webnovel

JALAN TERJAL (Hiatus)

WARNING: BANYAK KONTEN DEWASA 21++ dan kekerasan berlebihan baik verbal maupun non verbal. Perhatikan usia anda, harap menanggapi dengan bijak hanya untuk hiburan semata Kehidupan siswa St Morin yang beragam dan menyimpan banyak kejutan. Sylvia yang serba kekurangan. Rose yang serba berkecukupan. Vicko yang cerdas dari keluarga terpandang, ketua siswa.yang berwibawa, semua menyimpan banyak rahasia

Ayun_8947 · Urban
Not enough ratings
10 Chs

Gebetan

Walau ini adalah malam weekday tapi pengunjung toko kali ini bisa dikatakan ramai, Sylvia bru sempat menikmati kursi dengan busa yang sudah tak empuk lagi, dia meng-shutting down komputer toko, Sylvia meregangkan otot-otot tangannya yang kencang.

Sesaat diantara gerakan peregangan yang ia lakukan gadis itu teringat kejadian tadi siang di sekolah, matanya menerawang sambil menurunkan kepala di antara lipatan tangan di atas meja kerjanya.

--" Kau tidak apa-apa Rose ? " Aku melihat gadis cantik itu sedikit meringis saat aku mengoleskan salep untuk luka di punggungnya, walau pastinya itu nyeri tapi Rose masih saja tersenyum.--

" dia itu selalu saja tersenyum, padahal kalau sakitkan tidak apa menangis! " gerutu Sylvia sendiri sambil membenahi tas canvasnya dengan perlahan, wajahnya sedikit kesal teringat ekspresi Rose tadi siang. Sylvia memelankan gerakannya, dia masih terbayang Rose

--Sylvia menurunkan kemeja Rose yang dia singkap, kedua gadis itu lama terdiam. Sambil menikmati Sandwice sebagai santap siang yang dibawa oleh Rose.

" Rose, apa aku boleh bertanya ? "

" ah, tentu saja " Rose tak memindahkan pandangannya, dia mengunyah dengan sangat pelan bahkan bisa dikatakan dengan enggan, Sylvia menatap wajah cantik itu, dia menelan ludah, agak sulit sepertinya pertanyaanya keluar.

" kau mau bertanya apa Sil ? "

" aah.. emmmh... " batin Sylvia ragu. melihat sorot mata Rose yang sudah tidak sabar membuat Sylvia sedikit panik.

" a, apa.... kau.. kau dan ketua pacaran ?! "

Rose tertawa geli mendengar suara temannya yang setengah berteriak. tawanya pecah tak terkendali.

" hahaaahaaahaa.....hahaa, aduuuhh perutku.. perutku sakit! "

Sylvia hanya terdiam tatkala Rose yang tak berhenti tertawa geli, gadis cantik itu berusaha menahan gelak tawanya yang mulai membuat perutnya keram --

Sylvia menghembuskan nafas panjang, bebannya seolah makin berat saja

'bahkan mereka tidak pacaran,' batin Sylvia semakin bingung.

Sambil membereskan dan meneliti sekali lagi tiap sudut toko yang sudah gelap Sylvia bersiap meninggalkannya.

Gadis itu mengunci pintu utama dan merapatkan jaket traningnya, wajahnya masih seperti menyimpan sesuatu. Seperti apa kehidupan Rose sebenarnya? Sylvia penasaran.

Aku yakin tadi siang itu luka yang di sengaja, sudah dua kali aku melihat memar di badannya, ada apa sebenarnya ? batin Sylvia berdebat sendiri

jelas dia mulai mengkwatirkan keadaan temannya itu.

" Sylvia kau mau pulang ? "

Sepasang sepatu yang bertemu di ujung kakinya membuat perdebatan batin Sylvia berhenti

dengan perlahan dan enggan gadis itu mengangkat wajah, dia hapal betul siapa pemilik sepatu ini dan suara familiar ini tentunya!

" Mau makan malam denganku ? " tepat sekali, siapa lagi!

Sylvia diam saja mendengar tawaran Andre, pria itu mulai mencoba tersenyum lebar, dia berusaha merayu Sylvia.

" ayolah, kali ini saja Siil.. " pintanya sok merengek

langkahnya mengikuti kaki Sylvia yang tak peduli meninggalkannya.

" pleaaseee cantiikk... "

bulu kuduk gadis itu meremang, suara Andre yang dirupa sedemikian hingga membuatnya mendesir jijik.

Sylvia mempercepat langkahnya, dia mulai berlari kecil, hingga penyebrangan jalan bisa memisahkan mereka, Sylvia memacu kekuatannya meninggalkan pria itu.

Andre tersenyum sinis, dia menatap punggung gadis itu yang berlalu di ujung jalan, tangannya terangkat seolah melambai pada Sylvia.

" padahal Aku sungguh-sungguh padanya .. "

gumam Andre pelan sambil menyisipkan kedua tangannya ke dalam saku celana jeans yang dia pakai.

Pria itu bersiul menyusuri jalan yang tadi dia lalui, kembali menuju toko keluarganya, sesekali dia tersenyum tidak jelas terbayang olehnya wajah Sylvia, gadis dengan semangat itu selalu mengganggu pikirannya.

" minimal Aku bisa bertemu dengannya, usahaku meyakinkan ayah tak sia-sia " gumamnya sekali lagi menghibur diri. Andre anak pak Felen, cukup menarik dan ramah. Bahkan terlalu berlebihan jika di katakan ramah dia lebih cocok disebut tebar pesona

Sylvia tak sedikitpun tertarik dengannya.

**

Sylvia memelankan langkah ketika jarak semakin jauh antara dia dan Andre. Dia harus membeli makanan untuk ibunya di rumah. Sebuah warung kecil menjadi tujuan Sylvia.

"Bu, bungkusan ayam bakar dan sayur tumis untukku ya!" Sylvia memesan makanan dan menunggu giliran. Karena di dalam tenda cukup ramai, gadis itu menunggu di luar.

Sylvia merapatkan jaket dan membuka tasnya. Dia meraih buku dan membaca untuk beberapa saat. Akan cukup lama menunggu pesanannya selesai, akan bagus sekali jika memanfaatkan waktu luang

Baru saja Sylvia akan fokus pada lembar bekas lipatan tanda halaman terakhir yang dia baca. Seseorang menabrak bahunya cukup keras.

"Ah sorry!" ujarnya. Sylvia diam saja dan segera meraih bukunya yang terjatuh. Sedikit kotor, dia menepis kecil dan mengangguk saja tanpa menoleh.

Vicko membaca judul buku. Dia memperhatikan wajah tak asing Sylvia. 'dia rajin juga' batin Vicko entah apa maksudnya, apa kagum atau mencibir.

"kau suka membaca novel klasik?" tanya Vicko. Sylvia sedang enggan, dan biasanya juga dia tak menanggapi orang asing, gadis itu menunduk dan mengangguk kecil.

Pria itu tak cukup untuk menarik perhatian Sylvia, gadis ini ternyata cuek juga! batin Vicko, dia segera melangkah meninggalkan Sylvia. Dia melambai pada rekannya di seberang jalan, menuju sebuah restoran dengan lampu kristal di dalamnya. Vicko sekali lagi menoleh ke belakang, Sylvia masih berdiri dan asik menikmati rangkaian kata dalam novel usangnya.

"Hay, apa kabar?" Sapa temannya sambil menepuk punggung Vicko.

"Berapa kali aku mengajakmu bertemu, tapi kau sepertinya sangat sibuk. Apa kau punya pacar?" Vicko menggeleng mendengar pertanyaan lelucon dari teman kecilnya ini.

"Aku tak punya pacar" jawab Vicko datar.

"setidaknya carilah satu, kalau aku satu tak akan cukup!"

"kau ini, bagaimana kalau pak presiden tahu. Citra beliau akan rusak!" temannya hanya terkekeh mendengar nasehat Vicko.

"tapi aku sedang menaksir seorang gadis" ungkapan Vicko membuat mata temannya membesar. Dia tak percaya.

"Apa! Apa ini benar Vicko!!" Vicko hanya tersipu malu.

"siapa orang beruntung itu?"

"apa maksudmu dengan beruntung?" Mereka tertawa bersama.

"Seorang gadis yang--" Vicko terlihat berpikir bersamaan kinerja otaknya Sylvia mengayunkan bingkisan kantong di tangannya, gadis itu melangkah ringan dengan.garis senyum di bibirnya. dia mengangkat kantong dan membayangkan senyuman ibunya yang menyambut dia pulang.

"Yang berbeda!" ujar Vicko menoleh ke dinding kaca, dia menghindari sorotan mata temannya yang pasti akan menggoda dan membuat Vicko kian salah tingkah. Sayang sekali, saat dia menoleh dia mendapati bayangan Sylvia yang melangkah ringan sambil tersenyum. Pemuda itu sampai mematung beberapa saat dan meraut wajah melongo.

"Dia juga cantik.." gumamnya tak begitu jelas, dia memperhatikan wajah Sylvia dengan seksama, gadis itu tersenyum begitu tulus. Senyuman indah yang mengganggu mata Vicko.

"Waaw! Kau berbicara seakan kau bisa melihat sosoknya di depan matamu!" teriak temannya mengejutkan Vicko. dia segera menoleh, mengalihkan pandangan. Tapi sekali lagi dia mencari sosok Sylvia yang sudah menghilang.

Deg!!

***

Tolong bantu review dan baca coretan aku lainnya, simpan ke rak juga ya

Tolong Like dan Komen ya, semoga saya tetap semangat, silahkan tuliskan karya masing-masing saya juga akan mendukung!