webnovel

Tahun Ajaran Baru

Siang itu adalah hari pertama SEKOLAH mulai aktif setelah MOS kami berakhir. Tahun ajaran baru telah dimulai. Setelah lulus kualifikasi tinggi badan, test tertulis bahasa inggris, kini aku resmi menjadi murid kelas X Jurusan Akomodasi Perhotelan. Meski pada hari Rabu itu kami semua masih menggunakan Kemeja Putih dengan dasi Hitam serta bawahan Hitam. Karena seragam sekolah yang seharusnya kami gunakan, baru bisa kami dapatkan diakhir minggu nanti.

Aku berjalan menyusuri lorong kelas, dimana saat itu didepan masing-masing kelas banyak anak laki-laki yang berdiri bergerombol sambil bercakap-cakap. Selintas yang aku dengar saat aku melewati sekumpulan laki-laki itu ada beberapa yang menceritakan masa SMP mereka, ada juga yang berdiskusi mengenai alasan mereka memilih Kejuruan yang telah mereka pilih dan beberapa yang lain masih mengenang kejadian-kejadian lucu pada saat MOS beberapa hari yang lalu.

Aku menemukan kelasku. Banyak wajah-wajah yang sudah aku kenali kala aku memasuki kelas. Tentu saja, karena saat Masa Orientasi Sekolah beberapa waktu lalu, kami bernasib sama kala itu. Diantara kami ada yang tidak membawa perlengkapan yang diperintahkan senior sehingga kami mendapatkan hukuman bersama-sama, beberapa juga menjadi team dalam game ketangkasan yang diadakan senior dan beberapa lagi karena mereka mau mengisi acara saat senior memerintahkan kami untuk menunjukkan bakat kami. Jelas aku ingat wajah-wajah yang kini ada dikelasku, meski belum begitu hafal dengan nama-nama mereka.

Aku memilih duduk di posisi paling belakang pojok kiri. Dalam benakku posisi ini adalah posisi ternyaman yang tidak terlalu dekat berinteraksi dengan guru. Meski sebelum berangkat kesekolah Mamaku berpesan agar aku memilih duduk dibangku depan. Belum tahu siapa teman sebangku ku, lagi pula aku juga tidak memusingkan dengan siapa nantinya aku duduk.

Aku perhatikan sekitarku, belum ada guru yang masuk kekelas kami. Waktu sudah menunjukkan pukul 12. 55. Saat itu juga aku terbenam dalam fikiranku. 'Apakah aku akan nyaman disekolah ini?' 'Bagaimana jika nanti masa SMK ku ini tidak memiliki kenangan indah nantinya?' 'Apa tidak masalah denganku memilih Jurusan ini hanya karena aku menghindari MATEMATIKA.'

Jujur saja aku tidak pernah berfikir akan memilih Jurusan Perhotelan sebelumnya. Ketika masa SMP hampir berakhir, aku mendaftarkan diriku ditemani Mama ke sekolah Kejuruan Negeri di sekitar Tangerang. Disana calon murid SMK boleh memilih dua kejuruan, dimana jika gagal disalah satu Kejuruan yang dipilih masih bisa mengikuti test untuk Kejuruan pilihan yang kedua.

Sayangnya pada saat itu aku masuk ke gelombang akhir masa pendaftaran. Pilihanku hanya satu saat itu yakni Informatika, sayangnya aku gagal dalam test warna. Saat aku ingin memilih kejuruan yang lain, aku bingung karena aku tidak memiliki persiapan untuk mengikuti test kejuruan selain informatika. Ditambah info yang aku peroleh semua kejuruan yang ada disana sudah penuh dengan kuota. Salah satu Kejuruan yang masih kosong menurut orang tua murid yang ditemui Mamaku hanya Akomodasi Perhotelan saat mendengar kejuruan itu kosong aku segera menuju pendaftaran untuk itu. Tapi siapa yang akan mengira pada saat aku mendaftarkan diriku pengawas mengatakan kuota sudah penuh. Sirna sudah impian bersekolah di SMK Negeri unggulan.

Sembari memandangi teman sekelasku yang sibuk dengan perkenalan mereka satu sama lain, aku justru melambungkan anganku jauh dari mereka. Hingga pada akhirnya sosok guru laki-laki yang bertubuh tegap dan gagah, datang memasuki kelas, melangkah menuju meja guru yang berada didepan kelas.

"Selamat Pagi anak-anak !" Sapa guru itu dengan suara berat namun penuh dengan wibawa. Tidak ada logat atau aksen daerah dalam intonasinya. Jika diperkirakan dari perawakannya, aku bisa memprediksi beliau berumur 30 tahunan. Wajahnya tegas, dengan kumisnya yang lebat. Faktanya untuk pria seumuran beliau dengan kumis seperti itu pasti akan terlihat menyeramkan tapi beliau tidak termasuk dalam kategori itu. Pakaiannya juga cukup rapih untuk seorang guru yang sudah mengajar sedari pagi.

"Siaaaaannnng Paakkk... " Jawab kami serempak.

"Kalian tahu siapa saya? " Tanya guru itu tanpa berbasa basi sambil duduk dan meletakkan beberapa buku yang dibawanya. Matanya memandang kami seolah berusaha menyimpan wajah kami dalam ingatannya.

Jelas aku mengenal wajah Guru Itu, meski aku tidak tahu namanya. Karena pada saat MOS hari pertamaku dan aku kesulitan menemukan ruanganku, beliau yang memberi petunjuk kala itu.

Hal yang sama mungkin dirasakan beberapa teman-teman sekelasku, dimana pada saat MOS, kami selalu melihat beliau ada disekitar kami tapi tidak ada yang tahu namanya.

"Tidak tahu Pak...!!! " Jawab kami serempak.

"Bagus kalau kalian tidak tahu siapa saya. Karena jika kalian sudah tahu, saya tidak jadi untuk memperkenalkan diri. " Jawab guru itu dengan santai sambil berdiri menuju papan tulis dan mulai merangkai huruf disana. Setelah menuliskan namanya, beliau berbalik memandang kami dan meletakkan tangan kanannya disaku celana sebelah kanan.

"Nama saya Adnan Setiawan, saya adalah guru Kejuruan kalian dan juga Wali Kelas kalian." Jawab guru itu yang kini sudah kami ketahui namanya, Pak Adnan.

"Bapak harap, kita bisa menjadi team yang solid. Bukan hanya sekedar guru dan murid. Tapi kita juga bisa menjadi teman, mendiskusikan dunia perhotelan dan divisi-divisi didalamnya. Bapak tahu kalian masih tabu dengan dunia perhotelan, dengan apa yang nantinya akan kalian kerjakan dan seperti apa masa depan kalian dalam jurusan ini." Jelas Pak Adnan.

"Untuk memulai pertemanan kita, maka ada baiknya kita saling memperkenalkan diri. Dimulai dari belakang barisan meja pojok kiri. Bisa tolong maju kedepan, memperkenalkan diri, asal sekolah dan tujuan memilih Jurusan Akomodasi Perhotelan. " Pinta Pak Adnan yang langsung menunjuk kearahku. Seketika seisi ruangan menoleh kearahku. Beruntungnya aku bukan tipe wanita pemalu, dan juga sudah mempersiapkan diri untuk hal seperti ini. Segera aku bangkit berdiri, berjalan keluar dari mejaku dan melangkah kedepan kelas. Aku berdiri tepat di sebelah kiri Pak Adnan. Dengan senyum, Pak Adnan seolah mempersilahkan aku mengambil alih suasana dan memperkenalkan diriku.

"Siang teman-teman... " Sapaku pada seisi kelas.

"Siang... " Jawab beberapa murid, namun ada juga yang menambahkan kata "Siang juga teman... "

"Perkenalkan, nama saya Azzquerra Zeline Barata. Panggil saja Querra. Saya alumni SMP Negeri 7 di Tangerang. Tujuan saya masuk kejuruan ini, karena saya ingin mempelajari hal baru. Untuk saya Akomodasi Perhotelan adalah dunia baru, ditambah banyak desas desus yang mengatakan bekerja di dunia Perhotelan itu menjanjikan. Sekian perkenalan dari saya semoga kita bisa menjadi teman hingga tiga tahun kedepan" Jelasku saat mengakhiri perkenalanku.

Tentu saja aku tidak menjelaskan alasan sebenarnya aku memilih jurusan ini karena menghindari Matematika. Itu terlalu konyol jika aku jelaskan didepan umum.

Aku kembali ke bangkuku setelah Pak Adnan memberi tepuk tangan dan diikuti tepuk tangan teman sekelasku. Perkenalan itu terus berlanjut hingga meja paling depan diujung pintu masuk kelas. Banyak hal-hal lucu saat beberapa teman laki-laki dikelas kami memperkenalkan diri. Ada yang begitu kental dengan logat daerahnya, ada juga yang malu-malu memperkenalkan diri sehingga suaranya sungguh tidak terdengar, ada juga suara sorak dari baris belakang saat beberapa wanita yang memiliki wajah cukup manis maju kedepan dan memperkenalkan diri mereka. Aku mulai merasakan Atmosfer Kelas sesungguhnya.

Saat sesi perkenalan kami berakhir, pintu kelas kami yang kala itu memang terbuka diketuk oleh seseorang, pertanda meminta izin untuk masuk.

Segera pandangan Pak Adnan dan seisi kelas tertuju pada sosok senior yang wajahnya tidak asing bagi kami, senior itu adalah ketua Osis yang pada saat MOS beberapa waktu lalu pernah memperkenalkan dirinya.

Dia adalah Ka Virzha, Pria dengan hidung mancung, wajah yang bersih, kulitnya yang kuning langsat dan tatanan rambutnya yang lebat memiliki garis tengah yang tegas. Ka Virzha jalan menuju Pak Adnan, terlihat mereka sedang mendiskusikan sesuatu yang membuat kami penasaran. Suasana ruangan sedikit tenang, terlihat beberapa wanita bisik-bisik kepada teman wanita yang lainnya. Jelas mereka membahas ka Virzha. Mereka berbisik sambil tersenyum. Sedangkan laki-laki dikelasku sibuk dengan obrolan mereka tanpa menghiraukan Ka Virzha.