1 1 Menikah Kontrak

"Kamu puas, Mas?" tanya Jeni seraya menarik selimut guna menutupi tubuhnya.

Malam ini adalah malam ke lima Jeni berkencan dengan lelaki berusia 35 tahun yang bernama Jefri. Padahal ia sadar betul bahwa Jefri sudah beristri dan mempunyai dua orang anak dari pernikahannya.

Namun, kebutuhan ekonomi keluarganya semakin tercekik selepas ayahnya meceraikan Ibunya demi wanita lain, perih rasanya menerima kenyataan semua itu akan tetapi, sebagai anak ia selalu terlihat kuat dan tegar demi Ibunya. Setiap harinya ia selalu pergi dengan dalih berkerja sebagai penjaga toko di sebuah mall di Jakarta Utara, padahal itu semua hanya dusta. Ia terpaksa menjadi simpanan seorang lelaki yang mempunyai jabatan CEO yang nyatanya sudah beristri.

Ah, Jeni tak perduli akan hal itu manakala mengingat Ayahnya yang pergi demi wanita lain. Ia pun terpaksa menjadi simpanan CEO muda itu semata-mata hanya demi memenuhi kebutuhan dia dan ibunya.

Sampai akhirnya, malam ini adalah malam ke 5 bercinta dengan lelaki yang telah menyewanya untuk 5 bulan. Ya, lebih jelasnya Jeni dan Jefri telah melakukan kawin kontrak yang tertanda tangan di atas hitam dan putih hanya untuk 5 bulan saja.

"Kamu puas, Mas?" tanya Jeni seraya menarik selimut berwarna putih guna menutupi tubuhnya.

Lelaki itu menyeringai dengan raut wajah lelah. "Puas banget, Sayang. Semakin hari semakin jago saja permainanmu. Rasanya enggak rugi aku mengeluarkan uang 1 milyar untuk 5 bulan bersamamu. Apalagi saat malam pertama denganmu, kamu benar-benar masih perawan asli," ungkap Jefri sambil mengelus pipi Jeni yang malam ini menuntaskan kewajibannya.

Tersungging raut wajah senang mendengar pujian dari Jefri, suami sementaranya. "Tentu dong, Sayang. Kan kamu sendiri yang ajarin. Aku mau mandi dulu ya."

Jeni beranjak dari tempat tidur setelah sebelumnya mengecup pipi Jefri terlebih dahulu, kemudian ia pergi ke kamar mandi guna membersihkan tubuhnya dari sisa permainan malam ini.

Menjadi istri simpanan seorang CEO merupakan keberuntungan tersendiri buatnya di tengah keterpurukan kisruh rumah tangga orang tuanya dengan setumpuk pil pahit yang terpaksa harus ia telan semua.

Hal yang ingin ia dapatkan saat ini, mengumpulkan uang yang banyak demi memenuhi kebutuhan finansial dia dan ibunya.

1 miliar sudah di depan mata. Jefri akan memberinya imbalan 200 juta di setiap bulannya dan melunasinya dengan total 1 miliar di bulan ke lima. Bagi seorang CEO seperti Jefri, rasanya tidak rugi menggelontorkan uang 1 miliar untuk seorang gadis perawan seperti Jeni, sementara jadwal bekencannya hanya seminggu 2 kali saja agar istrinya tidak curiga.

Hari berganti dan berjalan begitu cepat, hari-hari Jeni hanya di lewati dengan melayani Jefri dan di sisa waktunya ia isi dengan merawat tubuhnya di sebuah salon kecantikan di Jakarta Utara agar selalu terlihat cantik di hadapan suami sementaranya.

Ibunya tak pernah tahu dengan tingkah Jeni yang mulai nakal, yang ia tahu Jeni bekerja di sebuah mall sebagai penjaga toko kosmetik.

Bulan ke 5 perkawinan kontraknya bersama Jefri, lelaki berperawakan tinggi berisi itu seakan tak ingin melepaskan Jeni yang mulai ia cintai.

Sampai tiba di malam terakhir pernikahannya bersama Jeni.

"Jen. Aku tak ingin menyudahi pernikahan ini!" ucap Jefri setelah mereka melakukan hubungan intim di malam terkahir pernikahannya di atas kertas yang bertanda tangan di atas materai.

Jeni terkejut mendengarnya. "Ta-tapi, Mas-"

"Kenapa? Kamu tak ingin melayaniku lagi?" tanya Jefri seraya mengernyitkan dahi.

"Bukan seperti itu, Mas. Aku sudah terlanjur daftar untuk melanjutkan kuliah setelah sebelumnya cuti. Aku hendak melanjutkan kuliahku yang sempat tertunda dan hari-hariku akan di sibukkan dengan tugas-tugas kampus. Aku takut kalau nanti aku tak fokus padamu, Mas," sanggah Jeni.

Ia memang sudah berniat akan melanjutkan kuliahnya demi cita-cita yang sempat tertunda. Karena sisa uang yang di berikan Jefri masih banyak dan ingin ia manfaatkan untuk masa depannya.

"Oh ya! Aku akan dukung kamu, Jen. Jika kamu perlu uang lagi, bicara sama aku ya," ucap Jefri seraya mengecup kening Jeni.

Tekad Jeni memang sudah bulat akan merubah hidupnya ke arah yang lebih baik. Ia tak mau terus-terusan menjadi wanita simpanan, ia juga ingin seperti wanita lain yang mempunyai suami sah dan anak-anak yang lucu. Melihat ibunya bahagia bahkan satu-satunya haparan terbesar saat ini.

"Tidak usah, Mas. Uang yang sudah kamu berikan itu sudah cukup kok. Aku juga sudah melunasi biaya kuliahku sampai selesai dan sisa uangnya aku pakai untuk modal usaha membuka online shop untuk biaya sehari-hari." Jeni memperjelas ucapannya dan tak ingin menerima uang dari Jefri lagi karena tak ingin berhutang kontrak terus-terusan dengannya.

"Kamu memang cerdas, Jen. Selain jago di ranjang kamu juga jago dalam mengatur keuangan." Jefri memuji wanita berlesung pipit itu dan kembali mengecup pipinya. Terlihat betul ia tak ingin melepaskan Jeni dari genggamannya.

Namun, Jefri tak bisa memaksakan kehendaknya karena dari lubuk hatinya yang paling dalam ia memang menaruh rasa cintanya pada Jeni.

"Aku pasti merindukanmu, Jen." Bisiknya lembut.

Jefri kemudian mengambil ponsel di atas nakas dan memainkan jempolnya di layar ponsel pintarnya.

"Ini, sudah aku transfer 300 juta untukmu sebagai pembayaran bulan teakhir pernikahan kita," ucapnya seraya memperlihatkan layar ponselnya pada Jeni.

"Lho, kok 300 juta. Bukankah sisanya hanya 200 juta?" tanya Jeni keheranan.

"Tidak apa-apa, yang 100 juta sebagai bonus karena permainanmu selama 5 bulan ini sangat memuaskanku," jawabnya berbisik.

Jefri memang satu-satunya lelaki yang ia kenal sangat baik. Tutur katanya yang sopan dan selalu pengertian terhadapnya.

Akh, andai saja ia belum beristri pasti Jeni tak akan mau berpisah dengannya. Di usianya yang berjarak 12 tahun saja tak mengurangi rasa kagumnya terhadap lelaki gagah nan tampan seperti Jefri. Namun, ia tak ingin terlalu lama bermain dalam kubang kebohongan, menyakiti sesama wanita terus-menerus adalah bukan tujuannya. Andai saja tidak terpaksa rasanya ia tak akan mau menjadi istri simpanan suami orang.

Tapi, sekarang ia sudah mampu terlepas dari genggaman Jefri. Meskipun lelaki itu terlihat tampan dan mapan, tapi ia bukanlah lelaki idaman Jeni dan tak sedikitpun ia menaruh rasa cinta terhadap CEO itu.

"Terima kasih ya, Mas," ucapnya setelah melihat bukti transferan yang di sodorkan Jefri terhadapnya.

"Sama-sama, Sayang. Tapi, jika kamu mau melanjutkan kawin kontrak bersamaku, aku siap membayarmu 3 miliar untuk 5 bulan lagi." Jefri kembali menyodorkan tawarannya.

Mata Jeni terbelalak mendengar angka itu, bayangkan saja 3 miliar dalam 5 bulan ia bisa membeli rumah baru beserta isinya bahkan untuk sebuah mobil mewah sekelasnya.

Jangankan untuk bermimpi, membayangkannya saja rasanya tidak pernah untuk seorang wanita berkelas rendah seperti Jeni.

Jefri memang tak rela melepaskan Jeni, karena ia tahu betul saat menikahinya, Jeni memang masih perawan asli dan bukan wanita nakal yang sering menjual diri. Ia cukup menyesali, coba saja dulu tidak kawin kontrak mungkin tak akan berpisah selagi sayang-sayangnya. Ia tak pernah menyangka akan menaruh rasa cinta seberat ini pada Jeni, sang istri simpanan.

"Hei! Kenapa melotot!" Jefri mencubit hidung mancung Jeni dengan raut wajah yang masih saja tercengang.

Jeni menelan saliva. "3 miliar, Mas! Yakin?"

avataravatar
Next chapter