webnovel

Ketika baik dan buruk dipertemukan

Hidup tak selalu sejalan dengan keinginan. Bahkan terkadang ada kalanya ia bertentangan dengan aturan yang ada hingga kenyataan akhirnya mengalahkan keyakinan yang telah tertanam di hati. Jeritan hati dan tangisan tak bersuara seakan angin lalu yang berhembus di antara pepohonan. Manakala Allah SWT. Telah berkehendak, maka siapakah yang dapat mencegahnya. Siapakah yang dapat menghalangi-Nya.

Malam sehabis 'isya seorang laki-laki paruh baya duduk di pelataran sebuah toko bangunan yang sudah tutup. Di sampingnya ada sebungkus martabak telor spesial yang telah habis hampir separuhnya. Tiba-tiba saja dia mengatakan hal yang sangat mengejutkan.

"Ketika kebaikan dan keburukan dipertemukan, di sisi manakah kita akan berdiri?"

"Tentu saja di sisi yang baik". Jawabku.

"Bagaimana jika ternyata Allah ada di sisi yang berlawanan?"

"Apakah itu mungkin?" Tanyaku penasaran.

"Tentu saja. Saat hal seperti itu terjadi, apa yang akan kamu lakukan?" Dia menarik nafas panjang lalu bersandar pada folding gate toko bangunan itu. Dia memalingkan wajahnya ke arahku sambil tersenyum.

"Mungkin kamu tidak akan percaya pada apa yang kukatakan tapi kenyataan itulah yang telah menghancurkan keyakinanku dan hampir membuatku berpaling dari-Nya". Ia mengambil sepotong martabak telor dan menawarkannya padaku.

Malam semakin larut, tapi kota ini sepertinya tidak pernah tidur. Sesampainya di kamar aku rebahkan tubuhku di atas bed cover yang beralaskan kardus. Melepaskan lelah setelah seharian bekerja. Di dalam ruangan berukuran 3 meter x 3 meter itu aku merenungkan kembali apa yang diceritakan laki-laki tadi.

Dia adalah anak kelima dari tujuh bersaudara dan sudah lama ia berselisih dengan salah seorang saudaranya. Anak pertama yang menjadi kesayangan ibunya. Sampai-sampai rasa cinta itu telah membutakan mata dan hati ibunya dari "kebenaran". satu hal yang membuatnya heran adalah mengapa selalu saja dia yang mengetahui keburukan dari saudara tertuanya ini. Setiap kali dia katakan pada ibunya, ibunya tak pernah percaya bahkan menuduhnya yang bukan-bukan dan menyuruhnya untuk selalu mengalah dan meminta maaf setiap kali terjadi perselisihan. Saudaranya ini selalu iri pada keberhasilannya dan selalu berusaha menghancurkannya. Berulang kali ia jatuh, lalu bangun kembali. Tapi saudaranya ini tak pernah berhenti sebelum ia benar-benar hancur. Ia tak pernah membalas perbuatan jahat saudaranya ini karena ia yakin dan percaya bahwa Allah selalu berada di pihak yang benar dan keburukan pasti terungkap serapi apa pun disembunyikan. Namun sayang kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Sepertinya Allah tidak memihak padanya. Ia kalah dan hancur. Kesabarannya selama ini telah membawanya pada kehancuran. Ia pun pergi meninggalkan keluarganya dan terusir dari kampung halamannya karena fitnah yang keji dari saudaranya. Ia difitnah sebagai anak yang durhaka pada kedua orang tuanya padahal selama ini dialah yang telah menafkahi kedua orang tuanya dan membiayai kedua adiknya sampai beres kuliah bahkan salah satunya sudah jadi pejabat.

Bertahun-tahun ia berjuang sendiri untuk bertahan hidup dan tetap bertahan pada keyakinan yang semakin lama semakin redup tak ubahnya lilin yang meleleh habis terbakar. Sementara saudaranya yang hidupnya penuh dengan maksiat yang telah berbuat zhalim padanya hidup dalam kemakmuran dan kebahagiaan bahkan sempat pergi ke tanah suci menunaikan ibadah haji.

Bertahun-tahun hidup dalam kesusahan tertatih-tatih berusaha mempertahankan keyakinannya. Namun pertolongan-Nya yang selalu didambakan setiap detik waktu -dalam setiap sholat dan doa-doa yang dipanjatkan- tak kunjung datang.

Selang waktu berlalu aku mendengar kabar dari pedagang martabak bahwa laki-laki itu sudah meninggal. Ia pergi menghadap Sang Pencipta meninggalkan utang yang tak pernah terbayar selama hidupnya. Seandainya aku yang ada di posisinya sanggupkah aku bertahan tetap bersabar dan sujud pada-Nya.