereka."

Li Shu diam. Dia lagi-lagi berpikir, apakah Kaisar juga akan menanyakan hal sama padanya? Jika iya, apakah yang harus dia katakan? Apa dia harus menerimanya? Tapi, bukankah mereka baru saja kenal. Tapi jika di menolak, Kaisar akan menggigitnya.

"Maukah kau menikah denganku?"

Li Shu terbelalak. Tebakannya benar. Dia harus mengatakan apa?

.....