3 BOOK 6 CHAPTER 124

"Phiii?!" Apo pun bangun dan duduk tegak. Lalu menoleh dengan wajah bengkaknya. "K-Kau bangun? Kenapa tidak bilang-bilang?!" katanya kesal.

Itu adalah pukul 8 pagi, dan Apo justru ditoyor Paing karena belum mandi dan makan dari kemarin. Jari Alpha itu pun berpindah pelan dari keningnya, turun lagi. Karena tanpa kata pun Apo tahu, lengan dan badannya pasti begitu sakit.

"Wajahmu lagi-lagi jelek sekali, hhhh " kata Paing separuh bercanda. Namun, Apo tidak lagi berteriak, mengomel, apalagi marah-marah. Dia hanya menabrak peluk sang Alpha, tak peduli bagaimana pun aroma tubuhnya.

"Terima kasih sudah kembali "

"—hei, Apo. Sakit—ssssh " keluh Paing dengan alis berkerut-kerut.

Hal yang membuat Apo tertawa gugup. Bahkan langsung melepaskan karena teringat jahitan di paru-paru.

"Ha ha ha ha ha ha ha. Maaf, maaf. Aku hanya sedang terlalu senang," kata Apo. Lalu tersenyum manis. Dia pun menurut untuk mengambil sarapan pagi, padahal makanan RS --- selezat apapun itu, biasanya tidak membuat Apo selera. Namun, kali ini dia mau makan beberapa sendok. Sesekali menyuapi sang Alpha meskipun perlahan-lahan. Tak masalah. Apo senang dengan kegiatan ini, walau pernyataan Paing selanjutnya membuat dia tertegun.

"Apo, menurutmu apakah ada yang terlewat dari kasusnya?"

"Eh?"

"Ya, maksudku bisa jadi kemarin ada hubungannya?" kata Paing. Karena dia melihat sosok hitam di rooftop gedung restoran, dan itu sama seperti foto penelitian yang Jeff tunjukkan. "Jika iya, maka harus segera diurus. Jadi, besok Bretha bisa melakukan uji balistik perihal ini." (**)

Menurut National Institute of Standards and Technology (NIST) uji balistik atau disebut juga balistik forensik merupakan pemeriksaan yang melibatkan bukti senjata api yang mungkin telah digunakan dalam kkejahatan.

***

"The golden rose is a pain crown."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Apo pun mengurutkan kasus satu per satu. Mulai Pomchay kecelakaan setelah cekcok dengan Anderson. Lalu Mew yang menjebak Pomchay sebagai pelaku tragedi Zeta. Kemudian Mile pulang ke Bangkok untuk mengganti posisi CEO. Pertunangan, lahirnya triplets, pernikahan di Denmark, dan sekarang pertengkaran rumah tangganya dengan Mile—tunggu, tunggu, tunggu rasanya memang ada yang sedikit janggal.

"Amaara " gumam Apo setelah sadar. "Sampai sekarang dia belum ditemukan, Phi. Aku juga tidak perhatian karena Jeff belum ada laporan lagi."

Alis Paing pun naik sebelah. "Kenapa begitu?" tanyanya. "Apa memang si kembaran sudah menyerah? Rasanya mustahil, Apo. Bisa jadi kita hanya tidak tahu saja."

"Rasanya Phi benar juga " batin Apo. "Apalagi aku dan Mile pernah berkelahi dengan Mew di kantor."

"Kalau Phi memikirkan foto-foto stalker hitam itu, Jeff pun pernah mengirimkan buktinya padaku," kata Apo. "Tapi dia sempat minta banyak bodyguard, Phi. Katanya agar berjaga di apartemen."

"Oh "

"Um, soalnya kan penelitiannya terganggu," kata Apo. "Jadi, waktu itu kutempatkan 11 orang. Toh sepertinya memang bahaya."

"...."

"Ada temuan pistol dan lain-lain. Terus rokok, bensol mungkin narkoba juga. Tapi aku cukup menyimpannya di dalam rumah," jelas Apo. "Kupikir, ya yang penting aku tahu laporan dia, Phi. Jadi kubiarkan Jeff yang selesaikan semua."

Paing pun diam sejenak. Dia tampak memikirkan sesuatu. Lalu berkata pelan. "Hmm, mungkin karena proteksimu terlalu kuat. Jadi stalker ini tidak pernah mendekati Jeff lagi," katanya. "Lagipula dia itu hacker, kan? Tipe yang jarang keluar rumah juga."

Tanpa sadar, Apo pun meremas sendok dalam genggaman. "Iya, tapi kenapa yang diserang justru Phi?" tanyanya. "Kan misal dihubung-hubungkan, masuk akal saja kalau Amaara benci padaku."

Mata Paing berkilat tertarik. "Oh, kenapa?"

"Jeff bilang dia kekasih Tuan Mew pas sekolah, kan? Tapi sempat dibuang ke Oslo."

"Hm, lalu?"

"Mew itu pernah berkelahi dengan Mile, Phi. Denganku juga. Intinya dulu ada salah paham," kata Apo. "Dan sampai sekarang masih koma di rumah."

"Oh " desah Paing. "Jadi, intinya Amaara ingin mencelakaimu."

"Iya, tapi kenapa Phi yang malah kena?"

Paing rasa, dia pernah mendengar gosip soal Nadech dan Mew ini dari Luhiang. Sepertinya belum lama juga—pas di kantor bukan sih? Makanya terasa familiar. "Jangan lupa Nadech mungkin ikutan terlibat," katanya. "Bagaimana pun dia pengganti Mew. Maka bisa jadi Amaara punya suatu hubungan dengannya."

"Ah "

"So, entah mereka sebenarnya membenciku, atau justru membencimu. Yang pasti sekarang kita hanya harus lebih hati-hati."

Apo menunduk lesu ketika pipinya dibelai lembut. "Phi benar tapi, kalau ternyata aku memang penyebab semua ini, aku benar-benar minta maaf."

Paing pun menghadapkan dagu Apo padanya lagi. "Hei, dengar yang barusan kukatakan? Kita hanya harus lebih hati-hati " tegasnya, tapi dengan nada kalem. Alpha itu pun membuat Apo terhipnotis dalam tatapannya. Hingga akhirnya mau mengangguk pelan.

"Iya, Phi," kata Apo. Lalu maju untuk mencium sang Alpha, walau momen itu tidak bisa lama-lama.

Kaget kenop pintu ruangan dibuka, Apo pun refleks mundur segera.

"Halo, Phi," sapa Bie Hsu sambil tersenyum. Omega itu membawa buket bunga mawar besar. Tampak segar, dan tentu berkali-kali lipat lebih harum daripada Apo yang belum mandi sama sekali. "Bolehkah aku ikutan menjenguk?" tanyanya.

***

21 Jam sebelumnya.

Begitu keluar dari ruang pertemuan, Mile pun melangkah cepat ke mobil. Alpha itu tampak sangat uring-uringan. Sang manajer sampai kesulitan mengimbangi kecepatannya ke parkiran, bahkan dibentak juga sebelum menyetir pergi.

"CEPAT, Jijia! Kita ke tempat Nadech sekarang juga "

"B-Baik! Baik!" kata Jijia gugup. Manajer Mile itu menaikkan kecepatan hingga spidometer menanjak. Tapi tetap ditinggalkan juga saat sudah sampai.

"Kugumiya! Jangan bilang penembakan itu ada hubungannya denganmu," kata Mile setelah sampai di ruang eksekutif Suppasit Corporation.

Nadech yang sedang bicara dengan sekretarisnya pun menoleh perlahan. "Sebentar " katanya. Namun, karena aroma Mile tajam sekali, Alpha itu pun menyuruh si wanita pergi. "Kenapa? Bukankah kau ingin menjatuhkan Takhon juga? Tidak senang?"

"Brengsek!" maki Mile murka. "Aku takkan protes kalau dia langsung mati, Kugumiya. Tapi kalau begini caranya, bajingan itu akan bergerak lebih waspada."

Nadech pun menahan napas sesaat. Sial, Romsaithong ini tidak main-main kalau sudah marah, Batinnya. "Ha ha ha, tenang, Bung. Kau tidak harus sepanik itu—KHHH!" keluhnya karena mendadak dicekik.

"APA KAU TIDAK PAHAM SIAPA LAWANMU?!" bentak Mile. "Aku sudah cukup kesulitan untuk sampai di titik ini, Bodoh. Dan sebenci-bencinya kepada Mew Suppasit, kau tetap kugandeng untuk mempermalukannya suatu hari."

"Khhhh—Mile—"

"Rencananya sudah kususun baik-baik, Kugumiya," desis Mile. "Kepalaku sampai mau pecah untuk membalasnya dengan caraku—TAPI KAU! Sampai kau membuat kekacauan sekali lagi, aku akan menginjakmu sekalian dengan dirinya nanti—"

avataravatar
Next chapter