webnovel

Menjadi berita utama di koran.

Nirvana harus melawan Lancelot sebagai syarat agar rekannya boleh pergi. Beberapa orang membawa pergi Revi yang bonyok dan lemah.

Dan ternyata, Lancelot hanya main-main di awal. Untung saja Nirvana gagal dipermalukan oleh Lancelot, karena keahlian pedang sudah dibangun dengan disiplin.

Tapi, bagaimana kalau Lancelot berkata akan serius?

Nirvana memasang posisi parry sekuatnya.

Pletak, pletok....

Dua bilah kayu saling beradu, kian intens terdengar. Tidak sekalipun Nirvana berani melakukan counter. Tidak mau mengambil resiko dan tidak ada celah untuk quick counter.

Lagi-lagi hanya bertahan total....

Tempo kian meningkat, Nirvana memakai kelincahan kaki dan pinggang untuk mengelak tebasan bertubi-tubi. Bahkan combo pun dilancarkan, Nirvana tak dapat terhindar dari beberapa kali kena.

Mulai terasa sakit, namun tidak seburuk Revi. Kulitnya pun masih mulus dari memar. Lebih sering, Nirvana mengorbankan tangan ataupun tubuh atas yang terpukul daripada kepala. Meski akan kena tebasan, sebisa mungkin Nirvana akan melindungi wajahnya.

Dan tidak berakhir seburuk Revi.

"Gila dah, tempo meningkat lagi? Semakin melelahkan saja," pikir Nirvana.

Lancelot berhenti sejenak sambil tetap menghunuskan pedang kayu miliknya.

"Hah, apanya yang kepala urusan internal? Jelas-jelas kamu mampu mementahkan serangan ku dengan baik. Tidak ada kesatria di dalam kesatuan yang bisa mementahkan serangan ku seperti ini? Tapi aku semakin tertantang," ujar Lancelot.

Kendati Lancelot berkata demikian, jika ini pertarungan dengan pedang sungguhan, pasti banyak luka yang diderita oleh Nirvana. Kalau ini pertarungan dengan pedang asli, Nirvana sudah kalah, menderita kerusakan fatal.

"Bersiaplah!" Lancelot jadi sangat bersemangat.

Kali ini, Lancelot mengerahkan banyak tenaga. Kecepatan serang yang belum pernah disaksikan Nirvana sebelumnya. Menangkis, kewalahan, terpukul, di tendang.

Nirvana terhempas dan berdiri kembali.

"Teknik yang gak ngotak," keluh Nirvana.

Nirvana merasa diluar batas dari kemampuannya. Namun tetap mengambil posisi parry kembali.

"Bisa bertahan?" Lancelot heran.

Nirvana lebih banyak melompat kebelakang dan samping untuk menghadapi tempo sangat cepat pertarungan. Nirvana sukses menghindari banyak luka kali ini.

Nirvana kewalahan.

"Hentikan itu!"

"Huh?"

"Aku hilang hentikan itu!"

Satella datang menolong Nirvana. Ketika menoleh, ternyata bukan, hanya saja suaranya mirip. Gadis tersebut memiliki rambut blonde dengan model sanggul yang lucu. Tetapi, bukan seorang gadis biasa.

"Margaret?" Lancelot terdiam.

Kemudian Lancelot menatap para rekanannya.

"Siapa yang--"

"Bukan kami yang melaporkan, kapten!"

Gadis berambut emas melipat tangannya, geleng-geleng kepala.

"Aku tanya, sir Lancelot! Apakah kesatuan royal guard tugasnya melakukan tindak persekusi? Kita bukanlah polisi militer atau sang hakim, bukan," kata gadis blonde.

"Kalau begitu, maafkan karena mengabaikan kode etik kesatria." Lancelot mengangkat tangan.

Lancelot menghela napas, lalu membalas.

"Tapi, benarkah kesatria di kamp Charlotte lebih kuat dari ordo elite royal guard?" Tanya Lancelot.

"Tidak ada yang bilang," jawab gadis blonde.

"Seorang yang mengaku kepala kesatria rumah penyihir Charlotte berkata demikian," ujar Lancelot.

"Biar aku cari tahu!" Gadis blonde tersebut segera meninggalkan area koloseum.

Nirvana pun terselamatkan berkat gadis blonde tersebut.

***********

Scene berganti dengan Nirvana berada di ruang owner bersama Satella dan gadis blonde itu.

"Yang kamu lakukan kacau sekali, sepupu Stella."

"Iya, maafkan aku. Habisnya aku bingung harus bagaimana."

"Baik, itu saja. Semuanya, aku mau pamit pulang."

Margaret pun pergi meninggalkan ruangan, setelah melapor kepada Satella. Pintu ditutup, lalu Satella merasa pusing karenanya.

"Kacau," gumam Satella.

Kemudian scene berganti lagi. Kini Nirvana mengunjungi rekannya.

Semua sudah ada di pantry, dan sekarang jam makan siang. Sudah lewat jam satu siang malah. Ada empat orang sengaja nongkrong di pantry karena menunggu Nirvana. Mereka Mark, Joan, Leo dan Pete.

"Ajaib, kamu masih sehat." Mark terkejut melihat Nirvana dalam keadaan fit.

"Melawan kesatria terkuat kedua dikerajaan, dan dia bertahan. Ini pantas dirayakan dengan pesta kecil-kecilan. Semuanya ... akan ku traktir kalian!" Mark menanggapi dengan suasana penuh kejenakaan. Seolah tidak berduka atas rekan seprofesinya, yaitu Revi.

"Apa-apaan kau ini bang Pete? Ada rekan yang kena musibah, bukan berduka tapi malah berpesta ria?" Joan mempertanyakan.

"Ayolah, Revi celaka karena ulah sendiri. Sebelum ini dia sering berbuat masalah. Apa kalian tidak menyimpan kekesalan atas yang diperbuat Revi di masa lalu?" Pete bertanya.

"Emang sih, Revi si biang kerok pernah bikin saya dimarahi oleh kepala sekolah yang lama dan juga yang baru. Dia jago berbicara sehingga aku disalahkan atas kesalahan yang tidak ku perbuat. Melempar masalah, dia ahlinya. Tetapi, dipikir-pikir kasihan juga." Mark memberi pendapat.

"Orang itu terlalu sering menghina diriku!" Leo memukul meja.

"Kalian ingat, dulu pernah ada kru penjaga perempuan. Aku hampir dekat, nyaris menjadi kekasihnya. Revi mencemarkan nama baikku, sehingga peluang ku tandas. Alasan Revi, karena dia juga ingin menjadi pasangannya. Alhasil aku gagal, dia juga tidak dapat. Revi memanglah biang kerok!" Joan sedikit emosi.

"Mana ada wanita yang suka dengannya? Ia tidak ada kelebihan sama sekali," balas Leo.

Disini tingkat kekesalan tertinggi adalah Joan. Sementara Leo masih membenci Revi, tapi pada takaran dibawah Joan. Mark juga kurang menyukai Revi, tetapi takarannya paling kearah netral. Sementara senior Pete bertindak masa bodoh.

"Tampang ku lebih minus daripada Revi loh," ucap Nirvana.

"Ah, tidak, kamu menyenangkan. Wajar jika bidadari sekolah yang berambut ungu itu naksir padamu." Mark menyangga ucapan Nirvana yang rendah diri.

"Kamu menyebut Anna bidadari berambut ungu? Bukankah kalian tidak akrab," sahut Nirvana.

"Iya walau aku benci sama sifat pelajar rese itu, aku akui dia amat cantik sih," ucap Mark.

Nirvana menanggapinya dengan tertawa garing.

"Ngomong-ngomong, gimana cara kamu bertahan?" Tanya Joan.

"Iya benar, ini ajaib sekali," tambah Pete.

"Aku memakai trik curang," jawab Nirvana.

Alih-alih menyombongkan diri, Nirvana cenderung merendah.

"Ini lah yang kita suka dari rekan yang satu ini," kata Mark.

"Yap, benar," Joan setuju.

Selesai makan siang, Nirvana pergi menuju diagon alley.

**********

Berjalan di jalan sempit, menoleh kearah kanan dan melihat kastil sekolah yang megah. Tidak butuh waktu lama bagi Nirvana untuk sampai. Pintu dibuka, lalu suara lonceng terdengar. Tidak ada sambutan, karena penjaga toko sedang asik bercakap dengan seseorang. Dari penampilannya, ia seorang shielder.

"Ah, Violetta boyfriend?" Penjaga tokonya menyambut.

"Yo...." Kesatria perisai memberi kesan ramah.

Kemudian penjaga toko mulai bercakap lagi.

"Nah, klien ku ini adalah seorang ketua guild," ujar penjaga toko.

"Serikat petualang?" Tanya Nirvana.

"Bukan, tapi kami tentara bayaran. Kami dibayar untuk pekerjaan yang berkaitan dengan mengatasi segala ancaman. Tapi kami hanya sanggup mengambil pekerjaan yang kurang terlalu berisiko," sanggah kesatria perisai.

"Oh, tentara bayaran," gumam Nirvana.

Guild memiliki arti yang umum sebagai serikat pekerja. Di dunia realistis, kumpulan kasta kesatria akan menjadi kelompok tentara bayaran kalau bicara tentang guild.

"Dan, yah, perkenalkan namaku adalah, Axel Joaquin."

"Nirvana."

Mereka saling berjabat tangan, berkenalan. Nirvana mulai suka dengan keramahan sang kesatria perisai ini.

"Axel ini mudah disukai, karena orangnya ramah," tukas penjaga toko.

"Dan ini kartu namaku. Jika ada permintaan, datang ke guild ku." Nathan memberi kartu namanya.

Beberapa saat kemudian, Axel pun pergi.

"Ada yang bisa ku bantu?" Tanya penjaga toko.

"Bisa buat cincin jempol?" Tanya Nirvana.

"Cincin jempol itu seperti apa?" Penjaga toko bertanya.

"Item tambahan untuk pemanah. Mempermudah memanah, cukup mudah dibuat kok," kata Nirvana.

"Seperti itukah? Tapi aku belum pernah membuat. Aku juga takut salah bikin," balas penjaga toko, dengan perasaan bingung.

Kemudian Nirvana memberikan kertas berisi gambar dan juga keterangan.

"Baiklah, aku akan membuatnya! Maafkan bila nanti kualitasnya gak sesuai harapan," ujar penjaga toko.

Selanjutnya Nirvana akan melihat item. Menunjuk ke kaca etalase tuk membeli potion penyembuhan.

Hanya bisa membeli sedikit healing item. Membeli healing potion yang kualitasnya rendah.

Selanjutnya Nirvana melanjutkan rutinitas seperti biasa. Dua hari berlalu, sejak kejadian di koloseum. Surat kabar terbit, memberitakan tentang kesatria pembual dari keluarga Charlotte. Kacaunya, surat kabar dibaca oleh lord Sebastian, kakek Satella yang pernah menjadi jenderal kesatria. Kemudian raja Abraham IX membaca surat kabar.

Sang raja ditemani bermain catur oleh jendral Gilles.

"Sudah baca koran? Sudah lihat halaman depan berita nya?" Raja menggeser pion.

"Tentang kesatria Charlotte?" Tanya jendral Gilles.

Tidak lama, chamberlain istana, ataupun penasihat datang.

"Teman lama anda datang, baginda raja. Lord Sebastian, datang kemari, rajaku," ujar penasihat.

Raja men-jeda permainan papan catur untuk sementara waktu dan melihat kearah lorong. Pria tua melewati lorong, memberi gestur hormat dari kejauhan. Pria tua tersebut, dulunya gagah dan juga pernah menjabat sebagai jendral kesatria di kerajaan.

"Hormat saya, baginda raja," ucap pria tua.

"Berdirilah, Sebastian!" Titah sang raja.

"Tentang berita di koran. Aku akan mengklarifikasi. Jadi ada sedikit kesalahan disini. Aku mendengar fakta dari cucuku, Margaret, ini membuatku terkejut. Sekali lagi, biarkan aku menjelaskan," ucap lord Sebastian.

"Silahkan," sahut raja.

"Sebenarnya yang ada di koran, merupakan kepala kesatria palsu. Pembual itu, sekalipun tak pernah mencicipi pelatihan di kamp kami. Faktanya kesatria palsu itu hanya penjaga sekolah, akademi yang cucuku, Stella kelola. Stella hanya ingin berpura-pura punya kepala kesatria. Sekali lagi, saya mohon maaf," ujar lord Sebastian, dengan gestur yang menyesal.

"Ah, jadi begitu," sahut raja, seraya memajukan bentengnya. Kemudian raja berkata, "Hei Gilles! Apa kamu punya rekomendasi untuk royal guard yang berkualitas? Aku ingin memberi surat perintah kepada seorang kesatria bertalenta untuk menjadi kesatria Satella. Anak emas yang diramalkan, Stella harus aku berikan perlakuan khusus dari kerajaan." Raja memberi perintah kepada jendral Gilles.

"Tolong perintahkan lah putra bungsuku, yang mulia raja. Gilles ke-dua, beliau satu-satunya darah daging ku yang berkarir sebagai kesatria, yang lainnya menjadi pebisnis. Gilles adalah kru royal guard yang cakap. Tugaskan lah putraku, yang mulia raja." Gilles meminta.

"Mohon ampun, yang mulia raja. Kesatria dari kamp Charlotte lebih dari cukup. Aku akan memberi cucuku, kesatria dari keluarga ku," sanggah lord Sebastian.

"Kumohon, mantan jendral, lord Sebastian. Aku hanya ingin putra bungsuku berkarier dengan baik. Berikan kesempatan untuk putra bungsuku untuk mendapatkan jenjang karir yang bagus di lini militer," ujar jendral Gilles.

"Bagaimana, Sebastian? Apakah usulan jendral Gilles diterima?"

"Perintah anda mutlak, rajaku. Apapun perintah anda, akan aku turuti," balas lord Sebastian.

"Aku perintahkan, Gilles ke-dua, untuk menjadi kesatria Satella!"

Raja telah memutuskan.

Bersambung.

Next chapter