webnovel

It's Alright

Ashera Airina. Anak bungsu yang cepat dewasa. Lebih tepatnya, "dipaksa" dewasa oleh keadaan. Selalu terlihat seperti orang paling bahagia di dunia, sampai banyak orang yang tertipu oleh senyumnya. Ia selalu berpikir, "Semua akan baik-baik saja." Walaupun dunia terlalu kejam untuknya, "Tidak punya waktu untuk mengeluh dan bersedih," ujarnya. Banyak emosi dan perasaan yang ia sembunyikan di tubuh mungil itu. Sampai ia bertemu dengan Lael Adinata, laki-laki yang mengajarkannya bahwa tak apa untuk menangis bila sedih, tak apa untuk marah bila merasa kesal, tak apa untuk merasa tidak adil. Kebetulan ataukah takdir? Ashera sendiri juga tidak tahu, mengapa Lael selalu melihatnya disaat-saat terburuknya. Sisi yang tidak pernah Ashera tunjukkan kepada orang lain, kini bukan lagi menjadi rahasia bagi Lael. Ashera yang tidak pernah menyadari bahwa ia butuh dukungan seseorang hingga Lael hadir. Akankah semesta berpihak kepadanya kali ini? Cerita ini merupakan filantropi antara Ashera dan Lael. -- Cover by : PUTRI_GRAPHIC

aikoptri · Teen
Not enough ratings
4 Chs

CHAPTER 2 - Ia yang Berjuang Setiap Harinya

"Oh? Shera! Sudah datang?" sapa pak Dendi.

Pak Dendi adalah pemilik restoran ini. Ashera dan pak Dendi sudah saling kenal sejak lama, sebab itu Ashera diperbolehkan bekerja di restorannya. Pak Dendi sudah Ashera anggap sebagai kerabatnya sendiri karena sangat baik padanya.

"Iya pak!" sahut Ashera.

"Kamu ganti baju dulu sana, hari ini kita lumayan ramai," tutur pak Dendi dengan hangat.

"Siap!"

Setelah selesai mengganti baju, Ashera segera turun dan bersiap melayani pelanggan. Oke! Ashera! Hari ini juga harus semangat! Ayo, bisa bisa!

"Dek, mau pesan!" panggil salah satu pelanggan disana.

"Oke pak, tunggu sebentar," sahut Ashera ramah.

"Mau pesan apa pak?"

"Mau pesan yang ini dua, sama es teh manisnya dua ya," pesan sang pelanggan sambil menunjuk salah satu menu di daftar.

"Siap, ditunggu ya pak," ujar Ashera. Ia segera berjalan ke dapur untuk mencantumkan pesanan tersebut.

"Pakde, ini pesanan untuk meja delapan ya!"

"Siap!"

Orang-orang di restoran tersebut sudah seperti keluarga kedua baginya, mereka semua memperlakukan Ashera dengan baik.

"Sher!" sapa kak Dayyan.

"Eh, kak! Baru sampai?" balas Ashera.

"Iya, bapak mana?"

"Di belakang,"

"Yaudah, aku masuk dulu ya, semangat!"

"Semangat!"

Iya. Kak Dayyan adalah putra pak Dendi satu-satunya, saat ini sedang menempuh kuliah. Ashera sudah dekat dengan kak Dayyan sejak lama, karena kak Dayyan merupakan teman masa kecil kakaknya. Dan satu-satunya yang masih berhubungan baik dengannya.

---

Tak terasa, waktu berlalu berjalan begitu cepat seiring dengan datang dan perginya pelanggan disana. Langit sudah menggelap sejak tadi, karena sekarang sudah pukul 9 dan restoran bersiap-siap menutup hari.

Semua orang sibuk merapikan meja dan kursi disana, dan juga membersihkan dapur. Seperti biasa, sebelum pulang, Ashera harus ikut membantu, kadang cuci piring, kadang menyapu atau mengepel. Orang-orang disini suka membagi-bagi tugas bersih-bersih. Kak Dayyan juga tak jarang ikut membantu di restoran walau pak Dendi sudah melarang karena takut putra tunggalnya itu kelelahan.

"Shera, kamu ikut bantu-bantu dulu gak apa kan?" tanya pak Dendi khawatir karena hari sudah gelap.

"Gak apa pak, aduh, berhenti khawatir dong. Aku sudah terbiasa kok, tenang aja pak," tutur Ashera agar pak Dendi berhenti memperlakukannya seperti gadis kecil.

"Baik, bapak akan berhenti terlalu cemas. Tapi tetap saja karena diluar sudah gelap, nanti kamu pulang biar Dayyan yang antar. Iya nak?" ujar pak Dendi sambil melirik anaknya yang sedang ikut membantu disana.

"Iya pak, biar aku antar Ashera pulang," jawab kak Dayyan.

Ashera tersenyum hangat. Lagi-lagi, ada saja yang membuatnya bersyukur. Punya orang-orang terdekat yang selalu menjaganya membuat dia merasa aman.

---

Setelah selesai beres-beres, semua orang disana bersiap pulang agar bisa istirahat setelah menjalani hari yang cukup melelahkan. Restoran sudah tutup, lampu-lampu juga sudah dimatikan, begitu juga dengan lampu bertuliskan RESTO PAK DENDI yang terpajang di depan.

"Bentar ya Ra, aku ambil jaket dulu," ujar kak Dayyan.

"Iya ka."

"Ashera, ini makanan buat kamu sama Damar. Tinggal dipanaskan aja kalau lapar," ucap pak Dendi menghampiri Ashera dengan membawa sekotak bekal.

"Ya ampun pak, gak usah repot. Aku kan jadi gak enak kalau dikasih makanan terus," tukas Ashera.

"Repot apanya, gak usah gak enakan gitu. Kita sudah kayak keluarga gini kok. Sudah ini bawa aja pulang, sudah bapak siapkan," tegas pak Dendi.

Ashera menatap pak Dendi. Sebenarnya ia selalu berterima kasih kepada beliau.

"Makasih ya pak," ujar Ashera dengan senyum haru, "memang pak Dendi the best! Hahaha," seru Ashera dengan acungan jempol dan dibalas pak Dendi dengan senyuman.

"Ayo Ra. Berangkat dulu ya pak, tenang Shera akan sampai dengan selamat tanpa goresan sekecil pun!" ujar kak Dayyan dengan sedikit menggoda pak Dendi.

Kami pun berpamitan. Kak Dayyan mengambil motornya yang terparkir di pojok restoran.

"Naik," ajak kak Dayyan yang sudah berada diatas motor. Ashera memegang bahu kak Dayyan untuk berhati-hati agar tidak terjatuh.

Akhirnya mereka meninggalkan restoran menuju rumah Ashera. Jujur, berkeliling di malam hari menggunakan motor adalah salah satu bagian favorit Ashera dari bekerja di restoran pak Dendi. Ia sangat suka merasakan angin malam, melihat lampu-lampu malam, dan juga melihat orang-orang menuju rumahnya masing-masing setelah bekerja. Itu membuatnya berpikir Bukan hanya aku yang bekerja keras setiap harinya.

---

Sesampainya di rumah, Ashera turun dari motor dan mengembalikan helm yang dipinjamkan kak Dayyan.

"Makasih ya kak, mau masuk dulu gak? Kayaknya kak Damar ada di dalam," kata Ashera.

"Sudah malam, besok-besok aja mainnya. Balik dulu ya."

"Oke, hati hati ya! Dah!"

Kak Dayyan pergi meninggalkan rumah Ashera dan melambaikan tangannya dari motor lalu berkendara pergi.

Ashera pun masuk ke dalam rumahnya. Tapi, semuanya redup.

"Apa kak Damar belum pulang?" gumam Ashera.

Ashera menyalakan lampu dan melepas jaketnya. Tas dan makanan yang ia bawa diletakkan diatas meja makan. Ia mencari keberadaan kakaknya.

"Kak Damar.." panggil Ashera lirih dan berjalan mendekat ke arah pintu kamar sang kakak.

Ia membuka pintu kamar dengan pelan. Didapatinya sang kakak yang sedang duduk di depan meja dan terlihat kesulitan memakai patch pereda nyeri di punggungnya. Orang yang tertangkap basah tersentak.

"KETUK DULU DONG SEBELUM MASUK!" bentak kak Damar.

Ashera yang melihat ka Damar terdiam. Menatapnya lembut. Dan berjalan pelan menghampiri sang kakak. Kak Damar yang didekati was-was.

Ashera merebut patch pereda nyeri tersebut dari tangan kak Damar dan mencoba membantu memasangkannya.

"Gak usah, bisa sendiri kok," sergah kak Damar.

"Udah diem aja," tegas Ashera, "dimana? Disini?"

"Ke bawahan dikit, iya di situ."

Ashera memasangkan patch tersebut kemudian menepuknya dengan keras.

"ADUH SAKIT RA!" jerit kak Damar.

"Lagian udah dibilangin berhenti aja. Kan ada tempat kerja lain, ngapain sih harus ngerjain pekerjaan kasar kayak gitu? Karena itu makanya badan kakak sakit terus, bahaya juga. Mau aku cariin kerja?" omel Ashera.

"Bawel. Kalo udah selesai keluar sana," cetus kak Damar.

"Tuh kan, gak mau dengerin lagi," ujar Ashera kesal, "kak Damar beneran gak ada niatan mau balik sekolah lagi? Kalo masalah-"

"Berisik. Gak usah mulai lagi. Keluar." potong kak Damar yang sudah lelah mendengarnya.

Ia sudah muak dengan semua itu.

"Pikirin sekali lagi," ketus Ashera dan pergi meninggalkan kamar kak Damar.

Sebenarnya, Ashera selalu sedih dan merasa sakit setiap melihat kakaknya. Ia selalu berharap kakaknya dapat kembali seperti dulu, seperti kak Damar yang ia kenal. Kak Damar yang bersemangat, jahil, ceria, dan seorang pemimpi. Walau ia tahu itu sulit dan sedikit tidak mungkin. Bagaimana bisa kembali seperti dulu seolah tidak terjadi apa-apa?

Hai semuanyaaa! Karena chapter pertama sudah lebih dari 100 pembaca, mari kita lanjut ke chapter selanjutnya^^

Gimana? Sejauh ini tertarik gak sama ceritanya?

Semoga suka yaa. Happy Reading.

with love,

aikoptricreators' thoughts