webnovel

Berlomba dengan waktu

Melalaui hari-hari bersama dengan keluarga adalah hal yang sejak lama hilang dalam kehidupan meri. Momen liburan bersama kakak, bermain dengan adik-adiknya, mencurahkan isi hatinya kepada sang ibu atau sekedar menemani ayahnya bekerja adalah peristiwa langka yang sangat di rindukannya.

Akhirnya, dia mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan itu semua. Setelah dua hari berdiam diri di rumah. Meri memutuskan untuk ikut ke acara peresmian hotel kakak sulungnya. Ibu meri membantu putrinya itu bersiap-siap, selain selera fashion yang lumayan baik, tak ada lagi yang bisa dijadikan keahlian dari putrinya itu. Meri berbakat di bidang akademis namun dalam bidang make up, meri benar-benar tidak bisa dan jauh dari kata mahir.

Setelah mendandani putrinya, ibu meri juga membantu meri memilih gaun yang pas. Dengan gaun berwarna merah dengan bagian bahu terbuka, serta sebuah kalung mutiara cantik melingkar di lehernya. Dipadukan dengan riasan natural dan rambut di sanggul asal membuat aura meri memancar.

Meri memilih sendal dengan heels 10 cm dengan mempertimbangkan tinggi rido yang akan menemaninya. Tinggi badan rido selisih 15 cm dari tinggi badan meri. Jika dia memilih heels 15 cm akan canggung jika wanita dan pria memiliki ringgi yang sama.

Ibu membantu meri menuruni tangga dan menemukan tatapan takjub dan terpesona di wajah rido.

"wow, apa ini sungguh adikku?" rido masih terpelongo saat meri sudah melingkarkan tangannya dilengan kakaknya itu.

"tentu saja. Apa kau ingin aku menjadi adik orang lain?" canda meri.

"Mmm, sangat di sayangkan kau adikku, jika tidak aku pasti akan jatuh cinta" balas rido.

"kalian sudah terlambat. Pergilah" ibu meri menunjuk ke arah jam dinding di ruang keluarga.

"kenapa ibu tidak pernah ikut di acara seperti ini?" tanya meri.

Sangat mengherankan ayahnya mendapat julukan raja tambang tapi ratu nya tak pernah terekspose.

"ibu akan pergi menjemput adikmu nanti. Kalian akan terlambat jadi pergilah" usir ibu.

Rido kemudian membawa adiknya itu ke tempat acara. Di sana sudah ramai pengunjung. "kau akan menjadi pusat perhatian hari ini. Bersiaplah mengungkap identitasmu" ujar rido saat akan turun dari mobil.

"kakak, jangan bicara apapun pada media, aku tahu mereka akan mengira aku sebagai kekasihmu. Jadi biarkan saja begitu. Ok!" meri setengah mengemis saat mengungkapkan permohonannya itu.

"baiklah"

Mereka kemudian turun dan berjalan di red karpet. Benar saja, semua orang penasaran dengan sosok cantik jelita yang di gandeng rido. Meri hanya melempar senyum malu seakan ingin menambah keyakinan media bahwa dia adalah kekasih rido. Rido melingkarkan tangannya dipinggul meri agar berada di sampingnya. Meri dengan malu menunduk dan hanya memegang tas nya, berjalan santai menuju tempat peresmian.

Ditempat itu, sudah ada kakak sulung dan ayah meri. Saat selesai acara pemotongan pita, para tamu melanjutkan dengan menyantap hidangan yang telah disiapkan. Meri tak sedikitpun mau melepaskan tangan rido. Melihat adiknya seperti itu, rido hanya bisa tersenyum dan memperkenalkan adiknya itu kepada rekannya. Dia hanya memberitahu nama lengkap meri dan tidak menyebutkan bahwa dia adalah adiknya. Meri mengerti strategi kakaknya yang menciptakan biar persepsi. Setelah berfoto dengan kolega ayahnya, bahkan tak sedikit pria yang meminta berfoto dengannya, namun rido dengan tegas menolak ajakan itu untuk menjaga adiknya.

Rido sangat memahami adiknya yang tak menyukai menjadi pusat perhatian, oleh karena itu setelah acara selesai. Rido tak duduk untuk berkumpul dengan temannya, dia memilih untuk segera mengantar meri pulang.

Saat akan masuk ke mobil, jackob datang menghampiri mereka.

"jackob, sedang apa kau di sini?" tanya rido

"jika kau tidak keberatan, aku ingin mengajak meri berjalan-jalan sebentar" ujar jackob meminta izin.

Meri menatap rido dengan pandangan tajam yang berarti dia tidak mau pergi dengan pria itu. Namun sayangnya, rido justru mengizinkannya.

"mari ke mobilku" jackob berusaha selembut mungkin dalam memperlakukan meri. Meri hanya bisa merengut dan menatap rido dengan kemarahan. Rido membalasnya dengan tersenyum menyemangati.

"bang jack, kau mau membawaku kemana?" meri mulai gusar melihat jalan yang mereka lewati semakin sepi dengan hutan di kiri kanan. Jackob tak mengindahkan pertanyaan meri.

"bang jack, kita akan pergi kemana? Mengapa kita melewati hutan?" meri menggenggam erat sabuk pengamannya karena jackob yang semakin menambah laju mobilnya.

Jackob menarik meri keluar ketika mereka sampai di sebuah villa yang luas dikelilingi hutan dan berada di bukit yang jauh dari hingar bingar kendaraan.

" bang jack, kau mau apa membawaku kemari" meri ketakutan melihat situasi sekitar yang benar-benar sepi.

Jackob menarik meri masuk ke sebuah kamar dan mengunci pintu. Meri semakin gelisah menyadari bahwa mereka hanya berdua saat ini.

'kakak, kau dalam masalah besar jika sampai terjadi sesuatu denganku' batin meri. Dia lebih memikirkan keadaan kakaknya jika sampai malam dia tak kembali. Jika terjadi sesuatu, ayahnya pasti tak akan memberinya izin untuk tinggal di new york sendiri.

"bang jack, kau pria berpendidikan. Tindakanmu sekarang akan merusak nama baikmu" meri mencoba mengingatkan jackob.

"apa kau pikir aku peduli. Aku akan mengurungmu di sini. Membuatmu hamil anakku, dengan begitu kau tidak akan bisa menolakku lagi" jackob mengatakan rencananya dengan pandangan tajam seakan siap memangsa.

"apa kau pikir semudah itu memaksaku?"

"meri, aku sudah memilihmu sejak dulu. Tidak bisakah kau memandangku saja?"

"aku memilih mati daripada tidur apalagi mengandung anakmu" meri sudah muak bersikap lembut di hadapan pria brengsek ini.

"baiklah, aku akan memberimu waktu untuk memikirkannya"

***

Sudah dua hari sejak jackob dan meri menghilang. Ayah meri mengerahkan semua relasinya untuk mencari keberadaan putrinya. Saat mencoba melacak ponselnya, itu sama sekali tak berhasil karena posel dan kartu perdana yang dia gunakan terdaftar atas nama andre.

Rido mendapatkan kemarahan dari ayah dan kakak-kakaknya, hanya ibu meri yang tidak bisa meluapkan amarahnya, karena menangis sepanjang hari. Ridho semakin menyesal saat mengingat ekspresi terakhir adiknya yang begitu enggan untuk pergi bersama jackob.

Seluruh media dipenuhi dengan berita hilangnya putri semata wayang sang raja tambang. Tidak hanya media cetak atau pertelevisian, beritanya bahkan memenuhi laman media sosial dan berita online. Andre yang saat itu berada di new york mendapatkan berita itu dari boy. Andre dengan cepat mengonfirmasi kebenaran berita itu kepada ibu meri.

Mendengar ibu meri yang hanya bisa menangis, perasaan andre semakin kacau. Dia hampir tak bisa berpikir jernih. Andre segera menelfon boy untuk menuju toko ponsel dan toko kartu tempat meri membelinya. Untuk mengetahui atas nama siapa ponsel dan kartu itu terdaftar. Sambil menunggu informasi dari boy, andre segera memesan tiket untuk penerbangan ke indonesia.

"meri, sudah dua hari. Semoga kau baik-baik saja" andre menatap foto meri di ponselnya dan perasaannya semakin kacau.

Setelah tiba di bandara deputi amir waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore dan itu berarti sudah masuk hari ketiga meri menghilang. Andre menelfon boy untuk menanyakan informasi tentang meri.

📞"boy ada informasi lagi?"

📞"iya, beruntungnya meri mendaftarkan ponsel dan nomor telepon nya menggunakan identitasmu jadi aku berhasil melacak lokasi terakhirnya sebelum akhirnya sinyal ponselnya terputus, dari yang ku lihat. Dia berada di perbukitan sebelah selatan kota pangkal pinang"

📞"apa ada petunjuk lain?"

📞"dia terlihat terakhir kali bersama dengan jackob, pewaris perusahaan JR corporate. Aku menemukan sebuah villa di sekitar bukit itu yang terdaftar sebagai aset JR corporate"

📞"baiklah, terimakasih boy"

📞"andre, ini sudah hari ketiga, ku harap kau bisa menerima keadaan terburuk sekalipun" boy berusaha menguatkan sahabatnya itu.

📞"aku tahu" andre segera menutup telfon dan menuju ke lokasi yang di kirimkan boy.

Pikirannya berkecamuk menepis kemungkinan buruk yang terjadi namun juga mencoba menguatkan dirinya jika memang dia sudah terlambat. Baginya, selama meri masih bernyawa tak akan jadi masalah bagaimanapun kondisinya.

Bagaimanapun dia hilang bersama laki-laki yang sangat memujanya, dalam waktu 3 hari sulit di bayangkan jika tak terjadi sesuatu di antara mereka.

Di tempat lain. Jackob memaksa meri makan di hadapannya. Saat ini meri berada di ruang makan yang panjang namun sunyi mencekam. Sudah 2 hari meri menolak untuk makan apapun yang di berikan jackob. Badannya hampir tak bertenaga sama sekali. Walaupun dalam kondisi lemah, meri tetap tidak bisa menyerah saat jackob mau memaksa menidurinya. Jackob sampai kewalahan dan hampir saja kalang kabut dengan memukuli meri. Dia akhirnya memikirkan cara lain dengan mencekoki meri obat perangsang.

Wajah meri sudah penuh dengan lebam akibat pukulan yang dilayangkan jackob. Meri terpaksa makan saat ini karena jika tidak memiliki energi, bagaimana dia bisa melawan pria menjijikkan di depannya itu. Memberikan kesuciannya begitu saja tanpa perlawanan merupakan bunuh diri yang paling keji baginya.

Jikapun harus kehilangan kehormatannya, setidaknya dia akan memastikan memberi perlawanan karena kehormatannya juga berhak menerima perjuangan yang pantas. Meri menghabiskan makanannya dengan cepat dan menghabiskan air minumnya.

Tak berselang lama, tubuhnya mulai merasa panas dan detak jantung tak beraturan. Karena pengetahuannya di bidang kesehatan yang tak bisa di remehkan dia segera tahu bahwa minumannya sudah dicampur dengan afrodiac.

'bajingan ini masih saja tidak mau menyerah. Dia benar-benar berusaha keras untuk membuatku jatuh di ranjangnya' batin meri.

Meri berusaha setenang mungkin dan menahan efek obat itu. Dia berjalan dengan santai menjauhi jackob agar tak membuatnya curiga. Saat hampir mencapai pintu kamar, dia sudah tidak bisa menahannya lagi. Meri segera berlari dan membanting pintu kamar serta menguncinya. Dia membuang kunci kamar itu keluar melalui ventilasi udara.

Menyadari obat itu sudah bereaksi, jackob berlari mencoba membuka pintu kamar yang sudah dikunci meri.

Terdengar teriakan dari dalam. Terkadang suara teriakan itu berubah menjadi desahan panjang.

"meri buka pintunya" teriak jackob sambil berusaha mendobrak pintu.

"meri, buka. Kau akan merusak syarafmu jika menahannya" jackob masih terus berusaha mendobrak pintu.

Meri meringkuk mencengkram kaki ranjang untuk melawan birahinya yang semakin memuncak.

"gadis ini, apa kau benar-benar memilih mati daripada tidur denganku ha?" jackob mulai kehabisan kesabaran.

Meri sudah mulai kesulitan menahan nafsunya. Dengan sisa-sisa kesadarannya, dia bergegas menuju kamar mandi. Menguncinya kemudian membuang kuncinya ke kloset. Meri menyalakan kran air dingin di bath up. Dan berendam di dalamnya untuk bisa mengurangi libidonya.

Sementara itu jackob sudah berhasil mendobrak pintu kamar. Namun mendapati meri mengunci dirinya di kamar mandi membuatnya semakin marah. Dengan sekali tendangan, pintu itu terbuka.

Mendapati meri yang mulai gemetar kedinginan di dalam bath up membuat jackob semakin marah.

"baru kali ini aku menemukan gadis keras kepala sepertimu" jackob mengangkat meri keluar dari kamar mandi. Masih dalam keadaan basah kuyup jackob melempar meri ke kasur. Meri sudah tidak bisa melawan jackob lagi, menahan agar tak mengemis untuk di tiduri baginya sudah lebih baik untuk saat ini.

Jackob tersenyum penuh kemenangan melihat meri yang hanya meringkuk menahan gairah seksualnya. Dia tidak ingin terburu-buru, meniduri gadis ini hanya perihal waktu saja.