1 AWAL

"Sayang, hari ini apa kamu lupa hari apa?" tanya Yura.

"Hari senin, kenapa?" jawab Yunki dengan santai.

"Baiklah," ucap Yura sambil menghela nafas dan membalikkan badannya ke belakang.

"Happy Anniversary Wedding My Wife," ucap Yunki penuh semangat sambil memeluk Yura dari belakang.

"Aku pikir kamu lupa," lirih Yura sambil menggenggam kedua tangan Yunki yang memegangi perut besarnya.

"Kapan anak kita lahir? aku ingin merayakan ini dengan anak kita sayang," ucap Yunki mengusap-usap perut besar Yura.

"Bulan ini sayang, sabar ya," ucap Yura sambil mengusap kepala Yunki dengan lembut.

"Baiklah aku akan sabar untuk anak kita," ucap Yunki sambil mencium kepala Yura.

"Ini sudah waktunya kamu kerja sayang," ucap Yura membalikkan badannya dan berhadapan dengan Yunki.

"Ah benar, aku hampir lupa kerja karna sibuk denganmu hehe, sampai nanti sayang, aku pamit." Yunki langsung mencium bibir Yura.

"Hati-hati di jalannya sayang, jangan ngebut," ucap Yura membalas ciuman suaminya, Yunki.

Yunki mengangguk dan melangkah pergi menuju kantor, lalu Yura membereskan bekas sarapan tadi.

Ting pesan masuk di hp Yura, lalu Yura mengambil ponsel dan membaca pesan itu.

                                              Yuna

Kak, apa kabar? kak temani aku ke butik dong, minggu depan aku mau kerumah calon suami aku hehehe, maukan temenin aku kak? please!

"Ya ampun, tidak terasa anak ini sudah dewasa bahkan sudah mau menikah, semoga kamu selalu bahagia sayang," lirih Yura sambil memandangi ponselnya.

Beberapa menit kemudian.

Kring.

Ponsel Yura berdering ada panggilan masuk, lalu Yura menjawab telepon itu.

( Di telepon )

                                                 

Yuna: kak, kenapa pesan aku tidak di balas?

Yura: sengaja, biar kamu telepon aku hehe.

Yuna: ah kakak nyebelin huhu, jadi bisa kan anterin aku?

Yura: bisa, tapi izin suami dulu ya!

Yuna: ah sweet banget sih, tapi aku enggak suka sama suami kakak, dia cuek banget bahkan enggak pernah senyum huh.

Yura: tapi sekali senyum, bikin diabetes loh hehe.

Yuna: haish kakak malah bercanda.

Yura: hehehe ya sudah nanti kakak kabarin ya, mau ke butik jam berapa? kamu enggak kuliah?

Yuna: agak sore saja, aku sudah jadwal sama seseorang di sana, hari ini aku kuliah dan ini lagi di jalan.

Yura: hei kalau lagi nyetir jangan telpon, bahaya!

Yuna: aku di antar supir, ibu ngomel dari kemarin.

Yura: makanya jangan kebanyakan berduaan sama calon!

Yura: ya enggak apa-apa dong namanya lagi jatuh cinta.

Yura: ya sudah sampai ketemu nanti, aku masih sibuk sama kerjaan rumah, bye!

Yuna: oke kak, jaga kandungan, itu ponakan pertama aku loh!

Yura: siap sayang, belajar yg bener oke.

Yuna: oke kak, bye.

Yura mematikan teleponnya dan kembali melanjutkan tugas menjadi ibu rumah tangga, Yura enggak punya pembantu karna dia lebih suka mengerjakan rumah tangga sendirian dan mengurus semuanya sendiri. Yura wanita yang mandiri dan pekerja keras, ia pewaris pertama di Bagaskara Company, orang tuanya hanya memiliki dua anak yaitu Yura dan Yuna, orang tuanya membutuhkan menantu lelaki yang mampu mengurus perusahaan itu makanya Yura segera menikah dengan Yunki. Mereka nikah tidak ada paksaan karena keduanya saling mencintai, dan mereka selalu semangat untuk mempertahankan perusahaan, bulan ini Yura cuti melahirkan untuk bersiap persalinan anak pertamanya.

"Ah geli sekali kalau bayinya sudah mulai menendang di dalam perut," ucap Yura dengan rasa bahagia sambil mengusap-usap perutnya.

Jam 12.00 Yura selesai pekerjaan rumah lalu segera ganti pakaian dan merapihkan bekal makan siang. Yura berangkat ke kantor Yoongi, itulah keseharian Yura saat cuti, dan entah kenapa Yura selalu ingin makan bersama Yunki.

Jam 12.30 Yura sampai di kantor Yunki.

"Tumben sudah datang jam segini?" tanya Yunki sambil menghampiri Yura.

"Jadi aku enggak boleh datang jam segini nih?" sinis Yura.

"Boleh sayang, kan biasa nya datang jam satu tepat."

"Aku sekalian mau izin hehe," ucap Yura langsung duduk di sofa.

"Izin kemana? sama siapa?" tanya Yunki yang ikut duduk di samping Yura.

"Ah selalu banyak pertanyaan," celetuk Yura sambil manyun.

"Kamu lagi hamil, tidak boleh kemana-mana kalau enggak sama aku!" tegas Yunki yang sedikit cemas.

"Mau anter Yuna ke butik, minggu depan dia mau ke rumah calon suaminya," jelas Yura.

"Butik mana? jam berapa? lama?"

"Ah kamu cocok jadi wartawan saja deh jangan jadi CEO," ucap Yura sambil tertawa melihat tingkah Yunki yang cemas.

"Aku nanya serius" ucap Yunki sambil mengusap kepala Yura.

"Aku enggak tau butik mana tapi kayaknya Zero Boutique deh biasanya dia kalau beli baju di sana dan agak sore katanya, mungkin selesai dia pulang kuliah."

"Baiklah, aku antar!"

"Jangan sayang, nanti Yuna enggak nyaman gimana?"

"Aku hanya antar kamu ke butik saja, kalau sudah pulang telepon aku biar aku jemput"

"Siap bos," ucap Yura sambil tahan tawa.

"Ayo makan aku lapar," ucap Yunki membuka bekal makan siang yang di bawa Yura.

Yunkii dan Yura makan siang bersama, Yunki yang selalu menyuapi Yura makan.Entah kenapa Yura selalu ingin di suapi makan dengan Yunki, mungkin bawaan bayi.

Beberapa menit kemudian, selesai makan.

"Aku ke kantin ya nunggu kamu disana," ucap Yura.

"Kenapa harus di kantin? di sini saja, ini ruang kerja suamimu dan enggak ada yg larang istriku untuk menemani aku," ucap Yunki sambil merangkul pinggang Yura.

"Hehehe baiklah, aku duduk di sofa saja." Yura melepaskan rangkulan itu dan menatap layar ponsel.

"Jangan terlalu sering menatap layar ponsel, nanti matamu rusak sayang," ucap Yunki bangun dari duduknya.

"Siap pak guru haha," ucap Yura masih memegangi ponsel.

Yunki hanya menggelengkan kepalanya dan kembali duduk di kursi kerjanya sambil lanjut kerja, dan Yura sibuk dengan ponselnya.

Jam 15.00

sudah waktunya Yunkii pulang, lalu Yunki menghampiri Yura yang tiba-tiba tidur di sofa dan masih menggenggam ponselnya.

"Ya ampun, apa dia lelah sekali hari ini," ucap Yunki sambil mengelus-elus perutnya.

"Oh, sudah selesai ya?" tanya Yura, perlahan-lahan membuka ke dua matanya.

"Ayo aku antar ke butik," ucap Yunki sambil menatap Yura.

"Ayo!" Yura bangun dari sofa.

Yunki dan Yura melangkah pergi.

Yura dan Yunki saling berpegangan tangan, sweet banget pokoknya, dan sampai di dalam mobil, Yunki menggunakan sabuk pengaman untuk Yura dan mengambil ponselnya.

"Dari tadi nyonya Yura main ponsel terus, aku jadi curiga ada apa di dalam ponselnya," celetuk Yunki memeriksa ponsel Yura.

"Wah, kau cemburu dengan aku? aku wanita dengan perut besar yang selalu di samping kamu dan kamu cemburu?"

"Iya aku cemburu sama ponsel kamu," lirih Yunki.

"Baiklah kita kemana? langsung ke butik?" tanya Yunki.

"Kata Yuna langsung ke butik saja."

Yunki mengangguk dan menyalakan mesin mobil, lalu mengemudi dengan pelan, demi keselamatan mereka.

Di perjalanan.

"Sayang," nada lirih Yura sambil memegangi perutnya.

avataravatar
Next chapter