webnovel

Reyhan is upset

Hari ini Zahra bekerja seperti biasa, namun di tengah kesibukannya, ia mendapatkan pesan dari sang suami.

[Assalamualaikum, Za. Aku pulang nanti jam 7 malam. Usahakan jam segitu kamu sudah ada di rumah ya]

Zahra yang sudah selesai membaca, langsung membalasnya

[Waalaikumsalam. InsyaAllah, Mas. Aku usahakan]

Setelah selesai membalasnya, ia pun menaruh lagi Hpnya. Lalu ia pergi ke ruangan Reyhan untuk memberitahu, sebenarnya bisa aja dia cukup lewat telfon aja, hanya saja menurutnya itu kurang sopan.

Tok ... tok ... tok ....

"Masuk."

Zahra pun masuk dan melihat Reyhan yang menatapnya.

"Ada apa, Za?" tanya Reyhan.

"Mas, nanti aku izin pulang sore ya," sahut Zahra.

"Kenapa, Za? Tumben?" tanya Reyhan.

"Suamiku mau pulang, dan aku sudah harus ada di sana, sebelum dia datang. Gak papa ya, Mas. Dan mungkin selama suamiku ada di rumah, aku gak bisa lembur seperti biasa," balas Zahra menunduk.

"Gak papa, Za. Aku izinin kamu pulang lebih awal. Masalah pekerjaan bisa kamu selesaikan di rumah. Jika ada sesuatu yang tak kamu mengerti, kamu bisa chat aku," ujar Reyhan tersenyum. Walaupun dalam hati ia cemburu, kenapa suaminya itu cepet banget pulangnya. Ia takut Zahra akan jatuh cinta jika tinggal satu atap dengan suaminya.

"Makasih ya, Mas. Kalau gitu aku ke ruanganku dulu. Oh ya jangan lupa nanti habis makan siang, Mas ada pertemuan dengan PT Adam Wijaya."

"Siap."

Lalu setelah itu, Zahra pun kembali ke ruangannya dan melanjutkan pekerjaannya. Sesekali ia melihat jam yang melingkar manis di tangan kirinya, jam makan siang masih kurang 15 menit lagi.

Sedangkan di ruang sebelah, Reyhan merasa galau tingkat dewa. Ia takut jika Zahra mencintai suaminya ataupun sebaliknya. Ia juga takut jika Reyhan meminta hak nya sebagai seorang suami, walaupun ia tau kalau itu adalah hal wajar. Tapi ia masih belum ikhlas melepaskan Zahra. Ia mencintainya, ia berharap mereka segera bercerai dan ia pun segera bisa melamar Zahra dan menikahinya.

Tak terasa jam istirahat pun tiba, Zahra langsung pergi ke ruangan Anna untuk mengajaknya makan di kantin. Sedangkan Reyhan ia memilih tetap berada di ruangannya, entah kenapa ia tak selera untuk makan siang walaupun perutnya sudah keroncongan sedari tadi.

"Za, tumben Mas Reyhan gak makan siang bareng kita?" tanya Anna penasaran.

"Entahlah, aku juga tak tau. Tapi lebih baik gini aja, berdua. Aku lebih nyaman seperti ini," jawab Zahra.

Mereka sudah memesan makanan dan tinggal menunggu makanannya datang.

"Za, apa kamu gan tertarik sama Mas Reyhan?" tanya Anna lagi.

"Enggak. Lagian aku juga sudah bersuami. Jadi aku mana pantas menyukai laki-laki lain sedangkan aku sudah berstatus seorang istri," balas Zahra.

"Iya juga sih, misal kamu belum menikah. Apa kamu akan menyukai Mas Reyhan?" tanya Anna sambil menatap wajah sahabatnya.

"Aku gak tau, karena aku tidak lagi berada di posisi itu. Yang aku tau saat ini, aku tidak menyukainya, aku sering bersama dia hanya sebatas sekertaris sama atasan, tak lebih." Zahra menjawab dengan tegas, karena ia tak mau Anna salah faham padanya. Ia sadar, kalau Anna mulai menyukai Reyhan terlihat dari geraj geriknya yang sesekali menatap Reyhan tanpa kedip. Lalu bagaimana mungkin ia menyakiti sahabatnya dengan menyukai atasannya apalagi ia masih berstatus istri orang.

Tak lama kemudian, pesanan pun datang. Mereka langsung mengisi perut mereka sambil bercakap ria.

"Nanti aku pulang sore, kamu mau nebeng?" tanya Zahra.

"Boleh. Lagian aku aku gak di jemput sama Kak Sofyan. Tapi tumben pulang sore biasanya juga lembur terus?" tanya Anna sambil memakan bakso kesukaannya.

"Mas Andre pulang, jadi aku harus pulang lebih awal," balas Zahra sambil memakai mie ayamnya.

"Loh emang dari mana?" tanya Anna. Dan itu sukses membuat Zahra bungkam karena bingung mau jawab apa.

"Gak tau, tapi katanya ada urusan. Makanya dia pergi dan baru pulang hari ini." sahut Zahra. Anna langsung memilih diam dan tak menanyakan lebih dalam lagi. Ia tau Zahra merasa tak nyaman dengan pertanyaan.

"Oh ya weekend kita jalan-jalan lagi yuk sama Mas Reyhan," ajak Anna.

"Maaf aku gak bisa, kayaknya weekend aku mau pulang ke rumah Abah sama Umi."

"Oh, iya udah kalau gitu minggunya lagi gimana?" tanya Anna.

"Entahlah kita lihat aja nanti," jawab Zahra tersenyum.

Selesai makan, Zahra dan Anna pergi ke mushola untuk sholat dhuhur sekalian duduk santai disana sambil tidur-tiduran, melepas rasa lelah. Untuk musholla khusus cewek dan cewok beda, jadi jika ada waktu luang, mereka manfaatkan buat tidur siang sebentar.

Sedangkan di tempat yang berbeda, Andre dan Alana baru saja pulang dari bulan madu atau honeymoon. Mereka bahagia bahkan raut wajah kebahagiaan itu masih tercetak jelas di wajah mereka.

"Mas, nanti kamu jadi pulang ke rumah Zahra?" tanya Alana.

"Iya sayang. Jika terus-terusan di sini, bisa-bisa aku ketahuan. Lagian juga besok aku harus bekerja. Masa cutiku sudah habis. Bahkan papaku juga memintaku untuk segera kembali ke kantor," sahut Andre sambil membelai rambut sang istri yang lagi tidur di pangkuannya.

"Hemm ... aku pasti kangen sama kamu. Terus kapan kamu bisa nginep lagi di sini?" tanya Alana, sejujurnya ia merasa cemburu dan tak rela jika suaminya harus pulang ke rumah Zahra. Siapa wanita yang rela berbagi.

Ia tak sadar, bahwa dirinya hanya sebagai istri kedua. Bahkan hanya di nikahi secara sirri. Dan walaupun dia di perioritas, namun tetap saja semua orang taunya, Zahralah yang merupakan istri satu-satunya Andre, bukan dia.

"Besok sepulang kerja aku akan ke sini nemenin kamu. Nanti jam 9 malam baru aku pulang ke rumah Zahra. Gimana?" tanya Andre.

"Hemmm kalau Mas Andre pulang malam, setidaknya saat ia pulang. Zahra sudah tidur," gumam Alana.

"Baiklah. Gak papa, tapi janji ya kalau pulang kerja harus ke sini dulu. Kalau bisa sebelum berangkat Mas ke sini juga biar kita bisa sadaoan bersama,"

"Iya gak bisa dong sayang. Jarak rumah ini ke kantor kan jauh. Pulangnya aja ya. Aku dari kantor pulang sore sekitar jam empat, nyampek sini sekitar jam 7 malam. Jadi aku bisa makan malam bareng kamu. Nanti jam 9 baru aku pulang ke rumah Zahra. Nyampek sana sekitar jam 11 malam kalau jalanan sepi. Aku kalau paginya ke sini ya capek."

"Gimana kalau kita beli rumah dekat rumah Zahra, biar kita bebas ketemuan."

"Aku gak berani sayang, gimana kalau ketahuan mama sama papa. Cukup seperti ini aja ya, sampai aku berhasil menceraikan Zahra, baru kita bisa pindah kemana pun kamu mau dan waktuku pun hanya untuk kamu seorang."

"Baiklah. Aku mengalah. Tapi Mas janji ya, Mas gak boleh jatuh hati sama Zahra. Mas harus jaga hati mas hanya untukku seorang."

"Iya, sayang. Aku janji. Terus kamu rencananya besok mau ngapain aja seharian?" tanya Andre

"Kerja sayang, seperti biasa. Aku harus bantu papa di perusahaan."

"Baiklah, kamu juga jaga hati disana ya.

"Siap, sayang."

Mereka pun terus bercanda ria, mengobrol bersama sebelum Andre pulang ke rumah istri pertamanya.

Jangan lupa komen ya temen-temen jika lihat ada typo di bab ini, biar bisa segera aku perbaiki. Terimakasih.

Evi_Tamala_1996creators' thoughts
Next chapter