webnovel

Tujuan Dan Mimpi Di Dunia Baru!

Sebuah ruangan yang cukup kecil yang juga terbuat dari kayu adalah tempat dimana aku sedang berada saat ini, berbaring dan hanya bisa melihat sekitar adalah apa yang sudah kulakukan setelah terbangun dari tidurku yang nyenyak.

Entah sejak kapan aku sudah berbaring di kasur yang cukup besar ini, dan aku juga tidak ingat bagaimana aku bisa sampai di kasur ini. Namun sepertinya ini adalah rumah pria tua yang sebelumnya sudah menemukan-ku.

Tetapi reinkarnasi ya, berapa kali-pun aku memikirkannya aku masih tidak percaya dengan hal tersebut karena aku bukanlah tipe orang yang percaya dengan hal-hal supranatural seperti itu. Tetapi kenyataan yang ku alami saat ini sedikit membuatku percaya dengan hal semacam itu, dan sejujurnya itu juga sedikit membuatku takut.

Di dunia ini, dunia dimana nampaknya sihir dan monster itu ada adalah tempat dimana aku di reinkarnasikan. Lalu diriku yang masih bayi ini telah di beri nama oleh seorang pria tua yang sebelumnya telah menemukan-ku di dalam gua, dan dia memberiku nama Nora. Tidak hanya sampai disitu, dia juga memutuskan bahwa aku akan menjadi cucu-nya saat itu juga.

Setidaknya jika aku bisa berbicara saat ini, mungkin aku akan menanyakan nama dari pria tua itu dan juga latar belakang yang di milikinya. Ya, ini mungkin akan menjadi sebuah nterview untuk orang yang akan mengasuh diriku.

Selain itu di dunia ini aku juga terlahir sebagai seorang demon, dimana demon itu adalah monster paling menakutkan yang pasti ada di dalam cerita fantasi manapun. Seperti manga yang kubaca di dunia sebelumnya, demon itu selalu digambarkan sebagai sosok yang jahat dan juga ganas dimana dia selalu menjadi musuh utama sang pahlawan di cerita tersebut.

Membayangkan jika nantinya aku akan diburu oleh para pahlawan sedikit membuat-ku takut, tapi disisi lain aku juga tidak sabar untuk melihat berbagai hal yang ada di dunia ini. Ya, aku sangat ingin pergi berpetualang di dunia ini.

Mungkin saja aku akan bertemu dengan wanita-wanita elf dan juga naga-naga yang sangat besar, membayangkan-nya saja sungguh membuatku jantung-ku berdegup dengan kencang.

'Ya, itu pasti akan menyenangkan!'

Kreek...

Sebuah suara dari pintu yang terbuka bisa kudengar dari tempatku berbaring saat ini, lalu tak lama kemudian pria tua yang telah menemukan-ku sebelumnya pun muncul di hadapanku. Tetapi penampilan-nya sekarang cukup berbeda, atau mungkin itu cukup menggelikan karena dia memakai sebuah apron saat ini.

'Ahahaha!'

"Oh! Sepertinya kau sedang dalam suasana hati yang bagus, apa yang membuat-mu begitu senang?"

'Hah? Aku menertawakan-mu pak tua!'

"Bwahahaha! Apakah aku menganggu? Aku datang karena sarapan sudah siap loh~"

'Woah? Apakah pria tua ini menggunakan apron karena memasak? Sungguh totalitas.'

Dengan begitu dia mengangkatku dari tempat dimana aku berbaring, dan meletakan-ku di pundak-nya. Dia membawa ku seperti seorang buruh kasar yang sedang membawa sekantung gandum di pundaknya.

'Oy-oy! Apakah begini caramu membawa bayi?! Oy Sialan!'

Aroma harum dari sebuah makanan yang telah dibuat oleh pria tua tersebut cukup mengesankan dimana itu sepertinya telah membuat perut kecilku ini mulai bersorak, aku mulai berpikir bahwa masakan yang di buat oleh pria tua tersebut sepertinya cukup enak.

"Kau tunggu disitu dulu ya, dan jangan terlalu banyak bergerak atau kau akan jatuh."

'Ya ampun itu membuatku takut.'

Saat ini diriku sedang duduk di sebuah meja makan khas untuk bayi lengkap dengan sebuah kain yang melingkari leher-ku, dimana itu berguna untuk melindungi tubuhku dari makanan yang akan berjatuhan nantinya.

Namun begitu, perlu di ingat bahwa saat ini aku sedang telanjang tanpa busana sedikitpun kecuali kain yang telah melingkari leher-ku ini, sepertinya pria tua itu tidak memiliki sebuah pakaian bayi di rumahnya.

Selain itu aku juga baru menyadari bahwa rumah ini ukuran-nya sangatlah kecil, untuk-ku yang masih seorang bayi mungkin ini bisa dibilang cukup besar. Akan tetapi jika untuk seukuran orang dewasa sudah pasti rumah ini sangatlah kecil.

Tapi sepertinya pria tua ini tinggal seorang diri di rumah ini, aku menganggapnya seperti itu karena barang-barang yang ada disini kelihatannya hanya untuk satu orang saja.

"Nah! Sekarang ayo kita mulai sarapan-nya!"

Tanpa kusadari pria tua tersebut telah datang ke meja makan dengan membawa semangkuk bubur yang ada ditangannya, hal itu jelas mengalihkan perhatian-ku yang sedang melihat-lihat rumahnya yang minimalis ini.

Semangkuk bubur saat ini ada di hadapan-ku, walaupun begitu pria tua ini sepertinya cukup gila karena memberikan-ku satu porsi mangkuk orang dewasa. Ini membuat selera makan-ku sedikit menghilang tapi apa boleh buat, sebelum ini menjadi dingin ayo kita coba menghabisinya.

Tetapi disaat aku sedang mencoba mengambil sendok yang ada di hadapan-ku entah mengapa itu terasa sangat sulit, tanganku yang masih kecil ini sepertinya masih tidak mampu untuk menggenggam sendok tersebut.

Itu benar, kemampuan motorik milik-ku masih sangat lemah. Hal tersebut telah membuatku kehilangan sendok-ku berkali-kali aku mengambilnya. Sementara itu, pak tua yang sedang menyantap buburnya sendiri terlihat hanya memperhatikan-ku saja.

Hingga akhirnya aku menyerah untuk melakukan itu dengan satu tangan, dan aku berakhir dengan memakan bubur tersebut dengan sendok yang kugenggam dengan kedua tangan ku.

Namun aku hanya berakhir dengan memakan bubur tersebut sampai lima suapan saja, karena bubur tersebut pada akhirnya habis karena beberapa dari mereka jatuh ke lantai kayu rumah ini saat aku ingin memasukan-nya ke dalam mulutku.

Dan dihadapanku, pria tua tersebut sedang memperhatikan-ku dengan buburnya yang telah habis terlebih dahulu.

'Ada apa pak tua? Maaf saja, tapi aku tidak bermaksud membuang-buang bubur mu itu loh.'

Ketika aku menatapnya dengan aneh, dia juga mulai melihat mataku lalu tersenyum. Perlaha tubuhnya pun gemetar sampai akhirnya dia tertawa dengan sangat keras.

"Bwahahaha! Aku tidak habis pikir! Mengapa seorang bayi mengerti bagaimana caranya makan menggunakan sendok. Bwahahaha!"

'Eh?'

"Bwahahaha! Ternyata kau memang menarik bocah!"

'Gawat-gawat! Bagaimana bisa aku seceroboh ini! Sudah seharusnya seorang bayi itu bersikap bodoh bukan?!'

Sejak saat itu, aku mulai berpikir untuk melakukan sandiwara dengan menjadi seorang bayi yang tidak mengerti apapun jika berada di hadapan pria tua itu. Jujur saja, aku merasa seperti orang bodoh jika melakukan sandiwara itu.

Beberapa bulan telah berlalu sejak aku tinggal di rumah ini, kini diriku sudah bisa membalikan tubuhku sendiri dan juga bergerak secara merangkak.

Lalu saat ini aku sudah tidak lagi telanjang karena nampaknya pria tua ini telah membelikan-ku beberapa baju saat dia pergi keluar sana, entah apa yang dilakukan-nya sampai dia bisa meninggalkan-ku. Namun aku akan berusaha mengerti jika dia telah membawakan-ku beberapa pakaian dan juga popok saat pulang.

Tetapi berbicara soal pakaian dan popok telah membuatku ingin tumbuh dengan cepat, dimana setidaknya aku ingin mengatakan selamat tinggal pada tubuh bayi ini dan juga popok yang selalu membuatku tidak nyaman. Tidak lupa dengan poop yang selalu saja tanpa kusadari keluar dengan sendirinya, ya itu cukup meresahkan.

Aku sangat berterima kasih kepada pria tua tersebut yang selalu mengganti popok milik-ku dengan yang baru setiap saat, lalu ngomong-ngomong nama pria tua tersebut adalah Naberall Laplace. Benar, itu adalah nama pria tua yang telah mengambil-ku dan juga mengurus-ku saat ini.

Aku mengetahuinya karena diriku yang sudah bisa merangkak saat ini telah menjelajahi seisi rumahnya yang kecil ini, dan aku mengetahui hal tersebut saat aku berada di ruang buku milik-nya yang mana aku selalu pergi kesana ketika dia pergi dari rumah.

Disana ada beberapa hal yang telah memberiku sebuah informasi mengenai dirinya, diantaranya adalah sebuah poster buronan yang mana disana terdapat foto wajahnya yang nampaknya saat itu dia masih cukup muda. Walaupun begitu aku bisa mengetahui bahwa itu adalah dirinya karena wajahnya yang saat ini tidaklah jauh berbeda.

Dan di poster itulah aku mengetahui namanya tersebut, walau sepertinya dia adalah orang yang buruk diluar sana. Namun aku telah menganggapnya sebagai orang tua-ku saat ini, jadi apapun latar belakang yang dimilikinya aku tidak terlalu peduli.

Selain itu harga kepalanya juga sepertinya cukup tinggi karena angka yang tercantum disana cukup banyak, terkadang aku berpikir akan menjualnya jika aku sudah besar nanti.

'Hehehe.'

Selain poster, disana ada sebuah buku harian yang terjatuh dan buku tersebut adalah milik Laplace. Itu adalah sebuah buku harian yang cukup usang dimana beberapa halamannya juga sudah hilang, dan setelah membaca buku itu aku mengetahui bahwa Laplace ini adalah seorang petualang sekaligus penyihir yang sangat hebat di dunia ini.

Para petualang tersebut sepertinya disebut sebagai climber di dunia ini, dimana di buku tersebut dikatakan bahwa mereka adalah para petualang yang menaiki sebuah menara yang sangat tinggi, dimana menara tersebut bisa membuat para penjelajah-nya mendapatkan harta, kehormatan, atau bahkan kekuatan.

Tidak berpetualang seorang diri, Laplace nampaknya juga berpetualang bersama rekan-rekannya disana. Lalu selain hal tersebut, aku hanya mendapatkan informasi lain seperti mereka telah berhasil sampai di lantai 90. Itu lantai yang cukup tinggi untuk sebuah menara bukan?

Tetapi semua itu hanyalah sedikit informasi yang kudapatkan setelah membaca buku hariannya tersebut, itu karena beberapa halaman dari buku tersebut sudah rusak atau bahkan tinta tulisan-nya sudah luntur. Tidak lupa dengan beberapa halaman lainnya yang sudah hilang seperti yang kukatakan sebelumnya.

Ketika membaca buku hariannya yang hanya sebagian itu, aku bisa merasakan bahwa itu adalah petualangan yang sangat hebat. Hal tersebut terkadang membuat-ku ingin pergi melakukan petualangan yang serupa, dimana itu membuatku merasa sangat bersemangat ketika membayangkan-nya.

Matahari telah terbit, namun sepertinya Laplace masih tertidur saat ini atau mungkin diriku-lah yang bangun terlalu cepat. Tapi itu bukanlah sesuatu yang buruk, karena ini adalah kesempatan yang bagus untuk mencoba pergi ke luar rumah.

'Seharusnya dia takan marah jika aku keluar se-pagi bukan?'

Benar, beberapa tahun telah berlalu dimana kini mungkin diriku telah tumbuh menjadi lebih besar. Walaupun sepertinya aku ini masih terlihat seperti seorang bocah sekolah dasar, tapi yang terpenting adalah saat ini aku sudah mampu untuk bergerak dengan bebas.

Perlu di ketahui bahwa selama beberapa tahun ini aku sama sekali tidak pernah keluar rumah sekalipun, bisa dibilang mungkin aku terlalu menikmati hari-hari ku dengan membaca buku-buku yang dimiliki Laplace.

Tetapi aku tidak bisa selalu seperti ini karena aku sudah memutuskan bahwa diriku akan pergi berpetualang di dunia ini, walaupun sepertinya aku akan mati karena aku tidak memiliki kekuatan apapun. Tapi aku tetap akan melakukan-nya.

Dengan begitu aku pergi beranjak menuju ruang depan dimana pintu masuk rumah kecil ini berada, jantung-ku berdetak dengan kencang seiringan dengan langkahku mendekati tuas pintu yang ada. Tuas pintu yang telah kuputar membuat pintu terbuka, dan cahaya matahari yang belum terlalu tinggi pun secara langsung masuk kedalam rumah dimana itu juga menyinari diriku yang berada di hadapannya.

Itu cukup menghangatkan mengingat bahwa saat ini masih terlalu pagi dan juga saat ini aku tinggal di sebuah kaki pegunungan, dan ketika aku mulai terbiasa dengan cahaya tersebut aku mulai bisa melihat berbagai hal yang ada di sekitar-ku.

Rerumputan hijau yang tumbuh di halaman rumah, pegunungan besar yang ada di belakang rumah, serta burung-burung yang berkicau di atas bebatuan besar yang ada di sekitar rumah ini adalah beberapa hal yang bisa kulihat.

Akan tetapi selain hal itu ada satu hal yang mengunci perhatian-ku dari yang lain, itu adalah sesuatu yang belum pernah kulihat di dunia-ku sebelumnya yang mana hal tersebut membuat-ku terdiam dan tak percaya dengan apa yang kulihat.

'I-itu apa?'

Jika dikatakan bahwa ini adalah kenyataan itu mungkin saja karena ini adalah dunia fantasi, namun aku diriku masih berusaha menolak dengan apa yang kulihat saat ini sebagai kenyataan.

Bagaimana tidak, sebuah menara yang amat sangat tinggi bisa kulihat melalui tempat-ku berada saat ini walaupun itu kelihatannya sangat jauh. Menara yang sangat tinggi itu terlihat menembus awan-awan yang ada dilangit, membuatnya seakan terlihat tidak memiliki akhir ataupun puncak. Apakah itu adalah sesuatu yang bisa diciptakan oleh seorang manusia? Tentu saja tidak.

Namun mungkin itu adalah menara yang dimaksud oleh buku harian milik Laplace, namun aku tidak menyangka bahwa itu terlihat lebih tidak masuk akal ketika melihatnya secara langsung. Tidak heran jika menara itu setidaknya memiliki lantai sampai 250.

Tetapi apakah mungkin jika menara tersebut dapat memberikan harta, kehormatan, atau bahkan kekuatan? Mungkin saja jika melihat betapa hebatnya menara tersebut dari luar, sungguh sulit dipercaya tapi...

'Sudah kuduga aku harus berpetualang di dunia ini!'

"Hoam~ Tidak seperti dirimu jika memiliki keinginan untuk keluar, Nora."

Tanpa kusadari Laplace telah berada di belangkang-ku dengan wajah yang masih mengantuk, begitu pula dengan piyamanya yang sudah kusut lengkap dengan topi tidurnya yang kelihatannya tidak pantas untuknya.

"Ada apa sih pagi-pagi begini? Lebih baik kita menyiapkan sara-"

"Aku sudah memutuskan..."

"...Hah?"

"Aku akan pergi dan menaiki menara itu Laplace!"

'Ya, setidaknya aku harus meminta ijin darinya terlebih dahulu.'

"Oh... begitu, ya terserah sih."

"Ow! Yeah!"

'Tidak kusangka akan semudah ini!'

"..."

"..."

"... Hoam~ ...Eh?! HAH?!! APAA?! KAU INGIN MENAIKI MENARA?!"