1 Prolog

Anastasya Putri Xavier, gadis cantik dengan sejuta pesona dan senyuman manis yang tercetak di bibir itu berjalan perlahan mendekati lawan jenis di hadapannya. Kedua bola matanya tak pernah sedikitpun teralihkan pada sesosok pemuda dengan wajah tampan bak dewa yunani tersebut.

Oh lihatlah, walau matanya yang tajam seakan diam-diam ingin menguliti dirinya. Namun Ana, gadis yang sering disapa itu bener-bener tidak peduli.

"Cukup, aku bilang berhenti" pintanya sekali lagi dengan penuh penekanan.

"Aku tidak mau, terus kamu mau apa?"

Hingga di mana Ana menghentikan langkahnya yang hanya terpaut beberapa senti dari laki-laki itu. Menatap begitu lekat, merangkum untuk kesekian kalinya pahatan-pahatan yang terpantri pada wajah itu secara dekat.

Sempurna

Sementara laki-laki tersebut hanya mampu menahan napas kesel, kenapa dirinya selalu di hadapkan dengan gadis mengerikan ini.

"Bolehkah aku meminta sesuatu padamu?" Ana mulai menelusuri wajah laki-laki itu dengan telunjuknya seakan menggoda "Aku tidak mau kamu dekat-dekat cewek manapun, apalagi memperlihatkan senyummu yang manis itu kepada cewek-cewek genit seperti mereka. Kerena…—" gadis bersuara lembut itu menggantungkan kalimatnya, membuat sang laki-laki mengernyit penasaran "Kamu hanya milikku seorang, Chrystal Alvaro"

Tak lama, Ana mengikis jarak diantara keduanya. Mengalungkan kedua tangannya pada leher Chrystal untuk kemudian menarik tengkuknya dan.. -

Cup

Chrystal terperajat, melebarkan kedua matanya. Ciuman itu kembali terjadi.

Meski Ana hanya menempelkan bibirnya pada bibir Chrystal. Tapi hal tersebut tetap di luar batas. Hingga seperdetik ia tersadar dan mendorong paksa Ana.

"APA YANG KAMU LAKUKAN? APA KAMU UDAH GILA?!" teriaknya, semakin tajam menatap Ana. Untung saja mereka ada di ruang musik yang berkedap suara. Jika tidak, sudah pasti keduanya sudah jadi tontonan murid lainnya.

"Mencium kekasihku, of course"

Dengan napas yang terengah-engah, Chrystal mengatupkan giginya menahan geram. Bisa-bisanya gadis itu menjawab dengan santainya. Dan apa katanya? Kekasih? Yang benar saja !! Bahkan dalam mimpi pun ia tidak pernah berpikir dan tidak pernah berani memiliki gadis di hadapannya ini.

Chrystal mengalihkan pandangannya lantas mendengus, ia ingin sekali tertawa. Memejamkan matanya sesaat demi menenangkan diri, dan kembali menatap Ana yang masih tersenyum manis tanpa rasa bersalah.

Baiklah untuk kali ini Chrystal terpaksa mengalah, ia mendesah pelan.

"Ana, aku minta maaf karna udah ngebentak kamu barusan. Tapi, bisakah kamu bersikap selayaknya seorang perempuan dan tidak menjadikan aku seseorang yang istimewa" tatapan lembut dan sayu, sudah kembali menghias parasnya."Aku hanya ingin kamu bersikap kepadaku seperti laki-laki yang lain, yang tidak pernah kamu anggap"

Senyum yang sadari tadi Ana perlihatkan perlahan memudar, gadis itu diam seketika.

"Kamu bahkan tahu jelas, aku hanyalah orang biasa. Aku juga tidak memiliki apapun untuk bisa dipamerkan. Bukankah kita tidak sepadan?"

"Chris.."

"Ingatlah, aku ini hanya anak dari supirmu." lanjutnya tanpa memberikan waktu untuk Ana berbicara. Lantas berbalik keluar dari ruangan, meninggalkan Ana yang masih diam terpaku dan sibuk tenggelam dalam pikirannya.

avataravatar
Next chapter