1 Kedatangan Rafika

Tibanya ia dibandara...pukul 11.00

"Mana sih Rio?"Rafika menelepon nomor Rio."awas aja nanti akan aku Hajar...pasti lagi sibuk sama para gadis nya"Rafika mulai geram karena nomor yang dituju tak kunjung mengakar telepon nya ditambah baterai handphone nya mulai habis karena ia lupa mengecas nya.

*Di bar*

Tampak wajah pria yang sangat tampan yang putih dan terlihat dingin dibawah lampu bar yang sedikit redup.Ia terbaring karena terlalu banyak minum.Ia lupa bahwa Rafika akan datang hari ini.Ibunya memang sudah memberitahu tentang perjodohan nya tapi ia tidak bisa berbuat apa pun.Ia mencari handphone nya yang bergetar ia melirik nomor yang tidak dikenal dan satu lagi panggilan yang tak terjawab dari ibunya.Lalu ia menelpon balik ibunya.

"Iya bu?"balas Rio dengan keadaan mabuk.

"Kamu mabuk lagi sayang?ibu kan dah bilang jangan terlalu sering minum!kamu udah jemput Rafika belum?"tanya ibu dari sebrang telepon. Awalnya Rio cuek mendengar nasihat ibunya tapi ketika pertanyaan ibu nya yang terakhir membuat dia tersadar...

"Astaga...."ia segera bangkit dari tempat duduknya dan segera pergi dari bar itu."ke bandara sekarang...!"sahut Rio kepada asisten yang setia menunggu nya dimobil.

"Baik tuan muda"sang asisten terkejut melihat tuan mudanya sudah keluar dari dalam bar yang biasanya tidak pernah pulang secepat ini.

*Di bandara*

Rafika sangat lelah habis penerbangan jadi ia duduk ditepi jalan untuk menunggu Rio menjemput nya.Sebenarnya bisa aja Rafika menelepon supir ayah nya untuk menjemput dia tapi mama nya Rio sudah berpesan pada nya bahwa Rio akan menjemput nya di bandara bisa aja sih dia mengadu pada mama Rio bahwa Rio belum menjemput nya tapi dia bukan lah anak kecil lagi yang suka mengadu walaupun sebenarnya ia anak yang sangat manja.Rafika sudah menunggu selama  satu jam lebih sampai ia sangat mengantuk.Ia lalu melirik jalanan yang sepi dan melihat jam dipergelangan tangan nya menunjukkan pukul setengah satu. Tiba-tiba datang segerombolan orang yang tidak dikenal nya yang tampak nya mereka adalah para pereman.

"Serahkan tas mu kalau tidak nyawa mu jadi taruhan nya!!!"teriak salah satu pereman itu yang berada di tengah seperti nya lelaki itu pemimpin nya.

"Aku tidak mau!!enak saja kau mau mengambil tas ku.Ayah ku saja membeli ini pakai uang dan kau mau mengambilnya??"teriak Rafika yang tak mau kalah dari teriakan pereman tadi.

"Wahh...berani juga kamu ya melawan??"balas pereman itu.

"Pegang dia dan ambil tas nya!!"teriak pria itu lagi sambil menyuruh anak buahnya.Namun sebelum anak buahnya menyentuh Rafika, ia sudah dahulu menyerang mereka. Bos preman itu tak takjub melihat kemampuan Rafika melawan anak buahnya."Boleh juga kemampuan gadis ini..."ia tersenyum dengan niat jahatnya.Bos preman itu langsung menarik tangan Rafika kebelakang dan menguncinya kebelakang sehingga Rafika berada di dekapan nya.

"Lepaskan aku...!"teriak Rafika

"Gadis yang cantik aku kan sudah bersikap baik tadi pada mu untuk memberikan tas mu pada ku tapi kau yang memulai untuk bertindak kekerasan"sahut pria itu sambil mengelus wajah Rafika dengan jari nya.

"Lepaskan dia!!!"teriakan itu tak asing bagi Rafika dan ternyata itu suara Rio yang baru datang langsung menghajar semua para pereman itu sampai semua nya babak belur.Rafika hanya terdiam takjub melihat gerakan perlawanan yang dilakukan Rio sangat gesit.Ia tidak menyangka bahwa Rio sangat ahli dalam bertarung padahal dulu waktu kecil ketika mereka bertarung Rafika lah yang selalu menang sedangkan Rio kalah. Maklum Rafika anak karate dari semenjak dia masih taman kanak-kanak sedang kan Rio baru bergabung pada saat ia duduk di bangku sekolah dasar.bDan sudah jelas Rafika lah paling ahli dalam bertarung sampai ia memegang sabuk hitam. Ia dididik oleh kakak lelakinya dengan gaya seperti laki-laki. Namun semenjak ia pindah ke London ia sudah tidak sering ikut karate walau sebenarnya disana juga ada pelajaran untuk membela diri tapi ia sudah tidak tertarik lagi. Hal itu yang membuat kemampuan bela diri Rafika berkurang karena ia sudah jarang ikut karate.

"Apa kau tidak apa-apa?"tanya Rio setelah mengurus semua para pereman tadi dan melihat Rafika yang termenung.

"Apa kau sudah tidak peduli lagi pada ku? bagaimana tadi kalau aku mati tadi?kenapa kau tidak mengangkat telepon dari ku? kenapa kau lama sekali menjemput ku?"Rafika berteriak sambil memukul dada Rio dengan kuat.

"Maaf kan aku,tadi aku habis minum dibar"balas Rio sambil memeluk Rafika.

"Apa lebih penting minum dibar atau aku?"jawab Rafika dengan matanya yang menangis.

"Tentu saja kau lebih penting. Hanya saja aku lupa bahwa kau akan datang hari ini"balas Rio sambil mengelus air mata Rafika yang di pipi."Aku minta maaf...ayo kita pulang besok aku janji akan bawa kau jalan-jalan"ia membantu Rafika berdiri menuju kedalam mobil.

"Janji?"Rafika menoleh kepalanya kearah Rio hingga wajah mereka hampir berdekatan.

"Iya,aku janji"Rio mengelus rambut pirang Rafika."Apa kau mewarnai rambut mu?"Rio melihat sedikit perubahan pada rambut Rafika.

"Sedikit"sahut Rafika yang sudah masuk kedalam mobil.Sedangkan Rio masih memasukkan tas Rafika kedalam bagasi.

"Ke apartemen pak!!"sekarang Rio sudah berada didalam mobil bersama Rafika yang berada disebelah nya yang sudah tertidur.Melihat Rafika tertidur ia langsung menarik kepala nya kearah bahu nya dan menyandarkan tubuh Rafika kearah nya.Asisten yang melihat dari kaca spion terkejut melihat perubahan sikap tuan mudanya yang lembut padahal selama ia mengantar tuan mudanya berkencan dengan beberapa gadis ia tidak pernah sama sekali bersikap lembut seperti sekarang. Hal itu langsung ia hiraukan karena ia segera menjalankan mobilnya. Selama dalam perjalanan Rafika tampak tidur nyenyak di samping Rio. Sedangkan Rio yang melihat Rafika yang tidur disebelah nya ia sama sekali tidak mau menggangu nya karena ia yakin bahwa Rafika sangat lelah habis penerbangan selama 7 jam. Ia memperhatikan wajah Rafika dengan lekat dan memperhatikan banyak perubahan yang terjadi selama empat tahun terakhir ini. Wajah nya yang bulat,pipi nya yang tembem, kulit putih nya yang mulus dan mata nya yang sayu dilihat yang membawa ketenangan bagi yang melihat nya. Ia tidak menyangka gadis kecil empat tahun yang lalu orang nya sangat nakal dan manja sekarang sudah beranjak dewasa. Ia jadi teringat masa kecil mereka dulu yang mana dulu ia sering mengalah sama Rafika karena memang Rafika dulu sangat kuat dari dia tapi sekarang tidak lagi. Ia sudah berlatih bela diri selama kepergian Rafika agar ketika bertarung dengan Rafika ia bisa menang. Ia tidak pernah memberitahu kepada siapapun kalau dia ikut berlatih bela diri yang sekarang ia telah memegang sabuk hitam.

"Tuan kita sudah sampai"Pak Bagas langsung keluar dari dalam mobil dan mengeluarkan barang Rafika dari bagasi.

"Dia masih tidur..."Rio tidak tega membangunkan Rafika jadi ia memutuskan akan menggendong Rafika kedalam apartemen. Selama Rafika digendong oleh Rio ia sama sekali tidak terganggu. Sedangkan Pak Bagas merasa sangat heran melihat sikap tuan mudanya tapi ia tidak berani bertanya siapa gadis yang membuat tuan muda nya tunduk dan bersikap lembut. Tibanya didalam apartemen Rio ia segera menyuruh Pak Bagas untuk meletakkan barang Rafika kedalam dan segera pergi. Rio meletakkan Rafika keatas kasur tempat tidur miliknya karena memang mama nya menyuruh mereka untuk tidur satu kamar. Ia menyelemuti Rafika dan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari bau alkohol. Setelah siap mandi ia membaringkan badannya disebelah Rafika dan tertidur.

avataravatar
Next chapter