webnovel

Jangan Ambil Anakku

Venus, seorang gadis sederhana yang terjebak dalam permainan cinta pria dengan hati sedingin es. Perasaan yang tidak dapat dikendalikannya, membawanya ke dalam kehidupan yang rumit dan menyakitkan Merasa hancur dan putus asa akan perjalanan hidup yang dia jalani tanpa bisa dia kendalikan sehingga membuatnya terpuruk sedalam-dalamnya. (21+)

mel_az · Urban
Not enough ratings
32 Chs

Gelisah

" Gimana, Bro!" tanya Ben.

" Dia hanya kram saja, lo nggak usah khawatir. Dia sudah baikan, lo bisa masuk," ucap Nathan, teman Ben yang seorang dokter kandungan.

" Thanks ya, bro!" ucap Ben kemudian lari masuk ke ruang IGD.

" Hei! Kamu nggak papa?" tanya Ben lembut.

" Nggak! Sudah baikan! Maaf! Sudah bikin kamu kuatir!" ucap Venus sedih.

" Nggak sayang! Nggak papa! Aku cuma takut ada apa-apa dengan kamu dan bayi kita," ucap Ben lagi. Bayi kita? Kenapa kamu begitu baik dan perhatian pada kami Ben? batin Venus, dia menahan air matanya agar tidak jatuh. Ben memeluk Venus dengan penuh kasih sayang. Venus hanya diam dan menepuk pundak Ben pelan.

" Gimana keadaan Al, Her?" tanya Viola panik.

" Lo lebih baik duduk dan tunggu kabar dari dokter. Yang lebih penting, berdo'a, Yo!" kata Herlan.

" Ngapain dia dipantai? hujan-hujan lagi?" kata Viola heran. Dokter keluar dari ruang operasi.

" Dok!" sapa Herlan.

" Istrinya mana?" tanya Dokter Sony, yang menangani keadaan Calleb.

" Saya dok!" kata Viola.

" Suami ibu harus segera menjalankan operasi, karena terdapat pembengkakan di otak akibat benturan keras," kata Dokter Sony. Seketika Viola merasakan tubuhnya lemas. Herlan menahan tubuh Viola agar tidak jatuh.

" Apa yang harus saya lakukan?" tanya Viola pelan.

" Tanda tangani surat ini," ucap Dokter Sony sambil menyodorkan kertas persetujuan operasi, Viola mengambilnya dengan tangan bergetar dan menandatanganinya.

" Lakukan yang terbaik, dok! Apapun yang terbaik!" ucap Viola. Dokter Sony mengangguk dan masuk ke ruang IGD. Viola duduk diruang tunggu dengan gelisah.

" Ya, Nin! ....Apa? Kapan? ...Karma itu namanya! ...Jangan! Dia nggak boleh tahu! ...Gue nggak perduli! Gue tanggung resikonya! ...Lagipula dia sudah nggak perduli lagi! Dia membencinya! ...Yakin sekali! ...Ok!

Gue nggak akan ngasih lo peluang sedikitpun, walau hanya sekedar berita, batin Ben marah.

" Gimana, dok?" tanya Viola. Seluruh kelurga Calleb dan Viola berkumpul.

" Operasinya berhasil!" kawab Dokter Sony.

" Trima kasih, Tuhan!" ucap seluruh keluarga bersamaan.

" Apa kita sudah bisa melihat?" tanya papa Calleb.

" Belum, dia masih diruang ICCU! Mudah-mudahan dia bisa melewati masa kritisnya," ucap Dr. Sony.

" Maksud dokter anak saya masih dalam bahaya?" tanya papa Calleb lagi.

" Kami sudah berusaha semampu kami, sekarang giliran dia yang harus berjuang untuk hidup," jawan dokter sony. Mama Calleb seketika berteriak dan menangis.

" Allllll! Kamu harus bangun, nak!"

" Sudah, ma! Dokter pasti sudah melakukan yang terbaik," hibur adik Calleb, Cecil. Papa Calleb menyuruh semua pulang, biar dia dan Cecil yang menunggu. Sebenernya mama Calleb keberatan, tapi karena tidak ada yang bisa dilkukan disitu, akhirnya dia mau diajak pulang Viola. Beberapa jam setelah operasi, tiba-tiba dokter sony terlihat berlarian masuk keruang ICCU. Cecil dan papanya berdiri di depan pintu, kuatir kalau Calleb yang kenapa-kenapa. Dokter Sony keluar setelah beberapa menit.

" Ada apa ya, dokter?" tanya papa Calleb.

" Dia baru saja drop! Kami hampir kehilangan dia!" jawab Dr. Sony. Cecil memeluk papanya dan menangis.

" Kakak?!" panggil Cecil.

" Syukurlah sekarang sudah nggak apa-apa!" kata Dr. Sony lagi.

"Gimana keadaannya?...bagus! gue harap dia nggak akan pernah bangun! ...

" Siapa yang nggak akan pernah bangun, Ben?" tanya Venus yang sudah berdiri dibelakang Ben. Dengan cepat Ben menutup ponselnya dan mendekati Venus.

" Bukan siapa-siapa!" ucap Ben sambil memegang bahu Venus. Venus masih penasaran dengan kata-kata Ben.

" Apa yang kamu katakan itu...jahat Ben! Itu sama dengan kamu mendo'akan dia mati," jelas Venus. Ben menarik nafas panjang.

" Gimana orang yang aku bilang itu adalah...musuhku!" tanya Ben.

" Orang sebaik kamu punya musuh?" tanya Venus balik.

" Dia pernah hampir mencelakakan mamaku dan membunuh aku juga papaku! Apa kalau orang itu sekarang sedang koma, aku salah bila bilang begitu?" tanya Ben lagi.

" Tapi kamu kan nggak mau dibilang seperti dia, Ben!" ucap Venus.

" Kamu itu orang baik! Bukan orang seperti itu!" tambah Venus. Ben mendekati Venus yang sedang mencuci piring. Dipeluknya pinggang Venus dan diciumnya leher jenjang Venus. Venus menutup matanya. Bibir Ben beralih ke telinga Venus. Dada Venus berdesir. Ben merasa miliknya tegang, lalu mbalik tubuh Venus dan mendudukkan Venus diatas meja makan. Ben melumat bibir Venus dan Venus membalasnya, lidah Ben menjelajahi isi mulut Venus hingga Venus merasa kehabisan nafas. Dengan cepat Ben membuka ikat pinggangnya, tapi tangan Venus menahannya.

" Sorry, Ben!" ucap Venus sedih. Sekali lagi dia menahan hasrat Ben. Ben menundukkan kepala dengan berkacak pinggang. Ditatapnya Ben dengan pandangan memohon, tapi Venus tidak bergeming. Ben meninggalkan Venus dengan tatapan mata sedih.

" Ben!" panggil Venus. Tapi Ben pergi menuju mobilnya dan melaju dengan cepat. Akhirnya Ben sampai di parkiran sebuah Apartemen mewah. Dia turun dan naik ke lantai 10. Diketuknya sebuah pintu kamar dan dia kemudian masuk saat pintu tersebut terbuka.

" Kalian semua memang bodoh! Makan gaji buta semua! 3 tahun bukan waktu yang pendek!" ucap Viola marah. Dilemparnya telpon yang ada di meja kerjanya. Gerry yamg melihat Viola marah hanya tersenyum.

" Kenapa nggak lo lepas aja, sih?" ucap Gerry sambil membaca berkas. Viola berjalan mendekati Gerry dan mendekatkan kepalanya dikepala Gerry.

" Karena dia sudah membawa anak gue!" jawab Viola lalu menjilat telinga Gerry. Kemudian tangan Viola menjelajah kemeja Gerry dan masuk untuk memainkan puting Gerry. Gerry merasakan tubuhnya bergetar, miliknya menjadi tegang. Viola tidak berhenti disitu. Diambilnya berkas dri tangan Gerry dan diletakkannya di kursi. Kemudian dia duduk diatas meja kerjanya dengan melepas celananya terlebih dahulu. Gerry yang merasakan sesuatu yang mendesak didalam celananya, langsung membuka ikat pinggang dan celananya. Dengan cepat dihujamkannya miliknya ke Viola. Digerakkannya bagian belakangnya maju mundur dengan cepat. Dilumatnya bibir Viola dan dipegangnya dada Viola. Viola merasa sakit dan nikmat secara bersamaan karena kerasnya hujaman Gerry. Viola mendesah keras, gerakan Gerry semakin cepat dan akhirnya keluarlah cairan kental putih ke milik Viola. Viola merasakan seluruh tubuhnya lemas.

" Kamu yang terhebat!" bisik Viola. Gerry tersenyum dan menuju kamar mandi. Sedangkan Viola masih lemas berada diatas meja. Lalu dia menyusul Gerry dikamar mandi dan melakukannya sekali lagi karena dia belum merasa puas.