webnovel

Pengganggu ketenangan

Kana beserta para pengawalnya memulai kelas dengan pandangan penuh tanya, tak jarang orang menghampiri mereka langsung untuk berkenalan dan ditanggapi dengan ramah oleh gadis itu. Para mahasiswa di kelasnya pun terlihat cukup sering diam-diam memandangi Kana dan diberi tatapan tajam oleh 3 temannya, karena Damian sudah mewanti-wanti mereka agar tidak ada pria yang mendekati Kana.

Kelas Kana selesai dengan cepat, masih ada sisa waktu 30 menit sebelum kelas selanjutnya dimulai karena dosen yang belum tiba hingga akhirnya mereka memutuskan untuk bersantai di kantin terlebih dahulu.

" Mau pesan apa, Kana? Biar ku pesankan " ujar Hilda dengan wajah ceria, sedari tadi gadis yang satu itu memang telah menunggu untuk mencicipi makanan Kantin.

" Milo hangat saja, Hilda. Terima kasih " jawab Kana.

" Kamu harus makan, Kana " lontar Detta mengingatkan.

" Aku gak tau mau makan apa, bingung nih. Kalian makan apa?" tanya Kana lesu.

" Aku Bakso, nasi goreng, dan gorengan. Minumnya es teh sih " balas Hilda dengan cengiran khas diri ya.

" Aku Bakso, minumnya sama denganmu Hil " celetuk Fanny yang masih saja dengan mata sibuk mengamati keadaan sekitar.

" Aku Soto deh, jadi kamu apa Kana?"

Kana tampak berpikir, ia tidak berselera sama sekali.

" Bakso pakai mie deh kalau gitu " putus Kana akahirnya. Hilda mengangguk dan pergi memesankan pesanan teman-temannya.

Siska memasuki kantin dengan gengnya yang cukup ramai, mungkin hampir 10 orang. Mata sinisnya tampak menyapu seisi kantin, hingga menemukan keberadaan Kana di sudut kantin.

" Wah, ada Tuan putri " bisiknya dengan seringai licik. Kaki jenjang nya melangkah menuju meja Kana mengundang perhatian orang karena hampir semua mahasiswa disana tau siapa Siska, si ketua Geng yang gemar mencar masalah dan memalak adik kelasnya yang sulit untuk dilaporkan karena gadis itu cukup pintar mengerahkan teman-temannya bahkan Siska dikabarkan memiliki Dekan yang mendukung di belakangnya.

Pesanan Kana dan teman-temannya tiba di meja mereka bersamaan dengan kehadiran Siska dan geng nya.

" Hai " Siska menyapa dengan penuh percaya diri.

Kana sama sekali tidak menanggapi sapaan Seniornya karena tidak merasa namanya dipanggil, membuat Siska geram karena tidak mendapat respon yang ia inginkan.

" Lu gak dengar gue nyapa?" tanya Siska mendudukkan dirinya disebelah kiri Kana karena ada Detta di sebelah kanan.

" Siapa?" tanya Kana tanpa melihat Siska dan fokus melahap bakso nya.

" Siapa apanya?" tanya Siska dengan bingung.

" Siapa yang kasih izin buat duduk?" Kana bertanya dengan senyum polos mengundang rasa kesal dalam diri Siska. Ditambah bisik-bisik dan tawa yang terdengar samar dari mahasiswa lain karena ini pertama kalinya omongan Siska dilawan.

' Berani-beraninya nih bocah ngeremehin gue? ' dengus Siska dalam hati.

" Ini kan kursi kantin, ya suka-suka gue dong mau duduk dimana aja tanpa izin lu " ujar Siska.

" Kalau lu belum tau, meja dan kursi dipojok ini udah punya kita " lontar Detta menunjuk tempat duduk mereka yang memang tampak berbeda dari yang lainnya.

" Akal-akalan lu aja, sekaya-kaya nya lu juga gak mungkin bisa bayar nih Univ buat ngasih kalian tempat khusus dikantin " bantah Siska tidak percaya.

Tawa Kana dan teman-temannya pecah, apa yang tidak mungkin bagi seorang Damian?

" Ya, terserah lu percaya atau enggak yang penting sekarang silahkan angkat kaki karena kita mau makan " ucap Fanny datar.

" Kalau gue gak mau, kalian bisa apa? " Siska menantang karena yakin 4 gadis ini tidak mungkin bisa berbuat apa-apa, lagian jumlah dia dan gengnya lebih banyak dibanding Kana dkk.

" Bisa ngelakuin sesuatu yang enggak pernah lu bayangin " jawab Kana tenang. Ia masih fokus memakan bakso nya yang ternyata cukup lezat.

" Bacot kalian " dengus Siska meremehkan.

Kana menaruh sendoknya, " Hilda, tau kan harus apa?" tanya nya. Hilda bangkit dari kursi nya lalu menggendong Siska dipundaknya dan menurunkan Senior mereka itu di luar kantin.

Siska berteriak mengejar Hilda yang kembali ke kantin, " B*NGS*T! Kurang ajar banget nih bocah " tangannya menggebrak meja Kana.

" Diam atau gue laporin ke Rektor?" ancam Kana jengah. Ia malas membiarkan Siska semakin ribut, jadi mengancamnya adalah jalan terbaik untuk saat ini.

" Cih, berani nya ngadu rektor doang. Dasar tuan putri manja " decih Siska lalu berdiri dan meninggalkan meja Kana begitu saja.

Melihat bagaimana perlakuan istimewa yang Kana terima dari Juan membuat Siska kurang lebih paham ia yang akan rugi jika masalah ini terdengar sampai ke telinga sang Rektor.

" Woooooooo " sorak mahasiswa dan mahasiswi dikantin mengiringi kepergian Siska. Dengan berbagai alasan, mereka merasa cukup puas melihat Siska yang kali ini kalah telak dihadapan adik kelas, padahal biasanya gadis yang selalu merasa sok senior itu tidak pernah kalah karena jumlah gengnya yang cukup banyak dan terdiri dari orang terpandang.

" Kamu bisa memerintah kami untuk mengurusnya, Kana " celetuk Fanny sambil mengunyah gorengan milik Hilda.

" Baru hari pertama, belum saatnya. Nanti saja kalau dia sudah keterlaluan, kalian yang urus sesuka hati " jawab Kana mengacungkan jempolnya.

" Oh iya, masalah ini jangan kasih tau ke Damian ya. Aku aja yang beritahu dia nanti kalau ada waktu " sambung Kana, ia tidak ingin membuat pria itu khawatir dengan masalah sepele jika suaminya sedang sibuk.

Hilda, Detta, dan Fanny hanya saling melirik karena mereka tidak bisa mengiyakan hal itu. Tentu saja semua aktifitas Kana harus dilaporkan pada Damian sesuai perintah Tuan mereka secepatnya, karena semua hal tentang Kana selalu menjadi prioritas Damian.

" Kana, kelas selanjutnya sudah mau dimulai " celetuk Hilda dengan cepat menyeruput es teh nya.

Kana mengangguk dan beranjak menuju gedung kelas selanjutnya, diikuti oleh teman-temannya.

*****

Damian menunggu didepan gerbang dengan perasaan senang, sebentar lagi jam kuliah Kana akan selesai dan mereka akan segera bertemu. Mobil yang dikendarai nya cukup mencolok karena sedari tadi orang yang berlalu lalang cukup sering berbisik menebak-nebak harga dair mobil hitam mengkilap itu.

" Bugatti la voiture noire kan itu? "

" Harganya sekitaran 200 milliar kayanya deh "

" Wah keren banget "

Berbagai celetukan yang terdengar disekitar Damian, namun pria itu tampak tidak peduli. Hingga Kana muncul, gadis itu berlari-lari kecil dan memeluk suaminya dengan ekspresi senang.

" Hai, sayang. Ayo masuk ke mobil dulu, diluar panas " ajak Damian membukakan pintu mobil. Kana menatapnya dengan pandangan bertanya, " Hilda, Detta, sama Fanny gimana? "

" Mereka naik mobil naik, sayang " ucap Damian.

" Jadi, gimana hari ini, sayang?" tanya Damian ketika sudah mulai menjalankan mobil menuju jalan raya.

" Capek sebenarnya. Ada cerita sih, tentang aku hari ini. Aku bingung gimana ceritanya Dam, belum terbiasa sih cerita soal keseharian aku ke orang. Tapi aku tetap ingin cerita sih, karena aku mau lebih terbuka lagi ke kamu " terang Kana menggembungkan pipinya dengan gemas.

Damian mengelus pipi Kana, " coba majukan pipi kamu ke wajahku " pintanya. Dengan patuh, Kana memajukan dirinya dan Damian melayangkan kecupan basah di pipi istrinya dengan gemas.

Kana terkekeh geli, " kesempatan nih Pak Damian " gerutu Kana mencubit lengan Damian.

" Sayang " panggil Damian dengan mata yang menatap Kana lekat.

" Tiba-tiba aku penasaran, kita bisa coba disini gak?" tanya pria itu dengan senyum penuh makna.

" Coba apa?" Kana bertanya dengan bingung, " jangan bilang.. "

Damian mengangguk, " ya, seperti yang kamu pikirkan "

Kana berteriak dan beringsut menjauh dari suaminya sambil terkekeh geli, yang benar saja melakukan hal 'itu' disini?