28 Alana Menghubungi Zahra

Andre sejak tadi malam memilih menginap di hotel, ia bahkan mematikan HP nya agar tak diganggu oleh siapapun. Ia butuh ketenangan, ia butuh waktu sendiri.

Sedangkan Alana, ia merasa menyesal. Ia menyesal sudah membuat suaminya marah dan pergi entah kemana. Hingga pagi hari, ia belum juga bisa tidur karena terus memikirkan suaminya yang gak tau ada di mana. Ia berusaha mengirimkan banyak chat dan menelfonnya, entah sudah berapa puluh kali, namun tetap saja yang jawab hanya operator.

"Mas, kamu ada di mana? Apa kamu udah pulang ke rumah Zahra?" tanya Alana pada dirinya sendiri.

Lalu ia pun ingat, ia menyimpan nomer Hp Zahra. Sewaktu di Bali, diam-diam ia mengambil Hp suaminya dan mengirimkan nomer Zahra ke Hpnya.

Ia pun segera mengirim pesan pada Zahra.

[Assalamualaikum. Maaf apa bener ini nomer Zahra?]

Namun karena Zahra masih offline, ia pun tak mendapatkan jawaban. Hingga sejam kemudian, Zahra pun yang sudah online langsung membalasnya.

[Waalaikumsalam, iya. Maaf ini siapa ya]

Mendapatkan balasan, Alana pun merasa senang. Untung dia punya nomer lain yang haya beberapa orang aja yang tau. Nomer itu pun tak menggunakan foto profil bahkan hanya di kasih nama "Aku". Membuat Zahra tak akan tau, siapa yang ngechat dirinya.

[Aku temennya Andre. Tadi malam dia ke sini, tapi langsung pulang. Apa dia sudah sampai] ketiknya.

5 menit kemudian, ia pun mendapatkan balasan

[Loh Mas Andre belum pulang. Sejak kemarin sore ia berangkat sampai sekarang belum juga pulang. Tapi kemarin Mas Andre sudah memesan, kalau Mas Andre akan pulang nanti sore]

[Oh gitu ya, Mbak. Baik, terimakasih infonya]

[Sama-sama]

Setelah chatan dengan Zahra, Alana pun semakin khawatir di mana suaminya saat ini. Ia benar-benar menyesal, rasa cemburunya yang begitu membesar membuat dirinya seperti ini. Ia Ingin marah, marah dan marah terus. Ia selalu merasa ketakutan jika suaminya akan kepincut kecantikan istri pertamanya. Ia takut kelak dirinya akan di buang jika Andre jatuh hati sama Zahra dan lebih memilih dia dari pada dirinya.

Alana benar-benar frustasi, ia melempar apa saja yang ada di dekatnya, hingga ruangan yang tadinya bersih pun langsung berantakan seketika.

Sedangkan di tempat yang beda, Zahra merasa bingung dengan orang yang mengirimkan pesan. Namun ia tak peduli, dan hanya fokus dengan pekerjaannya apalagi bentar lagi ia harus ikut meeting dengan atasannya di luar kantor. Dan bertemu dengan beberapa client penting hari ini.

Di hotel, Andre yang dari tadi malam tidur, ia baru bangun jam 8 pagi. Ia bangun karena perutnya yang perih karena lapar.

Ia pun segera memesan makanan secara online, sambil nunggu makanan datang, ia pun pergi ke kamar mandi untuk cuci muka.

Sehabis cuci muka, ia memilih untuk leyeh-leyeh di atas kasur. Entah kenapa ia malas untuk mengaktifkan Hp nya karena ia tau Alana pasti akan terus menerus mengirimkan ia pesan. Alana bener-bener berubah dan tak lagi seperti dulu. Sejak pulang dari bulan madu dan dirinya pulang ke rumah Zahra, Alana sering kali marah-marah tak jelas padahal ia sudah berusaha sebaik mungkin dan selalu memprioritaskan dia dari pada Zahra ataupun dirinya sendiri.

Saat ia lagi tidur-tiduran, pintu kamarnya ada yang mengetuk dan saat di lihat ternyata pengirim makanan. Ia pun segera mengambilnya.

"Terimakasih ya, Pak."

"Sama-sama, Tuan." Jawabnya.

Setelah itu, Andre pun menutup pintu kembali dan mulai memakan sarapan paginya.

Walaupun lidahnya terasa pahit dan tak selera makan, tetap saja ia harus makan, ia tak mau sakit berkepanjangan. Ada banyak hal yang ia urus.

Selesai makan, ia pun memiliki istirahat sebentar, barulah setelah itu ia memutuskan untuk tidur kembali. Ia harap setelah bangun nanti, tubuhnya sudah nerasa sehat seperti sedia kala.

Sedangkan di sebuah rumah yang cukup mewah, seorang wanita terus saja menangis dan kebingungan. "Mas, kamu ada di mana? Aku takut kamu kenapa-napa. Maafin aku, Mas. Aku menyesal." Alana terus bersedih. Ia sadar betul akan kesalahan dirinya.

Tiba-tiba Alana ingat akan seseorang, ia pun segera menelfon orang tersebut. Alana meminta dia mencari tau di mana suaminya berada.

Hanya dalam waktu setengah jam, orang tersebut langsung memberitahu kalau Andre ada di hotel tak jauh dari tempat Alana berada. Bahkan orang itu juga memberitahu kamar yang ditempati oleh Andre.

Setelah tau di mana suaminya berada, Alana pun segera menyusul ke hotel tersebut. Sesampai di sana, ia mengetuk pintu kamar suaminya. Cukup lama hingga akhirnya pintu itu terbuka.

"Alana," ucap Andre kaget melihat istri keduanya sudah ada di sana.

"Mas." Alana langsung menghamburkan dirinya ke pelukan Andre. Andre yang tak siap pun hampir terjungkal ke belakang. Untungnya tangan kanannya memegang pintu kuat, sehingga tak sampai jatuh ke bawah.

Alana memeluk Andre dengan erat, "Mas, maafin aku. Aku menyesal hiks ... hiks ...."

"Iya, aku maafin kamu. Tapi jangan di ulangi lagi ya," ujar Andre yang tak tega melihat wanita yang ia cintai menangis.

"Iya, aku janji."

"Iya udah, lepaskan pelukan kamu. Tutup dulu pintunya. Kita bicra di dalam."

Alana pun melepas pelukannya, lalu Andre menutup pintu tersebut. "Kamu tau darimana aku ada di sini?" tanya Andre sambil duduk di kasur, Alana mengikutinya dan ia duduk di dekat Andre.

"Dari Mas Roy. Aku meminta bantuannya," jawab Alana yang bergelayut manja di lengan Andre.

"Hp nya Mas kog gak aktiv sih?" tanya Alana yang tiba-tiba keingat Hp suaminya yang sejak tadi malam tak aktif-aktif.

"Maaf, aku emang sengaja karena aku butuh istirahat."

"Mas sudah sembuh?" tanya Alana memegang dahi Andre.

"Ya, aku sudah sembuh. Setelah istirahat yang cukup, aku merasa badanku sudah lebih baik."

"Kalau gitu ayo kita pulang ke rumah," ajak Alana

"Enggak bisa. Dua jam lagi aku harus pulang. Aku sudah janji sama Zahra akan pulang sore," balas Andre saat ia melihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul 2 siang. Ia tak menyangka setelah sarapan pagi ia tertidur cukup lama.

"Iya sudah kalau gitu, aku temenin kamu di sini ya Gak papa kan?" tanya Alana tersenyum. Ia tak lagi sedih, melihat suaminya sudah memaafkannya membuat dirinya sedikit tenang.

"Gak papa, aku juga butuh temen. Tidur terus, bosen juga," sahut Andre tersenyum. Ia bersyukur, Alana tak lagi marah-marah seperti tadi malam.

Akhirnya mereka berdua pun berbaikan. Memang susah buat mereka marahan terlalu lama, karena pada akhirnya tak ada yang kuat untuk bertengkar terlalu lama.

Sedangkan di kantor, Zahra merasa galau. Gimana gak galau, kalau Reyhan mengajak dirinya keluar kota besok pagi dan mereka akan keluar kota selama tiga hari. Dan akan pulang hari Sabtu sore.

"Kira-kira aku di izinin gak ya keluar kota?" tanya Zahra. Sebenarnya ia jujur merasa keberatan, apalagi dirinya hanya berdua dengan Reyhan, tapi ia juga harus profesional dalam bekerja. Sebenarnya hanya Reyhan aja yang meeting, tapi sebagai sekertaris pribadi, tentu ia juga harus ikut dengannya.

Akhirnya Zahra pun mengirim pesan ke Andre.

[Assalamualaikum, Mas. Aku cuma mau bilang besok aku diajak atasanku ke luar kota selama tiga hari dan kemungkinan pulang Sabtu sore. Jika Mas mengizinkan, aku akan berangkat besok, tapi jika gak diizinkan. Aku akan menolaknya.] ketik Zahra.

Namun pesan yang ia kirim tak kunjung dibalas. Dan hanya centang satu. Baru sekitar jam setengah empat sore, Zahra mendapatkan balasan.

[Waalaikumsalam, Za. Iya aku izinin. Besok kamu berangkat jam berapa?]

Zahra yang membaca pesan tersebut pun langsung membalas.

[Jam setengah tujuh, Mas]

[Baiklah, kalau gitu kamu hati-hati ya. Aku juga mungkin pulang besok pagi karena badanku masih kurang enak]

[Iya gak papa, Mas. Semoga cepet sembuh]

Setelah itu, Zahra pun ke ruangan Reyhan untuk memberitahu.

"Mas, aku besok ikut," ucap Zahra mengagetkan Reyhan yang fokus mengetik sesuatu di komputer.

"Oh gitu. Alhamdulillah, aku ada temennya. Iya udah sekarang kamu bisa pulang lebih awal buat persiapan besok pagi," ujar Reyhan tersenyum. Ia merasa bahagia karena selama tiga hari ke depan, ia akan menghabiskan waktunya bersama Zahra, wanita yang ia cintai.

"Iya udah, kalau gitu aku beres-beres dulu ya. Besok mas jemput aku rumah atau gimana?" tanya Zahra.

"Aku jemput aja."

"Baiklah, aku ke ruanganku dulu."

Lalu Zahra pun pergi ke ruangannya dan bersiap-siap. Sedangkan Reyhan ia bener-bener merasa bahagia, gak menyangka Zahra benar-benar mau ikut dengannya ke kantor.

Di sebuah hotel, Andre dan Alana merasa bahagia. Awalnya ia mengaktifkan Hp nya karena mau siap-siap pulang, namun siapa sangka Zahra malah mengirim pesan seperti itu.

"Mas, besok kan Zahra berangkat ke luar kota. Boleh gak aku ikut kamu pulang, aku pengen tau rumah yang kalian tempati. Boleh ya Mas. Aku janji sebelum Zahra pulang, aku akan pergi dari rumah itu. Boleh ya, Mas. Plizzz ...." mohon Alana yang memang pengen tau banget rumah yang di tempati suami dan istri pertamanya.

"Baiklah besok kamu ikut aku. Jam 5 kita berangkat, biar sampai sana jam 8. Soalnya besok aku harus kerja. Gak enak kalau libur terus, selama aku bekerja, kamu diam di rumah dan jangan kemana-mana," ucap Andre.

"Siap, Mas. Aku janji gak akan kemana-mana," ujar Alana senang.

"Lalu gimana dengan pekerjaan kamu?" tanya Andre.

"Masalah urusan itu mah gampang, aku serahkan sama asistenku. Lagian juga kan itu kantor milik papa. Jadi gak masalah walaupun aku bolos kerja lagi," jawab Alana tersenyum.

Andre hanya geleng-geleng kepala, sebenarnya sangat beresiko membawa Alana pulang ke rumah Zahra. Tapi ia pun juga tak mungkin menolaknya karena ia malas untuk berdebat lagi dengan Alana.

avataravatar
Next chapter