webnovel

Justice sword (Revisi)

Seorang pelajar yang hidup dijaman modern tiba-tiba berpindah kejaman kuno pada universe yang lain. Kekuatan heroine akan mengandung time-loop. Tetapi time loop hanya terjadi di arc 1 saja. Dalam cerita ini Protagonis tidak memiliki kekuatan sihir. Ada fitur untuk mewariskan kekuatan milik penyihir terdahulu melalui benda yang ditanam fragmen jiwa. Fitur ini disebut dengan saint grafik. Salah satunya yaitu sebilah pedang bernama justice sword. Keseruan dimulai ketika protagonis nya mencabut justice sword dari batu. Keseruan dimulai....

Rivana_Nirvana · Fantasy
Not enough ratings
145 Chs

Cerita tentang Enchantress forest

Yang ada disini, tiga orang. Satella, Violetta dan Minerva.

"Nah itu dia orangnya!" Minerva menatap kearah pintu masuk gaib. Sosok yang baru datang adalah Nirvana, dengan pedang fisik ada dipinggangnya.

Nirvana berjalan, berdiri di dekat meja.

"Siapa yang menyerang mu, siapa namanya?" Tanya Satella. Wajahnya agak sebal, terkesan galak.

"Stride," kata Nirvana.

"Orang itu!" Satella mengepal tinju.

Nirvana menarik pedang dari sarungnya. Kemudian pedang itu diletakkan diatas meja.

"Justice sword palsu, yang dimiliki Stride!" Penjelasan dari Nirvana.

"Tinggalkan disini! Nanti biar aku lacak," ujar Satella.

"Duduk!" Violetta memandang Nirvana.

"Ah, iya, Violetta! Kamu ini kuat, kenapa tidak mengambil ujian penyihir kelas S?" Tanya Minerva.

"Aku menghormati Satella. Kalau Satella belum mendapat gelar itu maka aku juga. Aku tidak ingin melangkahi Satella," ujar Violetta.

"Aku akan ambil!" Satella bertekad.

"Ujian mage kelas S harus diikuti dengan format tim dua orang loh. Mari, kita satu tim!" Ajak Violetta.

"Oke," jawab Satella.

Ketiga gadis itu, bersulang cangkir berisi air teh.

"Aku mau kasih tahu. Pemimpin rumah penyihir Scarlett memiliki tangan kanan. Apakah kalian tahu, siapa dia?" Tanya Satella.

Baik Minerva atau Violetta kompak menjawab, "Tidak."

"Salamander," seru Satella.

"Salamander?" Mereka berdua kembali bersuara, kompak.

"Elemental spirit, kelas major, roh agung api telah memilih manusia sebagai inangnya," ujar Satella.

"Aku tidak paham?" Minerva mengangkat bahu.

Satella menatap Nirvana, mengepal tangan. Saat kepalan tangan dibuka, muncul kunang-kunang berwarna mirip salju. Biru, agak putih.

"Kamu ingat ini?" Tanya Satella, menunjukkan kunang-kunang bercahaya.

"Itu yang kamu bilang minor spirit waktu penyerangan Geffenia. Spirit kecil ini pernah melindungi ku dengan memunculkan perisai es," jawab Nirvana.

"Semua pengguna minor spirit itu, mendapatkan spiritnya dari hutan keramat. Di benua utama ada selat besar yang memisahkan benua menjadi dua bagian, timur dengan barat. Di bagian barat dari selat itu terdapat hutan besar yang keramat. Enchantress forest, adalah nama hutannya!"

"Lalu?"

Satella menjelaskan, Minerva bertanya kelanjutannya.

"Di hutan itu ada ribuan elemental spirit. Selain itu ada empat spirit terkuat. Versi major dari elemental spirit, setara great spirit berwujud binatang raksasa berekor banyak. Mereka roh agung api, badai, air, kemudian batu. Ternyata ada satu elemental spirit kelas major lagi. Elemen es adalah yang ke lima."

Satella selesai melanjutkan cerita tentang entitas keramat yang ada di enchantress forest.

"Kapan-kapan kita pergi ke hutan enchantress, yuk." Minerva menjadi begitu bersemangat.

"E--eh, kalau itu, kapan-kapan yah. Stella lagi sibuk, pekerjaan banyak. Kapan-kapan ya," ucap Satella.

Kemudian Satella menoleh kearah Nirvana, memandang beberapa saat.

"Sekarang tugasmu adalah--"

"...."

Satella mengangkat tangan lalu menunjuk kearah Nirvana.

"Carikan aku penjaga yang dapat berakting sebagai kepala kesatria!" Satella memerintahkan.

"Buat apa?" Tanya Satella.

"Untuk menghadiri perkumpulan pewaris rumah penyihir. Bakalan hancur pamor ku kalau ketahuan tidak punya kamp kesatria, pelayan dan ahli ekonomi sebagai kepala urusan internal beserta jajaran tim manajemennya. Bakal ketahuan bahwa sebenarnya aku gak rich."

Berbicara cepat sampai kehabisan napas. Menghirup napas, Satella meneruskan.

"Aku harus punya penyihir yang tersohor sebagai tangan kanan pemimpin rumah penyihir. Lalu, jajaran penyihir kelas S sebagai bawahan. Bahkan, aku saja belum mengikuti ujian penyihir kelas S. Menjadi pewaris rumah penyihir, adalah beban yang berat. Bakalan menjadi aib kalau semua tahu buruknya aku menjalankan rumah penyihir ini."

Diakhir penjelasan, Satella habis napasnya akibat berbicara cepat. Menyender ke sofa, menarik satu napas panjang.

***

Scene berganti dengan Nirvana berjalan di lorong. Tak jauh dari dormitori khusus kru penjaga di sekolah sihir, ada ruangan pantry.

Sebenarnya Nirvana lebih sering berada di kafetaria daripada ruang pantry, karena disana lebih bisa bertemu dengan banyak orang.

Di pantry, terdapat meja bertingkat ala bartender. Di sana ada berbagai bahan. Mulai kopi kelas premium yang lebih rendah kualitasnya dari kopi kafetaria sekolah. Bahan teh hitam dalam jumlah sedikit juga tersedia. Beberapa minuman dari fermentasi anggur juga ada, ada minuman keras ada yang tidak.

Di sini, kru penjaga, karyawan ataupun karyawati bisa membuat sendiri minumannya. Bahkan ada kompor untuk membuat snack ataupun makan siang. Ada oven, biasanya untuk memanggang roti bakar dengan aneka selai. Bahan disini, didanai pemilik sekolah.

Di sana ada staff sedang memakan spaghetti buatan sendiri, dengan bumbu saus yang kelihatan enak.

Khusus guru, baik itu instruktur ataupun profesor mata pelajaran tertentu, punya pantry sendiri.

Kadang ada guru yang membaur dengan staff atau penjaga sekolah dengan cara bergabung disini.

"Sudah lama tidak kelihatan di pantry?" Mark menegur sapa.

"Hai Mark," sahut Nirvana seraya melihat rak kayu dengan kaca yang terdapat aneka bahan. Nirvana lagi fokus memilah apa yang dia mau.

Kira-kira adakah yang menggugah selera?

Banyak krimer, ada banyak jenis bubuk kopi dalam bungkus kertas cokelat. Beberapa jenis sudah di rasakan Nirvana di kafetaria, tapi disini versi lebih ekonomis. Disini terdapat teh hitam, melati, hijau. Bahkan ada gula juga. Bahkan ada pemanis kental yang di campur dengan takaran kecil susu.

"Apa ya," gumam Nirvana.

"Iklim sedang panas, seduh daun melati dengan gula dan es." Seorang penjaga sekolah sebaya memberi usulannya.

"Ide bagus Joan. Tapi aku sedang tertarik dengan teh hijau," balas Nirvana.

Singkat cerita, Nirvana sedang memasukkan es kedalam teh yang dioplos menjadi dingin, berisikan setengah gelas sebelum di tuang tumpukan es batu.

"Apa, berakting menjadi kepala kesatria?" Tanya Mark.

Nampaknya Nirvana sudah selesai menceritakan tujuannya. Mark menaruh telunjuk di dagu, sambil duduk, sikut menyender di meja depan bartender.

"Bagaimana kalau Revi?" Mark mengusulkan.

"Revi terlalu banyak membual. Kemampuan sedikit, ucapannya ketinggian." Joan mengkritik.

"Tapi kan, hanya berperan, bukan bertugas sebagai kepala kesatria. Nirvana bilang, untuk akting saja bukan?" Mark mengangkat bahu, menatap Joan.

"Sial, terlalu tawar." Seorang gagal dalam membuat teh manis dinding miliknya sendiri. Dan itu, adalah Leonardo.

Nampaknya Setelah menetap di dalam kastil ini, Leo sering ada di pantry untuk membaur.

"Leo seperti anak bangsawan yang tidak bisa apa-apa saja," komentar Revi.

Ternyata sosok yang dibicarakan, tiba-tiba datang. Baru saja semua membicarakan Revi, dan tadi dia belum ada di pantry, seketika Revi muncul seperti hantu.

Leo mendesis kesal atas komentar Revi.

"Itu orangnya," seru Mark.

"Nanti saja!" Nirvana merasa agak enggan.

"Ada apa?" Tanya Revi.

"Tadi Nirvana mencari mu, untuk sebuah pekerjaan," jawab Mark.

"Hey, pekerjaan apa?" Revi pun bertanya pada Nirvana.

"Bicarakan nanti, aku sedang bersantai ria," jawab Nirvana.

Revi, satu angkatan dan satu kelas dengan Joan dan Mark sewaktu di akademi militer kota Trost. Artinya mereka semua satu tahun lebih tua daripada Nirvana. Kemampuan mereka pun biasa-biasa saja, jadi hanya menjadi seorang kru penjaga akademi sihir daripada menjadi perwira tinggi militer kerajaan.

Revi memiliki rambut hitam dan mata biru. Tinggi sedikit melebihi Nirvana, termasuk pendek untuk ukuran suku bangsa Vilenchia.