webnovel

It's A Secret Mission

Segala kesempurnaan yang dirasakan sekarang ini, hanya itu saja yang dapat dilihat oleh kebanyakan orang. Tanpa tahu kenyataan dibalik topeng kesempurnaan tersebut. Itulah yang dirasaka oleh Valerie Hala Diatmika dan Nararya Adhi Julian. Dua orang yang dipandang sebagai makhluk tuhan paling sempurna, tidak memiliki kekurangan sedikitpun. Setidaknya itulah yang banyak terlihat, tetapi pada kenyataannya mereka berdua sama-sama mencari jalan menggapai misi rahasianya untuk membuang segala keterpurukannya dibalik topeng palsu mereka dan mencari arti kebahagiaan yang sesungguhnya.

Wassap29 · Fantasy
Not enough ratings
325 Chs

Three

Satu minggu pertama aku dan Andrea habiskan waktu di Praha dengan mengunjungi tempat-tempat yang menjadi daya tarik wisatawan. Kata Franceska, tempat-tempat tersebut menjadi destinasi utama, Katanya kalau ke Praha tapi belum mengunjungi tempat tersebut, itu rasanya kaya makan tapi gapake garem. Gaada rasanya. Katanya sih begitu.

Tempat-tempat yang kita kunjungi itu dimulai dari kastil Praha, Old Town Square, Charles Bridge, Wallenstein Palace, Pulau Kampa, Wenceslas Square, Josefov atau perkampungan tua Yahudi, dan yang terakhir adalah menyusuri sungai Vlatva menggunakan kapal pesiar.

Dari sekian tempat wisata yang kusebutkan barusan, aku lebih suka dengan kapal pesiar. Alasan kenapa aku lebih suka itu karena selain bisa merasakan anginnya kota Praha itu gimana, aku juga suka sekali naik perahu. Mau itu dari rakit, atau sampe perahu yang besar sekalipun aku suka.

"Jadi, selanjutnya kalian mau kemana nih?" Tanya Franceska setelah dia menyeruput hot black tea miliknya.

"Kemana lagi kita Ndre?" Sautku ikut menimpali.

"Sebenernya ada dua lagi yang belum kita datengin. Franceska pasti juga tau apa itu.."

"Apa tu?"

"Vyesehrad" jawab Andrea dengan mulutnya yang belepotan karena tidak bisa membaca dengan aksen Cheska.

aku dan Franceska yang mendengar cara berbicara Andrea seperti itu langsung tertawa terbahak-bahak.

"Apasi lo Ndre! Kalo gabisa bacanya gausah dipaksa kenapasih?" Ujarku yang masih tertawa karena merasa konyol dengan ulahnya Andrea.

"Yaudahsi... mulut gue kan biasa makan sambel, bukan keju ama roti. Jadi gabisa bacanya.. maklum aja kali"

"Udahh... gapapa ko, namany juga masih belajar bukan?, yang bener itu Vyšehrad Andrea" ujar Franceska mengoreksi pelafalan Andrea barusan.

"Ya pokonya itulah, susah banget abis dibacanya. Itu tempat ya satu, nah ini yang terakhir... tapi ya pengennya sih sebelum kita pulang aja. Karena aku pengen sekalian piknik"

"Petrin Hill?" Tebak Franceska dan langsung mendapatkan kedua acungan jempol dari Andrea.

"Yuhu.. that's right! Oke sekali Franceska my friend.."

"Kalo gitu.. kita kesana kapan?"

"Kayanya sih lusa aja kaliya, istirahat dulu. Cape banget soalnya.."

"Boleh banget!"

--

"Ndre, gue pengen jalan-jalan ke depan yah.."

"Sendiri?"

"Iya.."

"Minta temenin Franceska aja gih, gue takut lo ilang.. ini kota orang masalahnya Val, kalo lo diculik gue bingung ntar"

"Sembarangan! Walaupun gue gabisa bahasa sini, tapi ya gue juga tau kali mana orang yang niat jahat sama yang engga"

"Yaudah.. ati-ati ya Val"

"Oke"

Setelah mendapat persetujuan dari Andrea, Aku melenggangkan kakiku keluar dari Apartement, tujuanku sekarang ini sebenarnya hanya ke cafe yang biasa kita kunjungin untuk sekedar nongkrong biasa atau makan malam. Jaraknya cukup dekat, hanya terhalang oleh 3 gedung.

Dari hari pertama kita dateng, cafe ini udah jadi pilihan utama. Karena tempatnya itu menarik perhatian, dimulai bangunannya yang menarik lalu pengungjungnya pun selalu ramai.

Alhasil aku dan Andrea selalu datang kesini sejak hari pertama, bahkan pelayan di cafenya pun sampai hafal dengan muka kita. saking seringnya kesini.

"hello Valerie" sapa Simon, pelayan cafe yang mengenali aku dan juga Andrea. Dia seperti biasa menyerahkan buku menu seraya menuangkan kopi kedalam cangkir yang memang menjadi free service disini.

"Hi Simon and also thanks" balesku diikuti sebuah senyuman.

"My pleasure Valerie.. by the way, Where's Andrea? He's not with you?"

"No, he's at our place. You want to join with me Simon?"

"I'd love to Valerie, but sorry i can't.. i'm really busy right now"

"Oh.. that's ok Simon, don't worry about me. i'm cool with this"

"Well then, i'm gonna give you a special dish. Very very special"

"Sounds good... Děkuji Simon"

"Sama-sama Valerie" bales Simon diikuti dengan senyuman juga.

Selepas Simon pergi, aku kembali memfokuskan diriku dengan suasana sekitaran cafe, memperhatikan orang-orang yang sedang berlalu lalang. Ada yang sedang bersama keluarga, teman, pasangan, atau seorang diri. Aku tahu memperhatikan orang itu memang tidak sopan, tapi aku sangat suka. Rasanya itu seperti hiburan tersendiri untukku, ditambah lagi kalau orangnya itu cantik atau ganteng, makin enak untuk dilihat pokonya.

Selagi aku asik memperhatikan orang-orang, tiba-tiba saja mataku menangkap seseorang- mungkin lebih tepatnya dua orang. Pada awalnya aku merasa tidak yakin dengan orang tersebut, sampai akhirnya ketika aku bisa melihat dengan sangat jelas siapa orangnya, sontak mataku membulat selebar mungkin.

Dengan segera aku beranjak dari kursi, kemudian aku memilih untuk masuk ke dalam cafe. Dengan perasaan yang was-was, aku terus memperhatikan gerak-gerik orang tersebut sambil bersembunyi. Takut-takut kehadiranku disadari oleh salah satunya.

Disaat aku sedang sibuk bersembunyi, tiba-tiba saja aku dikagetkan dengan sebuah tepukan di bahu kanan. Aku langsung membalikkan badan sambil memasang wajah terkejut.

"Oh god..." ucapku sambil mengusap dada saat tau kalau yang menepuk bahuku adalah Simon. Sekarang ini Simon tengah menatapku bingung, di tangannya sudah ada sepiring steak yang sepertinya itu untukku. "What's going on Valerie? Something bad happend to you?" Tanya Simon, kemudian matanya ikut melihat keluar. Memastikan apakah ada sesuatu yang terjadi atau tidak.

"Nothing.. i'm fine. But, eum... Simon,-"

"Yes?"

"I need your help"

--

"Lah? Bentar amat.. katanya mau jalan-jalan" ucap Andrea begitu mendapati kehadiranku baru aja kembali ke Apartement.

"Gapapa... mendadak males, makanan juga gue bungkus" balesku seraya mengangkat satu kantong plastik yang berisikan steak buatan Simon barusan.

"Apa itu?"

"Wagyu, lo mau?"

"Ga.. gue kenyang. Lo ga kenyang emangnya?"

"Dibayarin Simon, gaenak gue kalau nolak" jawabku seadanya- walaupun memang benar begitu- kemudian aku segera berlalu meninggalkan Andrea seorang diri di ruang tengah.

Sesampainya di kamar, aku langsung saja menjatuhkan badanku ke atas kasur. Menatap langit-langit kamar sambil memikirkan kejadian barusan.

Seketika perasaan kesal mulai muncul, nafasku mendadak berubah jadi agak sedikit memburu. Membayangkan bagaimana caranya tersenyum dengan sangat bahagia semakin membuatku kesal, amat sangat kesal.

"Brengsek! Dari sekian banyak negara di dunia ini kenapa harus ketemu disini sih! Sialan!" Maki diriku yang seharusnya ditujukan kepada orang barusan. Tapi sayangnya aku hanya bisa mengatakan hal tersebut kepada diriku sendiri.

Cukup lama aku bisa menetralkan kembali nafasku yang terus memburu, sambil terus berusaha berpikir jernih, aku menarik nafas perlahan lalu kuhembuskan juga dengan perlahan. Terus seperti itu sampai aku kembali merasa tenang.

"Oke Val... lupain, lo dateng kesini buat liburan. Bukan buat nambah-nambah beban pikiran. Lupakan, lupakan soal hari ini, lo masih ada satu minggu lagi disini. Jangan sampe ngerusak liburan yang udah terencana dengan sempurna. Lupkan... lupakan... lupakan.. yu bisa yu"