webnovel

Tugas Bahasa Inggris

Dua manik bulat milik Zerina perlahan terbuka saat rungunya samar-samar mendengar suara ketukan yang berasal dari luar kamarnya. Masih dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, gadis itu turun dari tempat tidur dan menyeret kakinya dengan malas mendekati pintu. Salah satu alisnya terangkat ke atas begitu mendapati seorang perempuan yang berwajah sepertinya berdiri di depan kamar.

"Loh, Zalin udah pulang?"

Zalina mengangguk. Kemudian dia menyodorkan satu kantung paper bag kepada Zerina. "Aku sama bunda udah makan malem di luar, Ze. Terus, ini aku bawain makanan buat kamu. Oh iya, ada lagi." Gadis itu mengeluarkan sebuah jepit rambut warna biru muda dari saku roknya. "Aku sengaja minta bunda beliin ini buat kamu biar kalau belajar, ponimu gak nusuk mata terus," lanjutnya. Setelahnya, dia mengulas senyuman manis yang cantik.

"Kamu repot-repot banget sih, Zal. Btw makasih, ya." Zerina ikut tersenyum seraya mengambil paper bag serta jepit rambut dari tangan Zalina.

"Gak repot, Zeze. Aku malah seneng ngebeliin sesuatu untuk kakak kesayangan aku ini. Hihihi!" balas Zalina. Setelah itu dia menepuk pelan bahu Zerina tanpa menghilangkan senyuman di bibir merahnya. "Omong-omong, aku balik ke kamar dulu ya, Ze. Mau istirahat. Kaki aku baru kerasa pegelnya gara-gara nemenin bunda nih."

Zerina tersenyum tipis seraya menganggukkan kepala. "Selamat istirahat, Zal." Namun perlahan, senyuman di bibirnya memudar saat adik kembarnya luput dari pandangan setelah memasuki kamar di sebelah ruangannya. "Kamu beruntung, Zalina. Bisa menghabiskan waktu banyak sama bunda. Gak kayak aku yang gak dianggep lagi sama beliau," gumamnya dengan lirih.

"Udah, Ze. Gak usah mellow gitu kenapa, sih? Masih untung nasib lo gak kayak Cinderella," lanjutnya. Setelah menghembuskan napas panjang dan berat, Zerina kembali ke ruangannya. Lantas, gadis itu meletakkan paper bag serta jepit biru muda itu di meja belajar.

"Kayaknya ada yang belum gue lakuin deh. Apa ya?" tanya Zerina kepada dirinya sendiri. Matanya menyeluruh, memandangi satu per satu objek di kamar demi mengingat kembali sesuatu yang ia lupakan. Namun sesaat kemudian, gadis itu memukul dahinya pelan.

"Astaga iya! Gue lupa ngecas hape!" Lantas, Zerina segera mengeluarkan ponselnya dari ransel kesayangannya. Usai mengisi daya telepon genggamnya, gadis itu segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan badan serta meringankan beban yang kembali menghantam kepalanya.

Kisaran beberapa menit setelahnya, Zerina keluar dari kamar mandi. Usai mengganti pakaian dengan celana pendek warna hitam serta kaus oversized warna cokelat, gadis itu bergegas menduduki kursi di depan meja belajar. Selanjutnya, dia mengeluarkan sebuah mangkuk berbahan karton dari paper bag. Seulas senyuman mengembang di bibirnya ketika ia membuka tutup pada mangkuk tersebut.

"Chicken teriyaki!" pekik Zerina dengan girang. Selepas menguncir rambut panjangnya, perempuan manis itu segera mengeksekusi salah satu makanan yang ia sukai tersebut. Pupil matanya melebar, memancarkan ekspresi gembira saat makanan khas negara Jepang itu bersinggungan dengan liur di dalam mulutnya. "Enak banget sumpah, aaaa! Selamat makan, Zerina!"

Zerina menyuap makanan itu dengan lahap. Sesekali senyuman lebar merekah di bibir ketika potongan daging ayam dan nasi memasuki mulutnya. Sejenak dia melupakan kesedihan akan sikap pilih kasih sang bunda kepadanya. Memang, makanan adalah salah satu pelarian yang tepat untuk mengobati suasana hatinya, meskipun hal itu hanya berlangsung selama beberapa saat.

Ping!

Zerina menjeda sejenak kegiatan makannya ketika mendengar telepon genggam yang tergeletak di atas laptop yang tertutup berbunyi cukup nyaring. Ia mengerutkan kening ketika membaca nama Jenggala pada pemberitahuan di layar persegi panjang tersebut.

"Jenggala ngapain ngechat gue?"

{Zerina Anindita Sabhira.]

[Jangan lupa kerjain PR Bahasa Inggris gua.]

"Ck. Apaan sih udah kayak rentenir aja? Nyebelin amat jadi manusia," gerutu Zerina sambil berdecak kesal. Selanjutnya, dia mengetik pesan balasan kepada pemuda itu.

[Y. G ush bawel.]

Ping.

[Gak bawel, Ze. Hanya mengingatkan :)]

"Hadeh, dasar beban. Bisa-bisanya gue sekelas sama manusia modelan begini," lanjut Zerina sembari mendengus. Setelah itu dia meletakkan ponselnya kembali ke tempat semula, tak berniat membalas pesan Jenggala lagi. Kemudian ia kembali meneruskan kegiatan makannya yang sempat terhenti beberapa saat.

***

Zerina kembali ke kamarnya selepas menyelesaikan dan membuang sampah bekas makan malamnya di dapur, Gadis itu mengeluarkan buku LKS miliknya dan Jenggala dari tas kemudian meletakkan dua benda tersebut di atas meja. Setelah itu dia mendaratkan bokongnya lagi pada kursi belajar.

"Gue kerjain punya sendiri dulu deh. Habis itu baru punya si kambing," gumamnya sambil membolak-balikkan halaman pada buku miliknya sendiri. Sesaat, dia menghembuskan napas panjang saat tangannya berhenti menggerakkan lembaran kertas tepat di halaman 25. "Wow, banyak juga, ya. Bisa gempor tangan gue ngerjain seratus soal dalam dua buku sekaligus."

"Mana kebanyakan teks semua lagi."

"Ah, elah! Ini si Jenggala ngapain ngechat gue lagi, sih? Ck." Zerina berdecak lagi ketika nama Jenggala muncul kembali pada notifikasi di telepon genggamnya. Walaupun malas, gadis itu tetap mengambil benda persegi empat tersebut demi membuka pesan dari salah satu teman sekelasnya ini.

[Udah dikerjain blm?]

Zerina mendengus, kemudian segera mengetik pesan balasan untuk pemuda itu.

[Blm. Baru aja mau gue kerjain.]

Ping! Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel milik Zerina lagi.

[Lama bat.]

Zerina menarik napas dalam-dalam sambil mengeratkan ponsel yang digenggamnya. Sebenarnya, dia sudah menyiapkan berbagai macam kalimat umpatan yang ditujukan untuk laki-laki berambut hijau kebiruan itu. Namun untungnya, Zerina masih bisa berpikir waras. Dia memilih mengabaikan pesan dari Jenggala lalu mulai mengerjakan tugasnya.

[Kerjainnya yg bener. Jgn asal2an]

[P]

[Zerina]

"Ck. Nih cowok bawelnya ngalah-ngalahin gue, deh!" gerundel Zerina. Gadis itu meletakkan pulpennya sejenak, lalu mengambil ponselnya kembali untuk mengetik pesan balasan kepada Jenggala.

[G ush bct atau ga gue kerjain sama sekali.]

[Skali lg lo ngechat, gue bakar buku LKS lo, Jenggala Kalandra Byantara.]

"Awas aja habis ini dia ngechat gue lagi," ucap Zerina sambil mendengus pelan. Setelah itu dia meletakkan kembali telepon genggamnya di atas laptop. "Gue matiin data dulu deh biar gak keganggu si kambing," sambungnya. Lantas, dia mengambil ponselnya sejenak dan mematikan kuota datanya.

"Dari tadi kek, Ze. Daripada lo naik darah gara-gara ngebalesin chat dari si Gala," gumam Zerina seraya mengambil pulpen yang tergeletak di atas buku LKSnya.

Beberapa saat kemudian, keheningan menyelimuti ruangan yang didominasi dengan warna biru muda itu ketika si empunya ruangan mulai tenggelam dalam soal-soal yang tercantum dalam buku tersebut. Zerina kerap kali menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil meringis ketika menemukan soal yang menurutnya sulit. Namun, tak jarang ia juga tersenyum semringah ketika berhasil mengerjakan soal yang lebih mudah.

Zerina terlalu serius berjibaku dengan soal-soal dalam buku LKS hingga tak menyadari jika malam semakin larut. Sesekali dia menggosok matanya yang berair akibat rasa kantuk yang mulai berkuasa di tubuhnya. Demi mengusir kantuk, perempuan manis itu bangun dari tempat duduknya. Dia merentangkan tangannya agar otot-otot bahunya dapat meregang seperti sedia kala. Selanjutnya, dia menghempaskan badannya di kasur sembari melirik ke arah jam dinding yang ditempel di atas televisi.

"Udah jam sebelas, ya? Pantesan aja dari tadi gue ngantuk terus," gumam Zerina. Selanjutnya, perempuan itu menggeser posisinya agak ke tengah kasur. "Duh, parah ngantuk banget ini. Punya si Gala belum kepegang sama sekali pula.

"Huh, bisa gak sih gue gak usah ngerjain? Tapi kan gue udah janji juga sama dia. Ah, gak tau! Besok aja gue urusin punya si Gala."

Setelah berkata demikian, Zerina mulai memejamkan mata dan masuk ke dalam dunia mimpinya.