webnovel

Ujian apalagi nih

'Memangnya anak sekolah saja yang menghadapi ujian. Eh ternyata di dunia orang dewasa juga menghadapi ujian. Namanya ujian hidup. Seperti beberapa kejadian yang dialami Yuni baru-baru ini'

Jam tujuh pagi Yuni sudah sampai di tempat kerjanya namun malang bagi Yuni sebab ketika dia tiba, pintu rolling door masih belum tertutup rapat. Hari ini merupakan hari kedua Yuni bekerja di tempat Yudi.

--Jangan-jangan aku dikerjai si Yudi- batin Yuni tidak mempercayai ketidakberuntungan dirinya pagi ini.

Terdengarlah bunyi 'kriuk kriuk' yang berasal dari perut Yuni. Tanda buat si pemilik perut untuk segera makan tapi Yuni malah tertahan di depan pintu masuk.

Dia berdiri diam lalu memutar kepalanya ke segala arah. Depan, belakang, kiri, kanan, diputarnya kepala hingga seratus delapan puluh derajat (untung saja leher Yuni tidak terkilir) memastikan keadaan sekitar tidak ada orang lain. Dia melangkah maju dan mencoba membuka paksa pintu rolling door yang tertutup rapat. Dia menarik pegangan kedua sisi bergerak seolah membuka jendela namun pintu tetap tak bergerak sedikit pun. Dia mencoba cara lain, dia mengguncang pegangan pintu hingga menimbulkan suara kegaduhan tapi hasilnya tetap sama yaitu pintu tetap dalam posisi tertutup. Matanya masih mengawasi sekitaran sambil berusaha membuka pintu. Rasa lapar sudah menggerogoti perutnya ditambah lelah telah mengeluarkan tenaga sia-sia. Pada akhirnya Yuni menyerah. Dia mengangkat tangannya, melambai tepat di bawah kamera pengawas lalu mengacungkan jari tengahnya.

--Bodoh amat. Lagian tidak ada orang yang mengawasi CCTV. Aduh, mending aku cari sarapan pagi--

Dia menurunkan tangan dan memaksakan diri untuk berjalan pergi meninggalkan pintu neraka itu.

Dari balik meja kerja, ada seseorang yang melotot menatap layar yang menampilkan kamera pengawas seisi gedung. Dia melotot karena melihat pengrusakan yang dilakukan pegawai baru. Terdengar suara tawa terbahak-bahak dari mulut orang ini. Dia menertawakan tingkah konyol pegawai baru yang terkunci di pintu depan. Apalagi saat melihat jari tengah pegawai baru teracung ke arah kamera pengawas seakan pegawai baru tahu bahwa dirinya sedang diperhatikan namun nyatanya pegawai baru hanya menyampaikan rasa kecewanya melalui tingkah laku aneh.

Orang ini tertawa hingga perutnya terasa sakit.

-----

"Wah, anak baru rajin banget sudah sampai pagi-pagi," celutuk Silvi baru melangkah masuk ke ruangan.

"Mbak tahu nggak, tadi aku malahan udah datang dari jam tujuh tapi pintu depan masih terkunci. Ya udah aku tinggal ke warteg buat sarapan," oceh Yuni mengerucutkan bibir.

Dia bukan ingin bersikap akrab terhadap Silvi melainkan meluapkan kekesalannya pada orang pertama yang dia temui. Jadi sebenarnya Silvi menjadi tempat pelampiasan kekesalan Yuni.

"Memangnya kamu tidak menelepon Pak Yudi? setahuku dia setiap hari datang paling pagi," sahut Silvi memasukkan tas kedalam laci meja.

"Berarti Pak Yudi kalah pagi datangnya dari aku. Buktinya pintu depan masih terkunci."

"Mustahil. Pak Yudi tinggal di sini, di lantai tiga." Silvi menjawab penuh percaya diri. Suaranya tegas dan jelas.

Pernyataan Silvi berdampak bagai bom atom yang memicu ledakan emosi yang Yuni tahan sedari pagi. Yuni tidak tahu menahu di mana Yudi tinggal. Dia mengira Yudi mempunyai tempat tinggal sendiri seperti saudarinya yang hidup mandiri.

--Kurang ajar, ternyata Yudi memang mengerjai aku. Berarti benar tadi aku mengacungkan jari tengahku ke arah kamera-- gerutu Yuni tanpa bersuara. Mulutnya memang bergerak komat-kamit seperti dukun baca mantra.

Melihat tingkah laku aneh Yuni, Silvi memilih mengakhiri obrolan santainya. Namun sebelum pergi, Silvi memberi nasihat untuk rekan kerja barunya.

"Yun, besok-besok kalau datang pagi, lewat pintu belakang saja. Biasanya pembantu bos bekerja di belakang."

"Maksud Mbak itu Mbok Komkom?" tanya Yuni merujuk OG (Office Girl) HUGO.

Satu-satunya pembantu di tempat ini ya hanya si Mbok Komkom.

Silvi mengangguk lalu mulai menekuni pekerjaannya. Yuni juga kembali mengerjakan tugas yang sempat dia tinggalkan selama berbicara dengan Silvi.

Kejadian hari ini Yuni anggap sebagai ujian pertamanya sebagai pegawai baru. Dia memilih menyingkirkan persoalan tadi dan memilih fokus bekerja.

------

"Yun, makan siang dulu yuk," ajak Silvi yang ternyata sudah berdiri di samping meja kerja Yuni.

"Mbak rencana makan siang di mana?" tanya Yuni dipenuhi rasa ingin tahu.

Meja kerja Yuni masih bergeletak berkas-berkas surat pesanan dan Yuni belum sempat membereskan lembaran SP langganan. Silvi sudah datang menghampiri.

"Biasa Yun. Kayaknya menu hari ini ayam bakar Taliwang sama nasi kuning. Membayangkan kedua makanan itu saja air liurku hendak menetes. Pastinya Lezat," Silvi menjilat bibirnya.

'Anehnya lipstik di bibir Silvi tidak luntur terkena sapuan lidah'

Yuni tak berani membayangkan apa yang Silvi bayangkan. Dompet dia sudah dalam keadaan darurat. Bukan lagi saatnya berhemat tapi kepepet.

"Sepertinya lezat menu makan siang Mbak. Tapi maaf, aku masih perlu merapikan kertas-kertas yang berseliweran ini," tangan Yuni menunjuk kertas di atas meja kerjanya.

"Masih lama ya?" bibir Silvi sedikit manyun.

"Kayaknya sih Mbak. Mbak duluan saja. Kalau aku gampang, nanti pasti aku makan kalau kelaparan. Hehehe."

Silvi mengangkat bahu tak acuh dan pergi meninggalkan Yuni seorang diri didalam ruangan.

Di balik pintu, Yudi tengah menikmati makan siangnya. Ayam bakar Taliwang dipadukan dengan nasi uduk yang masih mengeluarkan hawa panas. Perpaduan cocolan sambal goreng dengan ayam, membuat Yudi menyantap lahap makanannya.

Yudi melihat interaksi Yuni dengan Silvi, tapi dia tidak tahu apa yang dibicarakan pekerjanya. Dia masih menonton kegiatan Yuni dari layar sembari mengunyah makanan.

Beberapa menit kemudian, Yudi telah selesai makan siang. Melihat Yuni dari kamera pengawas masih berada di area dapur, Yudi berniat menghampiri Yuni. Dia ingin mengingatkan Yuni untuk segera makan karena beberapa menit lagi jam istirahat akan berakhir. Yudi melakukan hal ini karena Yuni telah dianggapnya sahabat. Sayangnya Yuni malah menganggap Yudi, musuh dalam selimut. Sangat kontras bukan.

Komkom menyodorkan kue basah yang dia beli lebih sebagai cadangan untuk tamu dadakan bos mereka kepada Yuni. Komkom iba melihat Yuni hanya menyantap roti bermerek S yang banyak dijual dipasaran dimakan bersama teh hangat nan manis. Mengingat hari ini telah beranjak siang, makanya Komkom berani memberikan kue basah cadangan untuk disantap Yuni. Komkom tahu Yuni pegawai baru di HUGO dan Yuni bersikap ramah padanya. Menghormati Komkom walau jabatan Komkom paling rendah di tempat ini. Jadi Komkom merespect sikap hormat Yuni.

"Non Yuni kelihatannya lapar banget. Makan siangnya kurang kenyang ya?" tanya Komkom berniat basa-basi.

Yuni menggeleng.

"Ini makan siang aku, Mbak," kata-kata Yuni sulit dimengerti Komkom apalagi Yuni berbicara dengan mulut penuh makanan.

"Hah? kenapa Non tidak makan siang?"

Pertanyaan blak-blakkan Komkom membuat Yuni malu untuk menjawab. Dia mempercepat kunyahannya sambil sesekali melirik jam dinding di belakang Mbak Komkom. Jam makan siang hampir berakhir.

"Saya mau ingatkan kamu Yuni, jam istirahat siang hampir berakhir," Yudi yang berdiri didepan pintu pantry, bersedekap dengan tatapan mata tajam menghunus Yuni.

"Uhuk...uhuk..." tangan Yuni meraih gelas tehnya langsung meneguk isi gelasnya hingga tandas.

Tawa kecil lolos dari bibir Yudi. Dia tak sengaja menertawai tingkah lucu Yuni saat keselek.

"Maaf Pak. Saya tahu kebijakan perusahaan ini jadi tidak perlu diingatkan," sahut Yuni setelah berhasil meloloskan kue yang sempat nyangkut di tenggorokan.

"Lagian kamu kenapa malah menyantap kue-kue yang diperuntukkan bagi tamu saya. Kamu seharusnya pergi makan siang bersama rekan kerja lain. Mulai bersosialisasi dengan rekan-rekan kerja kalau kamu tidak mau dicap sombong."

--Eh malah katain aku sombong. Situ tidak sadar kalau situ jauh lebih angkuh dari aku-- Yuni membatin.

Komkom menjadi penonton yang mengamati interaksi Yudi dengan Yuni. di pantry kantor.

"Daripada mubazir ya mending saya masukan ke perut saya. Lumayan buat ganjal perut sampai waktu makan malam," Yuni mengusap pelan perutnya yang rata.

Mata Yudi dan Komkom turut melihat perut Yuni yang bertingkah bak ibu-ibu hamil.

'untung perut Yuni rata coba kalau membusung nanti dikira Yudi, pengidap busung lapar'

"Apa ayam bakar Taliwang tidak sesuai selera?" tanya Yudi langsung menyebut menu makan siangnya.

"Enak Pak bos," sahut Komkom. Dia mengira Yudi bertanya padanya.

Ya memang bukan salah Komkom bila dia menyahut. Iya toh.

Pikiran Yuni langsung bekerja otomatis setelah mendengar komentar Komkom.

--Bahkan Komkom makan ayam Taliwang. Apa berarti aku yang paling miskin di sini--

Yuni ingin meraung menangis keras-keras namun dia masih ada urat malu yang membuatnya urung berbuat tindakan yang memalukan.

"Yun, menurut kamu menu makan siang kita hari ini tidak enak sampai kamu lebih memilih kue sebagai menu makan siangmu?"

"Hah? mana mungkin ayam Taliwang lebih enak dari kue-kue ini. Pasti lebih enak makan ayam bakar Taliwang," ketus Yuni berdecak.

"Lantas kenapa kamu tidak menyantap menu makan siangmu jika ayam bakar Taliwang jauh lebih enak dari kue?"

Yuni menggaruk kepalanya tidak mengerti. Apa saking laparnya dia berubah menjadi wanita bodoh. Sepertinya Yuni butuh karbohidrat bila tidak mau menjadi wanita bodoh.

Satu pemahaman merasuk ke otak Yudi. Dia akhirnya menyadari alasan Yuni memilih menyantap kue dibandingkan ayam bakar.

"Non Yuni tidak makan nasi katering langganan kantor ya. Sayang banget, enak sekali menu-menu katering langganan pak bos. Rasanya juara," ucap Komkom berbicara seperti para selebgram yang tengah melakukan endorse.

"Ya Tuhan, jadi di sini para karyawan diberikan makan siang gratis berupa katering. Ke mana aku harus mengambil jatah makan siangku?" tanya Yuni semangat.

--Bye-bye cacing-cacing dalam perut-- batin Yuni kembali mengusap perut ratanya.

"Waktu istirahat sudah berakhir. Ayo kembali bekerja," tegas Yudi sebelum berbalik pergi.

"Ya Tuhan, ujian apalagi ini?" teriak Yuni histeris.

Di belakang Yuni, Yudi terkekeh geli. Sebab suara Yuni jelas terdengar olehnya.

-----