8 Dua Bayangan

Di malam hari yang sunyi nan tenang itu seakan menemani Bintang yang tengah melamun, ia masih saja memikirkan tentang syarat yang di ajukan oleh Galaxi, hembusan angin malam itu menyapa beberapa helai rambut Bintang terurai panjang. Tatapan kosong ke arah luar jendela menggambarkan bahwa pikirannya itu sedang bergelut dengan batinnya.

Dert… Dert… Dert….

Dering singkat di ponselnya itu seketika menyadarkannya dari lamunan yang begitu dalam. Pandangannya itu pun teralihkan kepada ponsel yang bergetar singkat di atas kasurnya. Bintang pun mengambil ponselnya lalu ia membuka pesan di ponselnya sembari tiduran tampaknya ia benar-benar sangat lelah.

"Nomor baru?" gumamnya setelah melihat nomor yang sangat asing itu di kotak masuk pesannya.

[Besok bawa Laptop]

Isi pesan singkat di ponselnya itu tampak terlihat singkat, padat dan jelas. Namun, Bintang bingung siapa yang mengirimkan pesan tanpa nama itu, bahkan poto profil di whatsap itu hanya foto seekor kucing merek Persia.

"Kucing siapa nih yang tiba-tiba nyuruh aku bawa laptop! Tapi kok gini amat pesannya ya!" gumam Bintang. Dan ia pun segera menekan bio di nomor telepon itu, lalu alangkah terkejutnya ia setelah melihat tulisan di bio nomor telepon yang tidak di kenalnya itu.

"Galaxi Andromeda!" sahutnya sembari kedua matanya membola besar dan mulutnya itu mengaga.

"Aaa…. Tidak….! Kenapa ia tahu nomorku! Astagfirullah….," ucapnya sembari mengusap dada. Ia berusaha mengontrol nafas dan tidak terbawa emosi, rupanya pesan singkat itu berasal dari Galaxi sehingga membuat Bintang yang sedang bergelut dengan pikirannya itu semakin tak karuan saja setelah mendapati Galaxi yang sudah mengetahui nomor ponselnya.

***

Pagi hari pun tiba, tampak terlihat dua sejoli yang memiliki wajah sama itu berjalan melewati gerbang rumahnya bersiap untuk berangkat sekolah kembali.

"Kamu kok loyo banget pagi ini" tanya Bulan heran.

Bintang hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis, tanpa menjawab pertanyaan adiknya itu. Dan tampaknya Bintang terjaga kembali dari tidurnya sehingga yang ia rasakan di pagi hari hanyalah rasa kantuk dan pusing.

Keduanya pun berjalan bersama-sama menuju sekolah dengan wajah sama tapi raut wajah berbeda, bagaikan cuaca cerah dan cuaca mendung yang berada dalam satu waktu. Bintang pun masih merasakan tekanan batin yang menggeluti hatinya karena sesosok pria yang di dibencinya itu akan selalu ia temui dalam beberapa hari kedepan sampai perlombaannya itu selesai.

Sampai saat ini dirinya masih saja sulit menentukan apa yang ia rasakan sebenarnya, antara bahagia atau takut.

"Ada apa sih dengan ku ini," raut wajah ketus itu ia tutupi dengan kedua telapak tangannya. Tampaknya suasana ramai di kelas itu, tidak membuat dirinya keluar dari pikirannya yang masih memikirkan pria yang akan di jodohkan dengannya itu.

"Hey, kenapa diam-diam mulu sih!" gertak salah satu temannya-Aster.

"Cieee… yang kepilih lomba tingkat nasional… semangat ya Bintang, aku jadi bangga deh," sambung Aster sembari duduk di samping Bintang.

"Ya, makasih," jawabnya singkat sembari menerbitkan senyuman terpaksa.

"Bintang!" sahut seseorang dari arah belakangnya, sehingga Bintang pun dibuat terkejut oleh suara pria yang lantang itu.

"Ada apa Rey, jangan suka gertak gitu deh, aku jadi kaget tau," jawabnya ketus sembari mengambil buku pelajaran di dalam tasnya.

"Haha.. kamu ini Bintang, semakin memasang wajah ketus dan cuek itu, aku semakin suka sama kamu," kata teman satu kelasnya yang bernama Rey, laki-laki yang selalu terang-terangan mengungkapkan perasaannya di depan Bintang, bahkan laki-laki itu tidak segan-segan berbicara kepada teman-teman satu kelasnya dan juga tidak segan-segan berbicara kepara guru-guru bahwa Bintang adalah wanita tipe ideal yang sangat di idamkannya.

Namun, Bintang tidak terlalu menghiraukan sikap salah satu temannya itu, ia selalu mengaggap Rey laki-laki yang aneh.

"Eh… bay the way, kalian tahu gak guru baru yang sudah dua hari ini berkeliaran di kantor dan kadang juga di perpus. Kata anak-anak yang lain sih, guru itu sangat tampan dan keren, bahkan teman-teman cewek aku yang ada di kelas sebelah nih, mengatakan kalo guru baru itu mirip opa-opa Korea!" tukas Rey dengan seriusnya menggibah.

Perkataan Rey itu pun membuat Bintang merasa tergannggu, pasalnya Bintang tahu betul maksud guru yang di bahas oleh Rey. "Duh, kenapa sih si Rey malah bahas Bang Galaxi di sini, bikin aku gak mood aja deh," batin Bintang.

"Serius loh Rey, mana coba aku lihat potonya," sahut Aster penasaran.

"Bentar! Aku cari di grup anak gibah dulu, perasaan si Tuti diam-diam potoin guru itu dan di kirim ke grup anak Gibah," gumam Rey tampak serius.

Brak!

Bintang pun membantingkan tumpukan bukunya di atas meja dengan raut wajah ketus, lalu mendelik kearah Rey.

"Rey! Aku mau belajar dulu sebelum Pak Sri datang, kamu kalo mau gibah di luar saja," ujar Bintang dengan suara yang datar.

"Ba-baik beb!" jawab Rey patuh.

Rey paham kalo mood Bintang sedang tidak baik, apalagi di saat Bintang sedang mau serius belajar, hal yang paling di takuti oleh teman-teman saat Bintang badmood adalah ketika dimulainya Bintang untuk serius belajar, waktu yang tidak boleh di ganggu oleh teman-temannya.

Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, bayangan mentari yang berbelok dari upuk timur ke barat menandakan perputaran matahari dari siang menuju sore, nuansa kelas yang tenang dan ribut tercampur aduk di dalam satu ruangan, menggambarkan aktivitas lalu lalangnya siswa-siswi yang sedang belajar dan bermain.

Ning Nong Ning Nong!

Bell pulang pun berbunyi seperti biasa menandakan waktu pulang sekolah telah tiba.

"Bin, gimana hari ini jadi !" ujar adiknya itu dengan tiba-tiba muncul di depan Bintang yang sedang merapikan kursi sebelum meninggalkan kelas.

"Ah…. Bikin kaget ajah ih! Kamu itu Bul, kebiasan suka muncul tiba-tiba," tukas Bintang kesal.

"Hehe.. jadi gimanan nih?" tanyanya kembali.

"Oke, lanjut!" jawab Bintang sembari menghela napas singkat.

Keduanya pun bersiap-siap bertukar peran, bagaikan seorang mafia yang menyusup ke suatu tempat yang akan melaksanakan misi besar. Mereka pun sudah saling bertukar kepunyaannya masing-masing, dari papan nama, tas hingga jam tangan, akhirnya persiapan sudah selesai.

Jreng jreng jreng….

Aksi mereka seperti layaknya sebuah film action di layar lebar.

"Papan nama, udah!" tukas Bintang sembari mengaitkan papan nama atas nama Bulan Qiandri milik adiknya itu. Dan begitu juga dengan Bulan yang melakukan hal yang sama dengan Bintang.

"Tas, beres!" ujar Bintang sembari memakai tas Bulan. Dan begitu juga dengan Bulan yang sudah memakai tas milik Bintang.

"Jam tangan, oke!" sahut keduanya secara bersamaan sembari memakai jam tangan yang baru saja di tukar itu.

Mereka pun pergi mencari cermin besar di ruangan kamar mandi. Bagaikan bayangan yang saling melengkapi, penampilan mereka pun sangat mirip satu sama lain.

"Sepertinya ada yang kurang deh," pikir Bulan melihat penampilannya sebagai Bintang agak sedikit kurang pas.

Bulan pun mengambil pulpen ke dalam tasnya dan membuat coretan titik kecil di dekat dagunya dengan hati-hati.

"Oke, cocok kan?" tanyanya sambil tertawa ke arah Bintang.

"Kalo aku gimana," tanya Bintang dengan menunjukan tahi lalatnya yang di tutupi plester.

"Haha…..," keduanya pun tertawa bersama-bersama, setelah melihat gambaran dirinya masing-masing yang sedang bertukar peran itu.

avataravatar
Next chapter