webnovel

Pertemuan

Alia Sofia De Luca gadis cantik yang hidup dengan keluarga yang sangat sangat berantakan. Saat ibunya Elena De Luca pergi meninggalkan dia dan ayahnya untuk hidup dengan pria lain yang bergelimpangan harta. Sedangkan Antonio De Luca ayahnya hobby dengan dunia malam, minuman dan perjudian.

Alia yang masih duduk di bangku sekolah kini harus berjuang untuk hidupnya sendiri, terlebih lagi Alia tidak ingin putus sekolah.

Alia saat pulang sekolah dia menyempatkan diri untuk kerja part time untuk mengumpulkan pundi-pundi uang untuk membiayai hidupnya.

Alia menjalani hidupnya yang sangat sulit. Bahkan terkadang dia harus air matanya agar tidak di anggap remeh oleh orang-orang. Alia selalu mendapatkan perundungan dari temannya. Yang menganggap dia rendah.

Semua Alia tepis dengan menjadi perempuan yang sangat keras.

Sifat lembut dalam dirinya ia kubur hanya untuk mempertahankan dirinya.

Setiap hari Alia harus melihat pemandangan ayahnya dengan perempuan lain dengan tubuh telanjang di ruang tamu mereka. Seakan semua tempat menjadi tempat ayahnya bermain, seluruh pakaian dua manusia itu berserakan dimana-mana.

"Menjijikan sekali." umpat Alia yang paginya terusik saat hendak berangkat sekolah. Sekolah tingkat high school semester akhir.

Alia berangkat dengan menggunakan motor biasa yang ia dapat dengan jerih payahnya sendiri sebagai part time pengantar makanan.

Saat di sekolah Alia terkenal karena parasnya yang cantik, terlebih terlebih lagi Alia menjadi ketua basket di sekolahnya. Alia termasuk orang-orang yang beruntung masuk dalam sekolah elit ternama di Italia karena kepintaran yang Alia miliki.

Seperti biasa setelah pelajaran sekolah Alia bergegas menuju kafe tempat dia bekerja.

Kafe yang selalu ramai pengunjung. Alia setelah sampai di kafe itu segera bergegas mengganti pakaiannya. Kemudian mulai mengantar satu persatu makanan yang sudah di pesan.

Jalanan selalu menjadi sahabat terbaiknya. Bergumam sendiri sambil mengungkapkan kelelahan dalam kehidupannya sekarang kepada angin.

"Tumben sekali jalanan ini ramai.., ada apa ya?" gumam Alia dalam hati.

Alia menatap jalanan yang biasa dia lalui macet.

"Kalau seperti ini lama-lama aku telat mengantarkan makanan ini."

Akhirnya Alia harus melewati jalanan sepi.

"Hufftttt.. Terpaksa aku harus melewati jalanan itu." ucap Alia kini memutar balik motornya dan melenggang menjauhi lokasi itu.

Alia membawa motor itu dengan cepat. Tapi hari ini mungkin hari paling buruk bagi Alia, bagaimana tidak saat Alia ingin berbelok tiba-tiba sebuah mobil mewah Cadillac One menabrak motornya dari belakang.

"Aaaahkkkk My Godddd!!" pekik Alia saat mobil itu menabrak bagian belakang motornya yang membuat dia sampai terjerembab jatuh.

Dengan cepat Alia berusaha untuk berdiri.

Tiba-tiba seorang pria tampan keluar dengan cepat dari mobil mewah itu.

"Kau kemarilah!! Cepat!!" ucap Rafa menatap tajam kearah Alia.

"Apaan sih!! Siapa kau sudah nabrak.. Malah marah-marah lagi!!" teriak Alia.

"Cepatlah!! Aku akan mengganti rugi semua ini!!" bentak Rafa pada Alia.

Brummmm.. Brummmm..

Dorrr.. Dorrrr..

Suara deretan mobil dan motor yang menggema di jalanan sepi itu.

"Cepat atau kita akan mati di sini." bentak Rafa. Sedangkan Alia tidak mengerti situasi yang terjadi tapi suara dentuman pistol membuat dia bergidik ngeri. Alia masih sadar mati konyol tidak akan membuat dia tenang.

"Oh My God apa lagi ini.." lirih Alia kini membawa motornya dengan Rafa yang duduk di belakangnya. Dengan cepat Alia membawa motornya meninggalkan tempat itu, Alia membawa motor dengan kecepatan tinggi, terlebih lagi jalanan itu sangat sepi.

"Cepatt sedikit!!" pekik Rafa.

"Ahh bangsatt!! Sudah menumpang, masukin orang dalam masalah kau masih berani menyuruhku cepat!!" umpat Alia merasa geram.

Kini Alia membawa motornya entah sudah sampai mana. Tempat itu semakin sepi tanpa ada seorangpun di sana. Merasa aman Alia memperlambat membawa motornya.

"Astagaa ini dimana." lirih Alia pelan.

"Sudah lah jalankan saja motormu! Para pengawalku pasti akan menemukan posisi kita!!"

Shitttt.. Alia memberhentikan motornya tiba-tiba. Sehingga membuat Rafa sedikit terdorong ke depan wajahnya ke kepala Alia.

"Tuurunn!!" teriak Alia kepada Rafa.

Rafa menghiraukan perintah Alia. Sehingga Alia harus menurunkan standar motornya kemudian dia turun dari kemudian motor itu kemudian mengambil kuncinya.

"Ku katakan kau turun!!" pekik Alia kencang.

Rafa sendiri masih duduk di kursi penumpang itu dengan wajah datarnya.

"Kau!! Apa kau tuli hah!!" teriak Alia sambil menarik daun telinga Rafa.

"Arrrggghhh sakit woi!!" umpat Rafa yang kini turun dari motor.

"Lihat ini!! Gara-gara kau aku jatuh!! Terus aku telat mengantarkan makanan ini, hatiku hancur karenamu di tambah lagi sekarang aku tidak tau ini ada dimana, hari juga sudah semakin gelap." teriak Alia pada Rafa.

"Tenanglah kau takkan mati di sini!!" ucap Rafa dengan entengnya.

"Tau ahhkkkk aku mau pulang." ucap Alia menaiki motornya. Saat hendak menghidupkan motornya tiba-tiba motor itu tidak bisa hidup.

"Oh my god mengapa hari ini menyebalkan sekali!!" umpat Alia yang kini sepeda motornya mati karena kehabisan bahan bakar.

Sedangkan Rafa hanya diam duduk di pinggiran jalan sambil memperhatikan jam tangannya.

Alia bingung harus berbuat apa. Dia hanya menatap tajam kearah Rafa seperti tidak khawatir akan apa yang terjadi nanti.

"Heiiii." ucap Alia kepada Rafa.

"Hmmmm.." ujar Rafa menjawab panggilan Alia.

"Bagaimana kita pulang saja? Aku takut pada kegelapan." ucap Alia polos.

"Bersabarlah..Pengawalku pasti akan menjemput kita sebentar lagi." ucap Rafa datar.

Sedangkan Alia kini duduk di pinggiran jalan. Menatap sekeliling di tempat mereka sekarang berada sangat sepi bahkan sudah empat jam berlalu tidak ada satupun orang yang melewati jalan itu.

Hari semakin gelap, suasana semakin mencekam terlebih lagi Alia memiliki phobia akan kegelapan.

Suasana dingin di tempat itu tidak membuat Alia kedinginan, malah sebaliknya suasana gelap membuat dia berkeringat.

Rafa melihat tingkah Alia yang seperti orang yang ketakutan Rafa mencoba mendekat.

Saat ingin bertanya dengan cepat Alia memeluk tubuh Rafa. Rafa yang mendapat serangan pelukan itu ingin melepaskan pelukan Alia, Rafa merasakan tubuh Alia yang bergetar hebat, terlebih lagi lengan dan tangan Alia basah akibat keringat.

"Heiiii ada apa." ucap Rafa sedikit panik atas keadaan Alia.

"Jangan pergi please.. Aku takut gelap." ucap Alia dengan suara pelan.

Rafa yang mengerti situasi itu kini ikut duduk di samping Alia, tetap membiarkan wanita itu memeluknya. Lambat laun tubuh Alia mulai terasa tenang, bahkan hembusan nafas Alia kini terdengar seperti tertidur. Rafa yang menyadari itu menatap wajah cantik Alya.

"Cihh dia malah tidur!!" decak Rafa yang sekarang masih menatap jam tangannya.

Ya jam tangan itu di lengkapi dengan sistem maps yang mampu memberikan titik lokasi Rafa kepada asistennya.

Hampir enam jam berlalu akhirnya para pengawal menjemput Rafa.

Saat melihat para pengawal datang, Rafa ingin membangunkan Alia, namun tiba-tiba saja pelukan Alia semakin erat.

"Dia masih saja tertidur!!" lirih Rafa pelan.

Niat hati ingin membangunkan Alia tapi Rafa mengubur niatnya. Rafa menggendong Alia ala bridal style kedalam mobilnya. Kemudian dia memerintahkan pengawalnya untuk membawa motor Alia.

Kini Rafa dan Alia menuju kediamannya. Selama perjalanan Alia masih saja tertidur pulas dalam pelukan Rafa.

"Wanita ini bahkan tidak melepaskan pelukannya dari tubuhku." lirih Rafa menatap wajah cantik Alia dengan intens.

Kini mereka telah sampai di kediaman milik Rafa.

Saat melihat kedatangan Rafa semua orang memberikan hormat kepadanya.

Rafa kini kembali menggendong tubuh Alia. Kemudian membawa gadis itu ke kamar tamu.

Kepala pelayan kediaman itupun mengikuti pergerakan Rafa.

"Aurelia kau urus dia!!" perintah Rafa kepada kepala pelayan agar membersihkan tubuh Alia.

"Ba-baiikk tuan." ucap Aurelia.

Seluruh pengawal dan pelayan di kediaman Rafa itu merasa heran bagaimana mereka tidak mengetahui tentang kisah cinta Rafa yang malang yang membuat Rafa menjadi pria dingin, bahkan memutuskan hidup sendiri tanpa memiliki seorang pendamping.