webnovel

Kaisar Huang Xuxi

Semua orang mengatakan bahwa Kaisar Huang adalah jenis makhluk yang mengerikan. Setiap bulannya, dia selalu meminta seorang gadis vampir untuk dia hisap darahnya. Yuan Li Shu, tidak pernah berharap akan bertemu makhluk seperti itu. Tapi siapa sangka, suatu hari dia harus menggantikan posisi saudara perempuannya dalam persembahan yang menyebabkan dia harus berurusan dengan Kaisar Huang.

Yuan_Le_Le · Celebrities
Not enough ratings
6 Chs

2

.....

Enam pria berkumpul di bawah pohon sakura. Mereka tampak menunggu sesuatu.

"Ke mana perginya Kaisar? Kenapa lama sekali?" Liu Yangyang mengeluh. Dia sudah penat menunggu di bawah pohon Sakura, bahkan rela digigit nyamuk, namun yang ditunggu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

"Mungkin dia lupa." Li Yong Qin menjawab acuh tak acuh. Dia tengah bersandar pada pohon sambil menutup mata. Pedang kesayangan berada di lipatan tangannya.

"Itu tidak mungkin." Qian Kun menjawab. Dia tahu Kaisar bukan jenis makhluk pelupa.

"Apa kita salah tempat?" Liu Yangyang menebak.

"Memangnya di mana lagi ada pohon sakura bercabang tujuh selain di sini?" tanya Li Yong Qin.

"Aku hanya mengatakan," jawab Liu Yangyang.

"Mungkin dia tersasar ke rumah bordil." Dong Sicheng menebak secara acak.

Mendengar pernyataan Dong Sicheng, Qian Kun dan yang lain terkejut.

"Jangan asal bicara. Kaisar bukan makhluk seperti itu. Bukankah dia tidak pernah tertarik dengan wanita?" Qian Kun bertanya.

"Benar, umurnya hampir setengah abad tapi dia belum mempunyai istri. Orang-orang mencurigainya menyukai sesama jenis," ucap Xiao Dejun

"Itu karena dia terkenal terlalu kejam, jadi tidak ada wanita yang menginginkan menjadi istrinya," ucap Li Yong Qin.

"Tapi tidakkah kalian memerhatikan belakang ini, Kaisar bersikap aneh?" Huang Guanheng membuka suara.

"Apanya yang aneh?" tanya Liu Yangyang tak mengerti.

"Dia selalu mengajak kita makan di restoran dan membuat sebuah taruhan," jawab Huang Guanheng.

"Ah, benar. Aku juga merasa aneh untuk itu. Tidak seperti biasanya dia makan di restoran." Xiao Dejun membenarkan.

"Kalian tahu alasannya kenapa?" tanya Li Yong Qin.

"Memangnya apa?" tanya Liu Yangyang penasaran.

"Dia menyukai gadis pelayan di restoran itu," jawab Li Yong Qin.

"Apa kau yakin?" Qian Kun tidak yakin.

"Hm... Aku sering melihatnya memerhatikan gadis itu."

"Wah, selera Kaisar lumayan juga. Tapi Ngomong-ngomong, bukankah pelayan di restoran itu ada dua?" tanya Huang Guanheng. 

"Yang paling muda. Tapi bukankah itu sama saja mengambil batu untuk melukai kaki?"

"Apa maksudmu?" Liu Yangyang tidak mengerti apa yang dibicarakan Li Yong Qin.

"Menyukai seorang gadis hanya akan membuat masalah. Dia akan menjadi sumber kelemahan Kaisar. Seseorang mungkin menggunakan gadis itu untuk mengancam Kaisar."

"Akan kupastikan itu tidak akan terjadi."

Mendengar suara yang dingin dan juga berat, enam pria terlonjak kaget. Li Yong Qin buru-buru bangkit dari tidurnya. 

"Kaisar."

Melihat sosok berjubah merah, tubuh Li Yong Qin mati rasa. Apa yang baru saja dia katakan? Kaisar pasti mendengarnya, dia mungkin saja akan mendapat hukuman kali ini.

"Rupanya kalian pandai bergosip ya?"  Pria berjubah merah memasang wajah serius.

"Itu...." Mereka tidak bisa berkata apa-apa. Membicarakan Kaisar di belakang termasuk kejahatan.

"Ha ha ha... Tidak masalah." Wong Yukhei tertawa. Melihat bagaimana ekspresi mereka yang gugup, itu sangat lucu menurutnya. "Kalian mengatakan kebenaran. Aku memang menyukai gadis itu. Jadi jika kalian melihatnya dalam bahaya, kalian harus segera menolongnya." Dia mengakuinya, baginya berkata jujur pada mereka, tidak akan membuat masalah.

"Baik Yang Mulia." Mereka mengangguk patuh.

"Ha ha ha... Kenapa jadi formal. Panggil Yukhei seperti biasa saja." Dia merasa aneh jika mereka bersikap formal. Dia lebih suka jika mereka melihat dia seperti vampir biasa. Bukan sebagai Kaisar.

"Ah, iya." Mereka beruntung karena memiliki Kaisar yang tidak pernah marah, tidak pernah menghukum, jadi berapa kalipun mereka menyinggungnya, dia tidak akan marah.

"Maaf aku terlambat. Di jalan, aku  bertemu salah satu penculik itu. Tapi sialnya aku tidak bisa menangkapnya. Lagi pula, aku harus mengantar seseorang."

"Seseorang?" Mereka tampak penasaran.

"Gadis itu."

"Ah...." Mereka langsung mengerti.

"Sekarang mari kita pergi. Sepertinya aku tahu darimana penculik itu berasal." Wong Yukhei segera menghilang. Disusul, Qian Kun dan Dong Sicheng.

"Ck. Mereka benar-benar tidak berperasaan. Lagi-lagi kita ditinggalkan." Liu Yangyang mengeluh.

"Itu resiko menjadi manusia." Xiao Dejun menyahut.

"Sudahlah, jangan banyak mengeluh, mari kita pergi." ucap Li Yong Qin.

Empat orang melesat pergi. Meskipun tak bisa berteleportasi, tapi mereka memiliki energi spiritual yang tinggi. Hal ini menyebabkan mereka bisa berlari secepat angin bahkan melompat dari pohon yang satu ke pohon yang lain.

....

Hari ini Li Shu tidak bisa berhenti tersenyum. Mengingat kejadian tadi malam, dia rasanya ingin berteriak saking bahagianya. Dia tidak pernah menyangka akan menjadi teman dari seorang Wong Yukhei. Pria tinggi, tampan, dan juga baik hati.

"Bukankah kau baru bertemu penculik tadi malam? Tapi kenapa kau senyam senyum begitu?"

Li Shu tidak sadar jika gerak geriknya selama beberapa menit yang lalu di perhatikan oleh kakaknya. Jadi ketika kakaknya menanyakan hal itu, dia merasa terkejut dan buru-buru menetralkan ekspresi wajahnya.

"Ah, bukan apa-apa."

"Apa karena pria yang menolongmu tadi malam? Iya kan? Cepat katakan, siapa orangnya?" Yi Fei tampak penasaran. Dia yakin pria yang menolong adiknya itu pasti sangat tampan. Jika tidak, adiknya mana mungkin bertingkah abnormal begitu.

"Aku tidak tahu dia siapa. Sudahlah. Aku mau mengantar pesanan dulu." Li shu langsung pergi membawa nampan makanan. Dia tidak ingin memberitahu kakaknya tentang siapa yang menolongnya tadi malam. Dia tidak ingin kakaknya semakin menggodanya.

....

Semalam tidak pulang, Kaisar Huang atau lebih senang dipanggil Wong Yukhei itu, akhirnya muncul di istana. Pakaiannya kusut, begitupun dengan rambutnya. Bahkan ada noda darah di pipi dan pakaiannya.

"Yukhei! Kau ini ke mana saja?!" Seorang wanita yang terlihat masih muda, menghalang jalan Wong Yukhei. Tatapannya tajam, seakan-akan hendak menelan makhluk di hadapannya.

Seolah tak melihat siapapun, Wong Yukhei berbelok. Mengabaikan ibunya yang selalu kesal dengan kepribadiannya yang sering keluar malam.

"Yukhei! Kau mulai berani mengabaikan ibu?! Yukhei, dengar! Kau seharusnya berada di istana. Kau adalah  kaisar, bukan rakyat biasa."

Mendengar kemarahan ibunya, Yukhei hanya bisa diam. Dia tidak membalas atau mengatakan sesuatu. Jika dia membuka suara, dapat dipastikan ibunya akan bertambah marah. Keinginan ibunya dan dia jelas berbeda. Ibunya selalu ingin dia berada di istana, sementara dia tidak ingin hidup seperti katak dalam tempurung. Dia ingin bebas seperti burung. Tidak memiliki tanggung jawab dan tidak memiliki beban untuk dipikirkan.

Sebenarnya, menjadi kaisar bukan hal yang dia inginkan. Membayangkan menjadi kaisar saja dia tidak pernah, tapi akibat perang antara manusia dan vampir, dia terpaksa mengambil alih kekuasaan Kaisar terdahulu demi menghentikan perang tersebut. Dia yang memiliki kekuasaan dan kekuatan, mulai membuat aturan baru, bahwa vampir dan manusia harus hidup berdampingan. Jika ada yang berani menentangnya, dia tidak akan segan-segan mengambil nyawanya. Itulah sebabnya dia dikenal sebagai Kaisar yang kejam, tapi sebenarnya dia tidak seperti itu, dia melakukannya karena terpaksa. Dia tidak ingin vampir dan manusia saling berselisih. Dia menginginkan kehidupan yang damai.

"Yukhei! Dengarkan apa yang ibumu ini katakan!"

Langkah berhenti. Wong Yukhei menatap sekeliling. Beberapa pelayan tampak menonton, tapi begitu melihat tatapan matanya, mereka langsung menunduk dan pergi. Matanya kemudian beralih pada ibunya. Dia menghela napas. Sebenarnya, dia bosan ribut seperti ini setiap harinya, tapi dia tidak bisa menuruti apa yang ibunya inginkan.

"Anak ini mendengarkan." Dia akhirnya berbicara.

"Kalau begitu, turuti apa yang ibumu ini mau."

Tidak menjawab. Dia hanya menghela napas sebelum akhirnya kembali berjalan menuju kamarnya.

"Yukhei!" Teriakan ibunya semakin keras. Dia tidak memerdulikannya. Dia sangat lelah sekarang. Dia ingin mandi kemudian istirahat.

....

Berendam di dalam bak yang dipenuhi aroma bunga mawar, Wong Yukhei memejamkan matanya. Dia mencoba untuk menenangkan pikirannya, tapi sialnya dia tidak bisa. Bayangan tentang kejadian tadi malam, membuatnya tidak bisa tidak merasa kesal. Dia dan enam temannya telah berhasil menemukan sarang penculik itu, tapi sayangnya sebelum dia bertanya lebih jauh, penculik itu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Itu yang membuatnya kesal, dia belum mengetahui siapa dalang dari penculikan itu tapi satu-satunya petunjuk telah hilang. Jadi bagaimana dia bisa mencari tahu?

Tidak bisa tenang, Wong Yukhei memutuskan keluar dari bak mandi. Dia segera mengenakan pakaian dan pergi ke ruang kerjanya. Di sana, dokumen-dokumen telah menumpuk di meja kerjanya. Dia membaca satu persatu dokumen itu. Yang pertama kasus penculikkan. Dia tersenyum sinis membaca dokumen itu, penculikan sudah terjadi beberapa minggu yang lalu, tapi kenapa laporannya baru sampai sekarang? Bawahannya benar-benar tidak bisa bekerja dengan cepat. Dia sepertinya harus memecat mereka.

Beralih ke dokumen selanjutnya, kasus perampokan, pencurian, kelaparan, wabah penyakit, dan selanjutnya dia tidak membaca lagi. Begitu banyak. Dia bingung harus memulai dari mana. Pekerjaan menjadi Kaisar memang berat. Itu membuat kepalanya seperti mau meledak. Sepertinya dia harus menenangkan pikirannya sekarang. Dia akan melanjutkan pekerjaannya nanti malam. Mungkin dia akan mulai dari kasus perampokan. Bandit-bandit itu, dia sendiri yang akan membunuhnya.

....

Menatap ke arah pintu, Li Shu tidak bsia berhenti merasa gelisah. Mengingat perkataan Wong Yukhei tadi malam, dia berjanji akan makan di restorannya, tapi sampai matahari hendak menghilang, dia tidak kunjung muncul. Apakah dia lupa? Atau terjadi sesuatu padanya? Memikirkan pilihan kedua, dia dengan cepat menggeleng, dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Wong Yukhei. Dia pasti baik-baik saja. Mungkin saja dia lupa. Tapi memikirkan dia lupa, dia merasa kecewa.

"Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat murung?"

Yi Fei lagi-lagi memergoki tingkah adiknya. Sedari tadi dia melihat adiknya yang tampak gelisah dan selalu menatap ke arah pintu.

"Bukan apa-apa." Li Shu lagi-lagi menggeleng. Dia mana mungkin mengatakan yang sebenarnya pada kakaknya.

"Kenapa kau selalu menjawab dengan kalimat yang sama? Sudah, katakan saja. Kau pasti menunggu seseorang, kan? Katakan, siapa dia? Apa dia kekasihmu?"

Mendengarnya, Li Shu terkejut. "Jangan asal bicara. Aku tidak memiliki kekasih." Sekalipun dia memilikinya, dia tidak akan mengatakannya.

"Lalu siapa?"

"Bukan siapa-siapa."

"Sudahlah... Mengaku saja. Dia pasti kekasihmu, kan?"

"Bukan." Li Shu terus mengelak. Dia kemudian mengangkat piring kotor dan membawanya menuju dapur, bermaksud menghindari pertanyaan-pertanyaan kakaknya.

"Jangan mengindar." Yi Fei mengekori Li Shu.

"Apa kalian akan tutup?"

Suara itu, Li Shu mengenalnya. Dia segera berbalik. Matanya berbinar melihat sosok di depan pintu. Akhirnya dia datang juga.

"Belum. Kami masih buka." Li Shu menaruh piring kotor dan segera menghampiri Wong Yukhei.

Melihat ekspresi adiknya, Yi Fei sekarang dia tahu siapa yang ditunggu adiknya sadari tadi.

"Oh, rupanya pria ini yang kau tunggu." Yi Fei mendekati Li Shu dan Wong Yukhei.

Mendengarnya, Wong Yukhei langsung bertanya.

"Kau menungguku?"

Li Shu mengangguk pelan. Dia malu ketahuan telah menunggu Wong Yukhei.

"Dia menunggumu sampai wajahnya seperti cuka."

"Kakak...." Li Shu bertambah malu. Kakaknya benar-benar suka menggodanya.

"Benarkah? Aku minta maaf telah membuatmu menunggu lama. Aku memiliki banyak pekerjaan hari ini." Itu sebenarnya bukan pekerjaan, melainkan tidur, tapi dia tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Dia tidak ingin mengecewakan gadis di depannya.

"Tidak apa-apa." Li Shu tersenyum. Dia tidak mempermasalahkan dia yang datang terlambat, asalkan dia datang, dia sudah sangat senang.

"Kau mau makan apa?"

"Seperti biasa." Wong Yukhei tersenyum.

"Kalau begitu sebentar, akan kuambilkan. Ayo kak." Li Shu segera menarik kakaknya.

Melihat kepergian Li Shu, Wong Yukhei tersenyum lebar. Mengingat dia yang telah menunggu kedatangannya, itu membuatnya benar-benar merasa sangat bahagia. Semua beban di kepalanya serasa hilang begitu saja. Sekarang dia merasa begitu sangat menyukainya. Lebih jauh lagi, dia menginginkannya.