webnovel

Berbelanja Di Mal

Elena berjalan sampai di depan pintu mobil yang sudah terbuka. Supirnya berdiri dengan penuh hormat dan menunggu Elena masuk ke dalam mobil sebelum ia menutup pintu dan kemudian mengendarai mobil itu.

Di dalam mobil mewah itu Elena membuka kaca mobil mengamati setiap jalan yang ia lalui. Ia segera menyadari ini bukan arah pulang mansion. Kemana mereka sekarang?

"Kita akan pergi ke pusat perbelanjaan," kata Vincent dengan sopan. "Kata Tuan, Nyonya mau berbelanja."

"Oh… itu tidak benar. Kita pulang ke mansion!" kata Elena. Ia tidak bersemangat untuk jalan-jalan atau membeli apa pun.

"Anda harus membeli apa yang Anda inginkan dulu Nona. Tuan Elleard tadi mengirimkan pesan pada saya," kata Vincent. "Saya tidak berani membantah."

Elena membuang napasnya mendengar ucapan supirnya itu. Ia lalu memilih diam dan menyandarkan punggung pada jok belakang. Tentu saja perintah Elleard yang berkuasa.

Tidak lama kemudian, mobil itu masuk halaman sebuah pusat perbelanjaan. Sebelum mobil masuk dalam parkiran, Vincent menurunkan Elena lebih dulu dan ternyata satu orang sudah menunggu Elena. Ia adalah bodyguard yang dikirim Elleard untuk menjaganya. Pria itu memperkenalkan diri sebagai Alistair.

Baru mengelilingi beberapa toko dan melihat-lihat Elena sudah bosan sendirian. Ia mengeluarkan ponselnya lantas menghubungi Elleard. Di dering kedua Elleard sudah mengangkatnya. Mungkin Elleard tidak membaca pesannya yang tadi.

"Halo, Tuan Elleard," sapa Elena.

***

Elleard sedang ada rapat dengan para anggota direksi dan ada Xavier di sampingnya. Xavier mencuri dengar suara kakaknya berbicara dengan Elena.

"Aku tidak bisa pergi Elena," ujar Elleard saat Elena minta ditemani berbelanja.

Dengan ponsel di tangan Elena melihat-lihat barang yang ia sukai. "Sayang sekali, aku ingin lebih mengenalmu dan tahu apa saja yang tidak kau sukai dan apa saja yang kau sukai," tutur Elena mencari alasan agar Elleard datang.

"Aku suka apa pun yang kau beli," kata Elleard dan Xavier mendengarkan itu.

"Aku masih ada urusan." lanjut Elleard lagi dan Elena mengerti lelaki itu akan menutup teleponnya.

"Baiklah, Tuan Elleard."

Panggilan berakhir dan sungguh saat ini Elena merasa bosan dalam kesendirian. Sesaat Elena melirik bodyguard yang ada di belakangnya.

"Tuan baju hitam." panggil Elena.

"Panggil saya Alistair, Nyonya. Ada yang Anda butuhkan?"

"Aku ingin memanggil Greta, kau punya nomornya?"

"Greta?" Bodyguard itu seakan sedang berpikir. Ia tidak mengenal nama itu. Ia lalu menoleh kepada Vincent yang sudah bergabung bersama mereka.

"Dia pelayan pribadiku di mansion," jelas Elena. Rasanya akan sangat membosankan jika ia berjalan-jalan sendiri di mal. Jika ada seseorang yang ia gandeng lantas mengobrol dan meminta pendapat, pasti akan lebih menyenangkan.

Vincent dan Alistair bertukar pandang. Vincent kemudian mengangguk dan mengeluarkan ponselnya. Ia lalu menghubungi seseorang. Elena menatap lelaki tinggi besar itu bicara di telepon dengan dengan ekspresi penuh harap.

Kalau Greta bisa datang kemari, tentu akan sangat menyenangkan berbelanja berdua.

Ia mengangkat alisnya, bertanya hasil dari telepon Alistair ketika pria itu menutup panggilan dan menyimpan ponselnya di saku.

"Greta akan datang, Nyonya," kata Vincent dengan sopan. Setelah tadi meminta persetujuan Elleard tentang kemauan Elena barulah Vincent meminta orang mansion untuk mengantarkan Greta ke sini.

"Pastikan dia mengganti bajunya dengan pakaian biasa, bukan seragam kerja," kata Elena. "Aku malu kalau orang mengira aku membawa pelayan untuk membantuku belanja. Aku ingin orang mengira kami berteman."

Vincent mengangguk mengerti.

Sambil menunggu Greta datang Elena duduk di kursi kayu dengan es krim di tangannya. Ia begitu menikmati hal sekecil itu. Rasanya enak sekali bisa menikmati es krim gelator mahal tanpa harus memikirkan harganya.

Dulu, ia tidak pernah jajan atau mengeluarkan uang untuk membeli makanan dan minuman enak karena baginya setiap sen itu sangat berharga. Namun, sekarang situasinya sudah berbeda.

Elena bisa membeli apa pun yang ia inginkan. Vincent berdiri tegak di belakangnya dengan sikap berbahaya, seolah memperingatkan siapa pun yang berani mengganggu Elena untuk berhadapan dengannya.

Sesekali pengunjung mal yang lewat melihat Elena dan melemparkan tatapan aneh atau keheranan. Gadis itu terlihat seperti gadis bangsawan yang sedang menikmati harinya dengan kawalan seorang bodyguard sadis.

"Nyonya!" Setengah jam kemudian Greta sampai di mal dan segera menyapa Elena. Wajahnya tampak berseri-seri.

"Kau sudah datang," Elena segera bangkit dari duduknya dan menarik tangan Greta. Ia sangat senang melihat Greta tampil dengan pakaian kasual, bukan seragam pelayan. "Ayo temani aku memilih pakaian."

Ia menunjuk ke arah departmen store di depan mereka lalu berjalan masuk ke sana.

"Bukankah di walk-in closet Anda sudah ada banyak pakaian?" tanya Greta tidak mengerti.

Elena menjelaskan, "Aku akan kuliah. Tolong bantu aku untuk memilih beberapa pakaian yang cocok untuk kuliah."

"Yang ada di mansion lebih banyak pakaian pesta," kata Elena lagi.

Greta mengangguk mengerti.

"Model seperti apa yang Nona suka?" Greta maju satu langkah mendekati barisan gantungan baju atasan santai.

"Cukup baju santai saja, seperti ini." Elena menunjukan kemeja garis-garis berwarna putih biru dan celana jeans.. "Rok dan gaun musim panas yang santai juga oke."

"Baiklah. Aku akan bantu Nyonya mencari," kata Greta.

Ia lalu memilih beberapa pasang pakaian dan membawanya ke ruang ganti untuk Elena coba. Saat sang nyonya mencoba pakaian-pakaian itu, Greta menunggu Elena dengan duduk di sofa coklat yang ada di luar kamar ganti.

Elena keluar dengan kemeja bermotif bunga-bunga pink dan celana panjang berwana hitam. Rambut coklatnya tergerai indah. Tubuh mungil Elena nampak cocok dengan pakaian santai seperti itu.

"Bagus, Nyonya," komentar Greta.

"Terima kasih," kata Elena. Ia juga menyukai pasangan baju ini. Ia kembali masuk ke dalam kamar ganti dan mencoba beberapa pakaian lain.

Kali berikutnya,Elena keluar dengan mengenakan gaun hitam dengan panjang selutut dan dihiasi ikat pinggang kulit yang cantik. Dengan pakaian itu pun Elena nampak cantik dan anggun, lekuk tubuhnya nampak pas dengan semua pakaian.

"Bagaimana dengan yang ini?" Tanya Elena sambil berputar.

"Itu juga bagus, Nyonya," ujar Greta.

Elena menyipitkan matanya. "Semua yang aku pilih pasti akan kau nilai bagus."

Greta tersenyum. "Aku tidak bohong semua memang terlihat bagus di tubuh Anda. Tuan Elleard pasti akan terpesona melihatnya."

"Benarkah? Dia menyukai pakaian santai seperti ini? Tapi di lemariku isinya gaun-gaun seksi semua," kata Elena sambil tertawa rikuh. Ia lalu menatap Greta dalam-dalam, "Greta, kau sudah bekerja di mansion selama hampir setahun, kan? Kau pasti lumayan kenal seperti apa Elleard itu. Aku belum banyak tahu tentangnya. Apakah kau tahu apa yang dia sukai dan tidak sukai?"

Greta tampak menjadi rikuh. Ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Nyonya bisa bertanya sendiri pada Tuan Elleard." Greta tidak akan berani membahas siapa Elleard. Ia takut salah bicara.

Next chapter